"ibu . . Ibu kenapa Bu"
Teriak mentari sambil menggoyangkan pundak ibu nya
Perlahan Asih membuka mata nya, namun sosok itu tidak ada lagi di hadapan nya.
"Ibu kenapa?" Tanya Mentari khawatir terhadap ibu nya
"Nggak . . Ibu gak apa-apa nak"
Jawab Asih untuk meyakinkan anak nya
Tok tok tok . .
"Asih"
Teriak seseorang di luar pintu
"Iya . . Sebentar"
Sahut Asih yang lekas berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan.
Krieett..
"Bu'de Ratmi . ."
Ucap asih
"Kamu kenapa Asih? Wajah mu nampak pucat? Apa kamu sakit?
Tanya bu'de Ratmi
"Hheemm . . Gak apa-apa Bu'de, aku hanya kelelehan saja"
Ucap asih berbohong, ia enggan memberi tahu tentang apa yang baru saja terjadi.
"Ini Bu'de bawakan makanan untuk kamu dan anak-anak!!"
jawab Bu'de Ratmi sambil menyodorkan sebuah rantang makanan.
"Duhh.. Jadi ngerepotin Bu'de, mari silahkan masuk dulu bu'de.!!"
Ucap Asih sembari mempersilahkan Ratmi duduk.
"Aku bikin minum dulu yaa Bu'de"
Ucap nya lagi.
Sambil membuat minuman, Asih masih saja memikirkan hal aneh tadi.
Ia merasa itu seperti nyata, dan wanita yang membawa gol"k tadi seperti tidak asing bagi nya. Namun siapa? Asih pun tidak tahu.
"Di minum dulu Bu'de"
Ucap Asih sambil menyuguhkan segelas teh hangat.
"Terimakasih!!"
Jawab Bu'de Ratmi dengan senyum di ujung bibir nya.
"Bu'de, ada yang ingin saya tanyakan ke bu'de" tanya asih
"Boleh . . Apa yang ingin kamu tanyakan asih" jawab bu'de ratmi sambil tersenyum
"Apa benar penghuni-penghuni rumah ini yang sebelumnya, tewas secara mengenaskan di dalam rumah ini?"
Tanya Asih dengan nada lembut, sebab ia takut menyinggung hati Bu'de Ratmi
"Siapa yang mengatakan itu padamu Asih?"
Tanya bu'de ratmi sambil menyipitkan matanya
"Mbak Jum dan warga lain yang mengatakan nya Bu'de"
Jawab Asih
Seketika Bu'de Ratmi memasang wajah marah dan menghela nafas panjang.
"Kau tak usah khawatir Asih, semua yang di bicarakan mereka itu tidak benar. Memang berita nya sudah lama beredar, entah siapa yang menyebarkan berita buruk itu."
Jawab nya dengan dengan mimik wajah yang sulit di artikan.
"Ta-tapi ..."
Belum sempat Asih melanjutkan pembicaraannya, namun Ratmi sudah memotong nya.
"Sudah.. Tidak ada tapi-tapian, jikalau nanti terjadi sesuatu disini, beritahu aku. Aku pulang dulu!!"
Ucap nya sembari berlenggang pergi meninggalkan rumah Asih.
Asih yang kebingungan hanya menatap heran pada Ratmi.
Waktu semakin senja, hingga suara mobil Mardani terdengar memasuki pekarangan rumah.
"Assalamualaikum Bu . ."
Ucap Cahya sembari membuka pintu.
Tampak Asih tengah duduk termenung sendirian di ruang tamu.
"Bu . . Ibu kenapa kok wajah nya pucat? Ibu sakit?
Tanya Cahya
"Ahh.. nggak Mbak, Ibu cuma gak enak badan saja"
Jawab Asih
"Kamu sakit Bu?"
Tanya Mardani
"Hanya kelelahan saja pak"
Jawab asih sambil mencium punggung tangan suami nya
"Aku mandi dulu yaa Bu, setelah itu nanti aku bantu ibu siapin makan malam"
Sahut Cahya
Cahya bergegas naik menuju kamar nya, lagi dan lagi kamar tamu itu menarik perhatian Cahya.
ia melihat pintu kamar itu terbuka, perlahan Cahya mendekati kamar itu. saat Cahya ingin masuk . .
"Mbak, jangan masuk kamar itu!!"
Teriak Mentari
BBRAAKKKK . .
Pintu kamar itu tertutup dengan sendiri nya, hingga membuat Cahya terkejut, dan beringsut mundur.
Cahya amat terkejut bagaimana bisa pintu kamar itu tertutup dengan sendiri nya.
"Mbak, jangan pernah membuka pintu kamar itu apalagi masuk kesana.!!"
Ucap Mentari sambil menunjuk ke arah kamar tamu tersebut.
"Kenapa? ada apa memang nya di kamar itu?"
Tanya Cahya sambil mengerutkan dahi nya.
"Di dalam kamar itu lah dia bersembunyi mbak!!"
"Di-dia siapa maksud kamu?"
Tanya Cahya yang semakin bingung.
Namun Mentari tak menjawab nya lagi, ia lantas pergi begitu saja meninggalkan kakak nya.
Cahya masih belum bisa mencerna apa maksud dari Mentari barusan? atau jangan-jangan Mentari hanya bercanda saja, namun dari raut wajah nya ia nampak begitu serius, tidak seperti orang yang tengah bercanda.
Selesai mandi Cahya langsung turun ke dapur untuk membantu Ibu nya menyiapkan makan malam, alAsih masih saja melamun memikirkan kejadian pagi tadi.
"Sebenarnya Ibu kenapa sih Bu? kenapa ngelamun terus?"
Tanya Cahya merasa aneh dengan ibu nya
"selesai makan nanti akan Ibu bicarakan dengan kamu dan juga Bapak!!"
Jawab Asih dengan mimik wajah yang begitu serius.
Setelah makan malam selesai, Asih meminta suami nya dan juga Cahya untuk menunggu diri nya di ruang tamu.
"Ada apa Bu? kayak nya kamu serius banget??"
Ucap Mardani yang terheran.
"Pak, lebih baik kita pindah saja dari rumah ini secepat nya, Seperti nya Ibu kurang nyaman berada disini.."
Ucap Asih dengan mimik wajah yang sulit di artikan.
"Pindah? kenapa memang nya Bu? Bapak kan sudah bayar uang sewa untuk satu tahun, Bu.!!"
Jawab Mardani sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Rumah ini akan mencelakakan kita pak, rumah ini adalah rumah Pemakan Tumbal"
Sahut Asih dengan lantang.
"apaaa?? Rumah pemakan tumbal?? Hehe Ibu.. Ibu..!!"
Sahut Cahya yang tidak percaya dengan apa yang di katakan Ibu nya.
"Loh..? kenapa kamu malah ketawa? warga sini kok yang bilang kalau rumah ini, rumah pemakan tumbal.!!"
Sahut Asih dengan lantang.
"Apa mimpi aku itu adalah peringatan ya?
Ucap Cahya tiba-tiba.
"Mimpi? kamu mimpi apa mbak?"
Tanya Asih sembari sedikit membulatkan matanya.
"Aku bermimpi lihat Mentari sedang bermain ayunan di taman saat malam pertama kita disini, aku bergegas keluar dan aku langsung ajak Mentari masuk kerumah, tapi Mentari bilang bahwa ada yang ingin di tunjukkan oleh teman nya. Padahal saat itu aku ngeliat Mentari sedang bermain sendirian di taman. Tapi, tidak lama kemudian ada seorang gadis kecil yang kira-kira usia nya seumuran dengan Mentari sedang berdiri tepat di belakang aku. Gadis itu bilang kalau aku dan Mentari harus segera sembunyi, lalu muncul seorang wanita yang menurut aku wajah nya itu tidak asing. Tapi aku tidak tahu siapa dia? dan wanita itu berbicara dengan makhluk yang amat menyeramkan Bu, pak. Dan gadis itu juga bilang bahwa makhluk itu akan menghabisi keluarga kita"
Jelas Cahya dengan detail.
"Kamu benar Cahya!! Mentari punya teman tak kasat mata dan hanya kamu, mentari dan Bu''de Ratmi saja yang bisa melihat dia. Ibu rasa itu bukan mimpi tapi nyata"
Jawab Asih.
"Tidak. Kita akan tetap disini, Bapak sudah tidak punya simpanan uang lagi jika kita pindah. Mau membayar uang sewa nya pakai apa? Hahh..??"
Sahut Mardani dengan lantang.
"Tapi Pak... Bagaimana jika nanti terjadi sesuatu pada kita??"
Ucap Asih.
"Tidak ada tapi-tapian. Kalau kalian nekat ingin pergi juga dari sini, silahkan..!!
Jawab Mardani yang mulai naik pitam.