Ku lihat orang-orang ini tampak berpura-pura, mereka tertawa saat Tasaki mengajak berbicara dan bergurau. Arata juga menyahut, Maika hanya tersenyum meski sesekali menundukkan kepalanya. Senyumannya seperti dipaksa. Sementara Ayah memainkan handphone. Mereka duduk di sofa, seakan-akan seperti biasanya.
"Sebenarnya ada apa? Kenapa kau meminta mengumpulkan semua orang?" tanya Fievero yang duduk di kursi samping ranjang.
Aku menoleh. Ku katakan kalau aku butuh alat tulis. Tentu saja aku mengatakannya tanpa suara dan dia mengerti. Ditaruhnya pulpen di mulutku, lalu dia menunjukkan buku yang kosong ke arahku. Aku langsung menulis dengan susah payah. Karena tak mungkin aku menulis panjang lebar, maka hanya kalimat 'maafkan aku untuk segalanya dan terima kasih untuk semuanya'.
Hanya kata-kata itu yang bisa aku tulis meski tampak berantakan, tapi aku rasa masih bisa mereka baca. Setelah menulis, Fievero sempat membacanya, lalu ditunjukkan kepada yang lain.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com