webnovel

Royal Family Series : Pengantin Sang Raja (The King's Bride)

Richard adalah raja yang tak pernah menikah. Itu adalah sumpahnya setelah melihat penghianatan yang dilakukan ibunya. Namun bagaimana jika adik lelakinya yang merupakan pewaris tahta akhirnya meninggal dan memohon agar Richard menikah sebagai permintaan terakhirnya? GalaxyPuss

Galaxypuss · Sejarah
Peringkat tidak cukup
55 Chs

Surat dan Rahasia

Chevailer, 1999

Dear, Hans

Hari ini akhir Desember dan Chevailer tengah musim dingin, aku khawatir dengan keadaan sekitar. Terutama Richard dan James. Aku hanya berpikir untuk mengamankan mereka saja, tapi aku mulai mencari jalan lain setelah mendengar berita dari Jasmine.

Ia bilang mayat Samuel ditemukan di ruang bawah tanah Gereja Vatikan, tapi kedua putrinya hilang. Mereka tidak ada di tempat kejadian, dan tak seorang pun tahu mereka dimana. Aku sedih mendengar berita itu, mayat Eliana sudah dipulangkan beberapa hari lalu dan mereka menguburnya di rumah mendiang orangtuanya, di dekat pantai. Aku tidak ikut menguburkannya, tapi Jasmine bilang Eliana meninggal karena luka tembak. Aku sempat menyarankan pada Heinry untuk memakamkannya di komplek makam istana, tapi Heinry menolaknya.

Aku tahu Heinry pasti merasa bersalah, Eliana baru melahirkan dan anak mereka yang paling kecil baru berusia beberapa bulan. Aku masih ingat saat Eliana ikut ke Arcene dan membawa kedua putrinya. Aku lupa siapa nama keduanya, tapi aku ingat anak pertama mereka. Dia gadis yang manis, dan riang. Richard bermain bersamanya dan anak itu sepertinya menyukainya. Bukan dalam artian romantis, hanya fakta bahwa Richard bisa tertawa lagi setelah beberapa waktu membuat aku bahagia. Aku bahkan mencandai Eliana bahwa aku memesan anaknya menjadi menantuku nanti, aku pikir dia akan serasi bersama Richard.

Aku mengirim surat ini untuk memintamu menjaga diri juga, Samuel adalah kapten pasukan khusus, dan kudengar sekarang pasukan sedang agak kacau setelah kematiannya. Tapi Heinry bilang dia akan memastikan seorang dari pasukan untuk menjaga keluargamu. Dia takut kau akan berada dalam bahaya juga, Heinry minta agar kau tetap di Chevailer. Setidaknya akan ada banyak orang yang bisa melindungimu disini.

Tolong jaga dirimu, aku akan berkunjung jika sempat. Titip salam untuk Justin, sampaikan bahwa aku menyayanginya.

Luna.

Raja Muda itu termenung selama beberapa saat sambil memandangi surat itu, otaknya mencoba memahami apa yang sebenarnya di sampaikan ibunya. Tapi gagal saat dua kata familiar muncul dalam tulisan ibunya, 'Justin' dan 'Vatikan'. Dengan perasaan menggebu, Raja itu meraih surat yang lain dan melanjutkan bacaannya.

Chevailer, 2000

Dear Hans

Richard bertengkar lagi dengan Heinry, dia menentang keputusan ayahnya lagi dan kali ini sepertinya sudah siap saling memukul jika saja Charles tidak melerai mereka. Sebenarnya baik aku ataupun Heinry sama-sama merasa bersalah, Richard terus mengira bahwa aku berselingkuh denganmu. Aku mendengar dia mengatakan itu berkali-kali pada Heinry saat mereka beradu mulut.

Heinry diam, dan aku tahu itu membuat Richard makin marah. Tapi kami tentu tidak bisa mengatakan kenapa kan, dia masih terlalu muda dan lagipula aku takut ia akan mendendam. Heinry tidak ingin tahta Richard nanti menjadi ajang pembalasan, maka ia memutuskan untuk bersikap biasa saja. Tapi beberapa hari terakhir ini Heinry agak gelisah, ia ingin menyingkirkan dokumen-dokumen itu agar tidak seorang pun bisa menemukannya lagi.

Charles juga mencoba bicara padaku kemarin, dia memintaku untuk menjelaskan saja pada Richard tapi aku menolak. Aku tahu pria itu hanya merasa bersedih lantaran sikap kasar Richard padaku, aku tidak menyalahkan. Tapi aku tahu aku sudah menyakiti anak itu dan aku tidak pantas meminta maaf.

Beberapa anggota pasukan khusus masih di Vatikan, Charles terpaksa masuk kembali ke pasukan dan memimpin setelah beberapa bulan ini pasukan kacau akibat kematian Samuel. Charles mengeluh diam-diam kemarin, dia bilang dia sudah pensiun dari pistol tapi ia tidak punya pilihan. Dia juga merasa bertanggung jawab pada Eliana dan Samuel, dia ingin menemukan kedua putri mereka. Kemarin aku dengar Charles bernegosasi dengan pemilik Gereja tempat jasad Samuel ditemukan, dari yang aku tahu Charles berencana mengganti nama gereja itu. Aku tahu itu rencana Heinry, ia tidak ingin siapapun mencari tahu gereja itu lagi, dan kemarin mereka berhasil menghancurkan sisa racun yang terakhir. Aku dengar kepala militer marah-marah, lantaran senjata amunisi baru mereka dihancurkan habis-habisan.

Tapi aku pikir itu hal yang terbaik, Heinry memintaku untuk menyampaikan padamu bahwa semua ini bukan salahmu. Kau menemukan semua itu untuk tujuan baik, tapi pihak-pihak lain malah menggunakannya untuk tujuan buruk. Kau sudah berusaha, jangan menyalahkan dirimu sendiri.

Aku akan meminta Jasmine mengantar James kerumahmu, dia bisa menemani Justin bermain. Maaf, aku tidak bisa menyuruh Richard. Dia sepertinya sudah menghapal wajahmu dan wajah Justin, kemarin Charles bilang anak itu kabur dari sekolahnya lagi dan dugaan Charles ia mencoba mencari tahu tentangmu. Aku pikir itu benar, karena kemarin dia memandangku tajam sekali saat makan malam. Bukannya aku takut atau apa, tapi ini pertama kalinya dia menatapku setelah sekian lama. Aku memutuskan untuk mengajaknya bicara, tapi dia malah pergi dari meja makan.

Yang dikhawatirkan adalah fakta bahwa Richard semakin cerdas saja, aku dan Heinry agak kewalahan. Kami khawatir dia akan mengetahui sesuatu.

Jangan lupa, Heinry memintamu memberikan dokumen izin pemberhentian penelitian. Charles akan mengambilnya besok, jaga dirimu baik-baik. Sampaikan salam sayangku pada Justin.

Luna.

Richard terdiam lagi setelah ia usai membaca surat kedua, berbagai macam dugaan muncul di kepalanya seperti semut. Rasanya sulit untuk berpikir jernih karena ada banyak nama dan hal yang tidak ia pahami dalam tulisan itu. Apa yang disembuyikan orang tuanya? Siapa Hans dan Justin yang disebut disini? Apa yang sebenarnya terjadi di Vatikan? Apa yang dihancurkan, dan kenapa Charles sepertinya mengetahui sesuatu?

Mengerang kesal, Raja Muda itu menyandarkan punggung di kaki sofa sembari memijat pangkal hidungnya. Ribuan kenangan berputar di ingatannya, termasuk saat perkelahiannya dengan sang ayah yang nyatanya ditulis ibunya dalam surat. Dengan cepat, Richard mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menghungi nomor yang sudah ia hapal.

"Halo?"

"Yang Mulia, ini saya. Ada apa?"

"Kau sudah sampai di Chevailer Justin?"

Hening sebentar. "Maaf. Saya masih di Vatikan, penerbangannya masih setengah jam lagi. Saya mungkin akan sampai sebelum jam makan malam."

"Temui aku di kantorku begitu kau sampai, ada sesuatu yang ingin aku katakan."

"Ya," Justin menjawab lugas. "Saya mengerti, saya akan segera tiba."

...

"Yang Mulia Raja mencari anda."

Louis mendongak dari dokumen laporan persenjataan yang dikirim oleh Kepala Angkatan Darat, ia memandang sosok prajurit di depannya yang berdiri tegap dengan gesture siap.

"Aku?"

"Ya, Sire. Yang Mulia Raja mencari Anda."

"Kenapa? Bukankah Yang Mulia masih dalam jam istirahat?"

Prajurit itu sekilas kelihatan bingung. "Yang Mulia Raja tidak menjelaskan kenapa Sire. Hanya meminta saya untuk memanggil Anda."

Louis mengangguk, "Baiklah. Aku akan segera kesana."

"Ya, Sire," parjurit itu membuat gesture hormat. "Hormat."

Louis membalas hormat itu sebelum menutup dokumennya, sementara prajurit itu berbalik keluar perwira tinggi militer itu bangkit dari kursinya dan menghela nafas. Entah kenapa firasatnya mengatakan ada sesuatu yang salah, entah apapun itu.

Berdebat sesaat dengan dirinya sendiri, Louis kemudian berjalan keluar dan menyusuri lorong menuju ke ruangan Raja. Sesekali membalas sapaan prajurit atau pelayan, perwira itu sampai di depan pintu ruangan Richard. Menarik nafas sebentar, dengan langkah tegap Louis melangkah masuk, disambut oleh pemandangan yang sudah sangat biasa terjadi selama beberapa bulan terakhir ini. Richard yang sibuk dengan pekerjannnya.

"Yang Mulia?"

Richard mendongak sesaat. "Ah. Kau sudah sampai."

"Ya, Yang Mulia. Kalau boleh tahu ada keperluan apa Anda memanggil saya?"

"Kenapa kau selalu kaku begitu Louis?" Raja itu tersenyum kecil sambil bangkit berdiri. "Duduklah dulu, aku hanya ingin berbincang denganmu saja."

Louis tersenyum canggung sembari mengikuti Richard menuju ke sofa. "Bagaimana kabarmu Louis? Aku baru menyadari baru-baru ini bahwa meskipun kita tinggal di istana yang sama, kita jarang sekali berjumpa."

"Ya, Yang Mulia," ucap Louis sembari duduk. "Maaf, karena saya terlalu sibuk hingga tidak sempat berkunjung."

"Bukan kesalahanmu, aku pun juga sibuk."

"Bukankah Anda harusnya masih dalam jam istirahat?" Louis bertannya. "Ini jam break Anda, kan?"

"Ya. Dalam jadwal Charles, tapi ada sesuatu yang membuatku kembali lebih cepat."

"Saya mengerti."

"Nah, Louis," nada Richard berubah. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu."

"Silahkan," Louis menunduk hormat. "Selama saya mengetahui, saya akan menjawabnya."

Senyum misterius bermain di bibir Raja Muda itu. "Apa kau tahu sesuatu tentang pasukan khusus?"

Hening.

Louis mendongak menatap Richard, ada kilatan keterkejutan dimatanya yang hadir sesaat. Sebelum kemudian dengan cepat berganti menjadi raut biasa.

"Pasukan khusus?"

"Ya."

"Darimana Yang Mulia mengetahui hal tersebut?"

Richard tersenyum dan bersandar lugas ke kursinya. "Dari suatu hal. Aku merasa penasaran, karena itu aku pikir kau mungkin akan mengetahuinya."

Louis berdeham. "Sejujurnya saya tidak terlalu mengetahui tentang pasukan khusus. Saya hanya mendengarnya dari Ayah saya, melalui cerita-ceritanya saat ia masih muda dulu. Yang saya tahu, pasukan khusus adalah pasukan istimewa yang dibuat untuk melindungi keluarga kerajaan dan terutama Raja dari segala hal. Baik yang bersifat politik ataupun dari bahaya lain, bahkan yang belum disadari oleh Raja. Mereka terdiri dari tujuh orang dalam satu tim, dan direkrut serta dilatih secara rahasia."

"Lalu?"

Perwira itu melirik. "Pasukan khusus ada sejak lama. Dibentuk dibawah pemerintahan Raja Alexander ke empat dan terus beroperasi hingga masa Raja Heinry. Ayah Yang Mulia, setelahnya pasukan itu kemudian dibubarkan."

"Kenapa mereka dibubarkan?"

"Saya kurang mengetahui hal itu, saya pikir itu adalah hal rahasia. Karena pasukan khusus lebih mirip semacam pasukan hantu, siapapun bisa menjadi anggotanya, dan anggotanya dikenal sangat rahasia. Hanya segelintir orang yang bisa mengetahui, biasanya hanya Raja, Ratu, Ajudan kepala dan Kepala Militer."

Richard mengangguk. "Lalu. Apa kau tahu sesuatu soal Samuel? Atau Hans Curry?"

"Samuel? Hans Curry?"

"Ya."

"Entahlah," hening sesaat. "Saya tidak pernah mendengar nama itu."

Raja Muda itu diam sebentar sembari tersenyum kecil, sebelum kemudian mendecak. "Sebenarnya aku ingin menayakan beberapa hal lagi. Tapi sepertinya kau pun sama tidak tahunya denganku, tapi tentu saja terimakasih." Richard tersenyum. "Malam ini bersiap-siaplah, Andrew akan datang untuk makan malam bersama. Aku sudah meminta Gwen untuk mengurus menu jamuannya, aku harap kau bersedia datang."

"Tentu saja."

"Sepertinya hubunganmu dengan Andrew belum membaik ya?"

"Hubungan kami baik," Louis menjawab datar. "Saya hanya tidak menyukainya."

Richard terkekeh. "Karena hal itu?"

Louis tersenyum kecil, "Ya. Juga karena beberapa hal lain, lagipula kami sudah tidak akur sejak dulu."

"Kalau aku ingat-ingat memang iya."

"Dia membawa banyak pengaruh buruk untuk Yang Mulia, saya benar-benar tidak menyukainya. Jika bukan karena ayah saya, saya tidak akan pernah menyapanya."

Raja itu tertawa kecil, "Ya. Jelas sekali."

"Kalau begitu," Louis tersenyum dan bangkit berdiri. "Saya akan kembali sekarang, sejujurnya saya memerlukan lebih banyak waktu untuk bersikap sopan jika berhadapan dengannya."

"Tentu, pergilah. Terimakasih waktunya."

Louis mengangguk sopan sebelum membuat gesture hormat. "Salute."

Richard membalas hormat itu dan mengangguk, memandang punggung Louis yang menjauh dan kemudian menghilang dibalik pintu.

"Kau berbohong Louis ..." bisiknya. "Aku tahu itu."

....

Louis berderap ke kantornya dengan cepat, setelah menutup pintunya. Perwira itu mendesah lelah dan melemparkan diri di sofa, jemarinya memijat pangkal hidungnya frustasi dan dengan kesal ia mengambil ponsel di sakunya sebelum menghubungi sebuah nomor.

"Dimana kau Charles?" cercanya begitu panggilan diangkat.

"Saya masih berada di Gedung Parlemen My Lord."

"Masalah serius," Louis menjeda. "Yang Mulia mengetahui sesuatu soal Pasukan Khusus?"

"Maaf My Lord?"

"Pasukan Khusus, Beliau memanggilku ke kantornya dan menayakan soal pasukan khusus. Beliau tahu sesuatu Charles, dan kau tahu betapa berbahayanya itu. Kita harus melakukan sesuatu."

"Anda mengatakan sesuatu?"

"Hanya hal remeh," Louis menggerutu. "Hanya menjelaskan apa itu pasukan khusus dan bahwa mereka sudah dibubarkan."

Hening sebentar. "Saya akan mengurusnya."

"Aku sungguh-sungguh berkata bahwa kau harus hati-hati Charles, Yang Mulia bahkan mengetahui soal Samuel dan Hans Curry."

"Ya, saya mengerti," Charles menghela nafas sebelum melanjutkan. "Tapi Yang Mulia tidak tahukan?"

"Soal apa?"

"Bahwa Anda juga anggota pasukan khusus, Beliau tidak mengetahuinya kan?"

"Tidak, Beliau tidak menanyakannya dan Beliau tidak akan mengetahuinya."

.....

Halo, Galy disini. Aku mau menyampaikan beberapa hal, jadi banyak komen yang bertanya kenapa aku ga bisa update setiap hari?

Hm, jadi aku punya beberapa lapak menulis di tempat lain, termasuk wp dan tw (aku ga rekomen kalian cari, karena diluar web novel aku author bxb) dan agustus ini aku juga lagi proses menerbitkan bukuku yang kedua. Jadi aku harus bagi waktu dan yah, aku ga bisa rutin update. Jadi dengan sangat aku mohon pengertian kalian semuanya ya.

terimakasih.

regards

Galaxypusscreators' thoughts