webnovel

Bahkan, belum dimulai

"Ibu, kemana kita akan pergi?! Tak bisakah kita menunggu sampai besok?! Aku merasa lelah untuk hari ini, dan juga cuaca tidak terlalu bagus,..... " yurika menghentikan kata-katanya setelah menyadari ibunya mulai menangis, dia belum sepenuhnya menyadari situasi, yang ia tahu ibunya sedang berkemas dengan tergesa-gesa dan cuaca diluar sedang hujan gerimis, langit mulai gelap oleh awan hitam dan senja mulai menampakkan diri tanpa di iringi sang mentari. Ibunya menghentikan kegiatannya segera duduk menatap pohon jambu di depan jendela kamar di iringi terpaan angin dan hujan gerimis yg menggoyahkan setiap helai daun yg basah, " Yurika, ibu tidak punya cukup banyak waktu untuk saat ini, menjelaskan apapun padamu, jadi Ibu mohon mengertilah" akhirnya ibunya berbicara dengan nada serak bergetar namun penuh arti sambil menyeka air matanya seolah tak ada gunanya ia menangis. Yurika hanya menatap ibunya dengan kalut sesekali pandangannya menerawang jauh melalui jendela tidak jelas apa yang ada di benakknya, tidak bisa digambarkan dan tidak tahu, " baiklah" sekian menit kemudian dia menyerah pada keputusan ibunya dan mulai membantu ibunya berkemas, ibunya hanya melirik putrinya sekilas tanpa menghentikan kegiatannya, tak bnyak yang mereka kemas hanya beberapa pasang pakaian dan kenangan sederhana, l. Beberapa menit kemudian mereka keluar dari kamar menuruni tangga dengan hati-hati dari setiap anak tangga tiba- tiba " nyonya, apa keputusan anda sudah bulat? Tak bisakah ditunda hingga besok, cuacanya sangat buruk dan juga perjalanan anda jauh nyonya " seorang perempuan paruh baya menghampiri dengan tampang khawatir dengan suara paraunya, ibu anak itu hanya berhenti sesaat sambil melirik pembantunya dengan tatapan yang hanya dipahami oleh mereka bertiga kemudian melanjutkan langkah menuju garase, tidak ada sopir tidak ada asistant, hanya mereka, berdua,

Perlahan mobil mulai keluar rumah melaju pada kecepatan standar menuju jalan utama, suasana sepi senyap mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, mereka berdua sibuk memikirkan apa yang akan terjadi tapi terlihat jelas apapun yang akan mereka hadapi atas keputusan ini, nyonya erika berusaha untuk terlihat tegar dan aman, agar putrinya tidak merasa was-was sayangnya mereka memiliki kekhawatiran yg sama di lubuk hati mereka. "Ibu, sejauh ini aku selalu percaya padamu, kau juga tahu bahwa hanya ibu yang aku miliki, jadi untuk kedepannya apapun yang akan kita temui aku akan menerimanya dan tidak akan pernh menyalahkanmu, jadi jika ada sesuatu yang ingin ibu diskusikan, itu akan lebih baik daripada kau hanya mempertimbangkannnya sendiri" yurika membuka percakapan dengan hati-hati agar tidak memperburuk suasana sambil mencuri pandang terhadap ibunya yang sedng mengemudi dengan expresi wajah yang datar namun terlihat jelas guratan diwajahnya menyiratkan kepedihan, ibunya hanya tersenyum sekilas sebelum memalingkan wajahnya ke arah Yurika dan berkata " kau memang anak baik " mata mereka bertemu untuk sesaat, kemudian mereka memacu mobilnya di keramaian tanpa sadar Yurika merasa tenang, menguap dan tertidur, ibunya menatap putrinya lembut sambil tetap memegang kendali atas mobilnya.

"Argh" Yurika mengerang sambil memegang pelipisnya yang terbentur dengan kaca pintu, tersadar dari tidur lelapnya ketika mobil bergejolak di antara jalanan berbatu, perlahan ia menyadari situasi sambil mengamati sekeliling dengan seksama "Ibu.... " kata -katanya tersendat dilanjutkan dengan ekpresi kengerian sambil mengawasi setiap centi jarak yang mereka lalui, dia menatap ibunya sekilas, tidak ada jawaban dari mulut maupun ekpresi ibunya, ia hanya bisa terus mengawasi setiap jengkal tempat yang mereka lewati, kalau sebelumnya ia masih bisa menyembunyikan ke khawatirannya jauh di lubuk hatinya, tapi tidak untuk saat ini, ia merasa ngeri, takut, semua itu menjalar diseluruh pembuluh darah dan nadinya, sendi-swndinya seakan goyah tidak mampu menopang tubuhnya atas situasi ini, ia lemas bergetar, ibunya tidak berusaha menenangkan karena ia sensiri merasa ini semua diluar dari bayangannya hanya saja mereka tidak memiliki kesempatan untuk kembali bahkan membatalkan ke adaan ini. "Apa kau lupa dengan apa yang sudah kau katakan diperjalanan sebelum kai tertidur?!" ibunya mengingatkan tanpa menoleh, berusaha untuk tetap tenang, yurika mengangguk pelan " maka, tolongah bekerja sama" lanjut ibunya dengan lembut smbil terus menyusuri jalanan yg berliku dn bergelombang sebagai jalanan yang tidak terjamah oleh uang dan orang. Entah sudah berapa lama mereka berjalan dan menyusuri hutan pinus yang lebat tanpa pemukiman penduduk yang bisa mereka temui, sepenuhnya Yurika sudah pasrah selum akhirnya dia menyandar pada kursi dan merebahkan kepalanya mengingat semua yang telah ia lalui selama ini, ia memiliki 1 adik perempuan bernama Yumaria dan 1 kakak laki-laki bernama yugana selisih usia mereka tidak jauh hanya beberapa bulan, tentu saja mereka adalah saudara tiri dan seoarng ibu tiri bernama wilia, hubungan mereka seperti saudara tiri kebanyakan tidak terlalu bagus, Yurika masih bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya dengan mereka atau tidak, mengingat ayahnya belakangan ini sedikit mengabaikan Yurika dan ibunya, tanpa sadar ia ketiduran lagi, mungkin karena ia terlalu lelah, setelah melewati hari ini dimana ia harus mondar mandir mengurus berkas penerimaan mahasiswa baru, Yurika baru lulus sekolah menengah kejuruan ia sedang menyiapkan hal-hal untuk ke perguruan tinggi sebelum hari ini terjadi, entah apa yang akan terjadi kedepannya masih belum bisa ditebak.

Ketika mereka tiba, Yurika masih belum sadar dari tidurnya, ibunya menghentikan mobil tepat didepan sebuah bangunan tua dengan pagar yang ditumbuhi semak belukar merambat dimana-mana, hanya ada 1 bangunan tingkat dua ber gaya eropa, kuno, usang tapi masih terlihat megah, sayangnya terletak ditengah hutan, seberapa menarikpun tempat ini akan tetap terasa mengerikan untuk ditunggaki bagu mereka yang masih waras, namun ketika ia dan ibunya memutuskan menempati tempat ini bukan berarti mereka gila, hanya saja ke adaan memaksa mereka melakukan hal gila. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam tidak ada banyak waktu tapi sebelum itu ibunya menghubungi seseorang sebelum akhirnya sadar tidak ada sinyal di sana, ia menhidupkan mobilnya tapi agak susah hingga dicoba sekian kali starter barulah hidup, mungkin karena perjalanan terlalu panjang, jalanan rusak cuaca dingin dn hujan menyebabkan mesin mobil terganggu, dan hal itu membangunkan Yurika dari tidurnya tepat ketika mobil memutar arah, jadi ia hanya melihat sekilas bangunan itu, tentu tidak menyadari itu adalah tujuan mereka,

" apa yang terjadi bu?! " Yurika menatap ibunya setelah benar-benar sadar dari tidurnya

" kita sedikit perlu bantuan, jadi kita qkan menemui seseorang, ibu lupa disini tidak ada sinyal dan telepon" ibunya menjelaskan tanpa berpaling karena jalanan cukup menegangkan, akhirnya mereka tiba di sebuah pemukiman, tidak banyak rumah yang berdiri bahkan tidak seperti rumah, hanya berupa gubuk dengan jarak beberapa meter antara gubuk satu dan gubuk lainnya, tidak ada listrik, mereka hanya menggunakan lampu petromax, ada yang hanya mengandalkan cahaya dari perapian, karena ini merupakan sebuah pedalaman jadi masih mudah bagi mereka untuk menemukan kayu bakar, mobil berhenti disebuah parit kering "tunggu disini, ibu akan turun" ibunya mengingatkan sambil bergegas, lampu mobil masih menyala menerangi sepanjang jalan yang hanya bisa dilewati satu mobil itu, Yurika memeperhatikan setiap jengkal situasi dihadapannya dengan rasa campur aduk, ia merasa gelisah sembari melihat ke arah ibunya tadi menghilang, belum ada tanda-tanda kemunculan tiba-tiba ia merasakan di awasi oleh se sesosok yang entah apa dari balik pohon yang juga entah pohon apa, siapa yang tau ditengah kegelapan dan pemukiman terpencil ada pohon apa saja, apalagi bagi Yurika, ia menutup matanya dengan rapati merasa aura dingin memenuhi sekujur tubuhnya sebelum bulu halus mulai menerjang berdiri,, "tok tok tok" tiba -tiba kaca mobil diketuk, ia tidak memiliki keberanian untuk melihat kenyataan yang mungkin saja tak seburuk bayangannya, lama suara ketukan itu terdengar Yuruka semakin menjadi-jadi dalam imajinasi liarnya setelah sekian detik ketukan itu terhenti dan diluar terdengar riuh ia perlahan membuka matanya dan mengintip keluar, ibunya sedang berdiri beberapa meter di depan bersama beberapa orang yang mungkin saja itu adalah penduduk setempat atau orang yang ibunya cari, akhirnya ia membuka kaca mendongak keluar dengan lega sambil menghirup udara dalam-dalam, "sangat segar, beda dengan di kota" bathinnya tersenyum, kemudian ibunya naik ke kemudi mobil di ikuti 2 orang, satu wanita dan satunya laki-laki berusia sekitar 40 tahun, " apakah ini nona nona Yurika?! Perkenalkan non saya Murni dan ini suami saya Parto" sapa wanita itu dengan senyum segan, Yurika hanya melirik sambil tersenyum, mereka kembali menuju tujuan mereka melewati jalan lain karena jalan semula tidak ada tempat untuk memutarbalik, sepanjang perjalanan ia mengamati lingkungan itu tanpa pemikiran, sedikit tidaknya kecemasannya untuk saat ini sudah terabaikan dengan adanya dua orang dibelakang mereka meskipun entah sampai kapan, kemudian mereka tiba ditempat semual, sebuah rumah bergaya eropa dengan lantai 2 yang megah namun menyeramkan, mereka turun namun lampu mobil tetap menyala untuk mereka bisa melihat dengan jelas dibawah remang-remang malam gelap berkabut dan dingin yang menusuk. Tidak banyak yang berkomentar, dua orang yadi sudah tahu situasi jadi dengan sigap menjalankan tugasnya mulai dari membersikan sekitar gerbang dan menurunkan barang-barang dari mobil, mereka membuka pintu depan rumah dengan sedikit tenaga, bisa dibayangkn sudah berapa lama tempat ini tidak terjamah, suasana dalam rumah gelap, dingin, lembab dan bergema, jaring laba-laba ada dimana-mana menjaring wajah mereka ber kali-kali Yurika menghempaskan tangannya sambil memegang senter "jadi, bagaiamana kita memulai dengan ini bu?!" Yurika memulai setelah keadan hening dan saling pandang, ibunya diam, mengerti dengan maksud putrinya, Parto menuju bagian belakang dan mencoba menghidupkan ganset, ternya masih bisa dinyalakan. Lampu menyala di ruang utama tapi di beberpa tempat lampunya mati, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara semprotan di lantai atas sangat keras bergema, mereka tahu apa yang sedang terjadi tapi tidak dengan Yurika, ia kaget wajahnya pucat berkeringat ia hanya mematung dibawah lampu memegang senter, Parto segera berlari ke atas dan menutup keran di kamar mandi, teranyata keran terbuka jadi ketika ganset menyala maka air sumur akan terpompa dan keluar dari keran.

Setelah ber beres-beres Yurika dan ibunya memutuskan istirahat lebih awal sementara Murni dan Parto melanjutkan kegiatan mereka mengurus rumah itu, di dalam kamar Yurika dengan gelisah bertanya "ibu, apa ini akan segera berakhir?!" Dengan lembut ibunya menjawab sambil tersenyum mengingatkan "kita bahkan belum memulainya" Yurika tertegun dan menghempaskan dirinya ke ranjang dengan tatapan menerwang menatap langi-langit

"bagaimana dengan kuliahku?! " ia melanjutkan dengan putus asa.

" sebaiknya khawatirkan diri nyawa kita" ibunya mengingatkan dengan senyum namun terlukis kecemasan dalam tatapannya.

"Sana, tidurlah ke kamarmu" ibunya memerintah dengan lembut sambil mengeluarkan barang- barang dari koper

"Aku, ingin tidur disini denganmu, aku.... " Yurika tidak menyelesaikn kalimatnya, ibunya paham apa kelanjutan kalimat itu dan tidak mempermasalahkan

"Tidurlah, ibu segera menyusul setelah beres-beres"