webnovel

SUARAKU HABIS

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Karya orisinil Ookamisanti_ jikapun ada kesamaan mohon maaf dan mungkin tidak sengaja.

><><><

Tanpa pikir panjang, aku bertanya, "Apa aku ini anak kandung Papa?"

"Pertanyaan macam ap aitu? Tentu saja kau anak kandung Papa, Rei," jawabnya. Aku tersenyum tipis. Apakah benar aku anak kandungnya? Apakah ada seorang papa yang menyiksa anak kandungnya sendiri? Aku tidak yakin dengan jawabannya. Namun, aku berhenti untuk membantah, aku tak ingin dihukum lagi.

Setelah kejadian itu, untuk kesekian kalinya aku hanya bisa menurut. Menuruti semua keinginannya. Mungkin akan lebih baik seperti itu agar tak mendapatkan masalah.

Setahun kemudian, aku dipaksa mamaku untuk menjadi seorang penyanyi. Ia terus menerus memaksaku. Sama halnya dengan papa, jika aku tak menurutinya, maka aku akan dihukum. Sampai sekarang pun aku selalu dihukum kedua orang tuaku jika aku melakukan kesalahan. Hari ini adalah hari di mana aku mengikuti lomba bernyanyi, mama memaksaku untuk mengikuti lomba ini dan aku harus menang. Jujur, aku tak terlalu bermasalah dengan semua ini, suaraku cukup bagus dan kemungkinan aku bisa menang. Namun, masalahnya ialah suaraku. Suaraku hampir habis karena seminggu yang lalu mama selalu memaksaku untuk terus bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Jika aku berhenti bernyanyi sedetik saja, maka ia akan mencekikku. Sepertinya pagi ini aku akan kembali dicekiknya karena suaraku tak keluar ditambah hari ini adalah hari yang menurut mama sangatlah penting. Tak berapa lama, dia masuk ke kamarku sembari tersenyum. Sungguh aku takut bertemu mama, dia tidak tahu kalau kini suaraku habis.

"Sudah siap?" tanyanya. Aku hanya mengangguk.

"Ayo!" ajak mama. Akhirnya kami pun berada di perjalanan menuju ke tempat perlombaan. Di perjalanan menuju ke sana, mama terus mengajakku mengobrol, aku hanya dapat mengangguk saja.

"Mengapa kau diam saja, Rei? Jika Mama mengajakmu berbicara, sahutlah ucapan Mama. Jangan hanya mengangguk saja," tegur mulai curiga. Aku memejamkan mataku.

"Su-" jawabku tertahan. Nada bicaraku terdengar aneh, mama menghentikan mobilnya dan menatapku.

"Ada apa denganmu?" tanyanya. Aku menggeleng lalu ia pun menarik kerah pakaianku dan menatapku tajam.

"ADA APA DENGANMU?" bentak mama membuatku terkejut. Dengan terpaksa aku harus memberitahunya.

"Su-suaraku habis," kataku pelan.

"Apa kau bilang? Keraskan lagi suaramu!" suruh mama. Rupanya suaraku tak terdengar olehnya. Aku pun mengulangi ucapanku. Seketika dia memukulku membuatku terkejut.

"Jangan bercanda, Rei!" omel mama. Aku menggelengkan kepala. Seketika saja dia mencekik leherku agar suaraku kembali. Aku memohon-mohon kepada mama agar melepaskanku. Nafasku mulai tercekat akibat cekikannya.

"KEMBALIKAN SUARAMU, REI!" teriak mama tepat di telingaku. Semakin lama cengkeraman tangannya di leherku semakin kuat, nafasku semakin sedikit yang keluar. Aku memejamkan mataku dan menangis. Lalu tak lama ia melepaskan tangannya dari leherku dan menjauh. Aku terbatuk-batuk sambil mengatur nafasku.

"Bagaimana? Sudah kembali?" tanyanya. Aku masih terbatuk-batuk.

"REI!" Aku langsung menganggukkan kepalaku saat mama berteriak seperti itu. Aku mengetes suaraku dan bernyanyi sedikit. Ku paksakan bernyanyi walaupun tenggorokan dan leherku rasanya sangat sakit. Semua ini demi mama.

Setelah mengikuti perlombaan itu, aku gagal memenangkan lomba karena saat bernyanyi suaraku tiba-tiba hilang, tenggorokanku rasanya sangat sakit dan perih. Di tempat perlombaan aku menangis karena saking sakitnya tenggorokanku. Mamaku pun membawaku ke rumah sakit. Setelah diperiksa ternyata pita suaraku rusak, aku tak bisa bernyanyi lagi untuk sementara waktu. Setelah itu, mama marah-marah padaku. Menyiksaku setiap harinya ditambah papa juga ikut menyiksaku karena aku sering bolos belajar dan mengikuti les vokal. Jadi, ya, penderitaanku lengkap. Kedua orang tuaku menganggapku seperti bukan anak kandungnya. Menyedihkan sekali hidupku.

#FLASHBACK~OFF

Ya, seperti itulah kehidupanku di masa lalu. Kini aku hanya bisa menjalani hidupku di bawah pengawasan kedua orang tuaku. Ya, tanteku itu adalah suruhan kedua mereka untuk mengawasi aku. Jika aku melakukan suatu hal gila, dia akan melaporkannya kepada kedua orang tuaku itu. Wanita itu sama saja seperti mereka, tidak memiliki hati. Jika hidupku seperti ini terus menerus, bagaimana jika aku menikah dan punya anak nanti? Apakah mereka akan terus mengawasi gerak gerikku? Apakah aku akan tetap tinggal serumah dengan mereka? Cih, jika memang itu terjadi, lebih baik aku tidak menikah dan tidak memiliki anak daripada nanti istri dan anakku yang menjadi korban mereka. Aku tidak ingin orang lain terlibat dalam keluarga iblis ini.

Aku pun menghela nafasku dan memejamkan mataku mencoba mengistirahatkannya. Lebih baik aku tidur daripada memikirkan keluargaku.

***

Aku mengendarai mobilku menuju kampus. Hari ini aku tak akan memakai masker, tapi setidaknya aku membawanya untuk berjaga-jaga. Di kampusku, semua orang sudah tahu siapa aku. Namun mereka tidak tahu kalau aku bekerja menjadi seorang direktur utama, yang mereka tahu aku hanya seorang penyanyi. Para gadis mengagumi aku begitupun dengan dosen di sana, penggemarku pun juga banyak. Aku bersyukur karena mereka tidak begitu fanatik denganku. Walaupun kini aku terkenal, tetap saja aku adalah aku. Aku tidak akan menyomongkan siapa aku ini. Aku ingin tetap menjadi diriku sendiri apapun yang terjadi dan aku tidak akan pernah melupakan kebaikan orang-orang yang sudah membantuku. Baik dalam hal kecil atau hal besar. Intinya aku tetaplah aku.

Sesampainya di parkiran aku segera turun. Belum juga sampai koridor, beberapa penggemarku menyapaku dan memberiku beberapa hadiah. Ya, layaknya seorang penggemar kepada idolanya. Dengan senang hati ku terima hadiah dari mereka.

"REI!" Aku terkejut saat tubuhku didorong seseorang. Aku menolehkan kepalaku. Dia pun memelukku dengan erat. Aku pun mencoba untuk melepaskannya.

"Lepaskan aku!" erangku. Dia melepaskan pelukannya lalu cengengesan.

"Ke mana saja kau? Tiga hari tidak terlihat di kampus. Apakah kau tahu? Aku merindukanmu," kata temanku itu. Aku hanya bergidik lalu berjalan meninggalkannya. Dia terus menanyakan hal yang sama tapi aku hanya diam tak membalas. Temanku ini bernama Masato Yuki. Ia memiliki sifat yang begitu berbanding terbalik denganku. Pandai berbicara, selalu memasang ekspresi ceria dan dia sangat percaya diri. Yuki memiliki mata berwarna coklat, rambut berponi dan berkulit putih. Bukan hanya itu, ia juga tergolong orang yang sangat baik. Bukan hanya kepadaku saja, ke semua orang pun sangat baik. Maka dari itu, ia terkenal di kampus karena kebaikannya. Beruntung aku memiliki teman seperti Masato Fujio.

Sesampainya di kelas, aku langsung duduk di kursi lalu memasukkan kado pemberian penggemarku ke dalam tas. Fujio memberiku banyak pertanyaan tentang ketidakhadiranku di kampus. Ya, karena kesibukanku bernyanyi dan berada di kantor, aku sampai tak ada waktu untuk mengikuti kelas di kampusku. Hari ini waktuku lumayan senggang dan bisa menghadiri kelas walau ku tahu pasti asisten direktur itu akan meneleponku jika di kantor terjadi sesuatu. Apalagi ku dengar akan ada rapat hari ini.

Bersambung ...

><><><

ATTENTION : [ Please, jangan lupa tinggalkan komentar dan collection! ]

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!