webnovel

BERBINCANG DENGAN MIYAZAKI MAIKA

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Karya orisinil @ookamisanti_ jikapun ada kesamaan mohon maaf dan mungkin tidak sengaja.

><><><

Ku lihat ada dua orang gadis bertubuh pendek sedang merebutkan sesuatu. Di dekat mereka ada gadis yang tadi ada di studio rekaman. Sedang apa mereka? Aku pun menghampiri ketiga orang itu.

"Ada apa? Mengapa kalian bertengkar?" tanyaku kepada gadis yang sepertinya sedang melerai pertengkaran mereka. Ketiga orang itu berhenti dan menatapku. Dua gadis yang tak ku kenal saling menjauhkan diri, bahkan ku lihat mereka tengah merapikan rambut serta pakaian. Ada apa dengan mereka?

"Mereka merebutkan warna pakaian yang cocok untuk mereka kenakan di acara nanti. Aku mencoba menghentikan mereka, tapi mereka semakin menjadi-jadi," jawab gadis itu. Dua gadis bertubuh pendek ini menatapku. Sepertinya mereka masih sekolah, mungkin sekolah menengah pertama. Tubuh keduanya sangat pendek dan kecil.

"Kau tampan sekali. Siapa namamu?" tanya salah satu dari mereka. Dia memiliki rambut pendek bergelombang, matanya berwarna keemasan. Unik sekali.

"Reizero Rizer, aku baru bergabung di sini hari ini. Mohon kerja samanya," jawabku lalu menundukkan badan. Mereka membalasku.

"Hahaha …," tawa salah satu dari mereka. "Akan ku perkenalkan siapa kami. Ayolah, Keiko!" katanya.

"Ayo, Kaori!" Mereka pun nampak menggerakkan tubuh dengan gerakan yang aneh dan cepat. Namun nampak lucu karena mereka pendek dan berwajah imut.

"Kami adalah Artchazz," teriak mereka bersamaan.

Gadis berambut kecokelatan dan diikat dua itu berkata, "Namaku Mizuno Kaori."

"Namaku Hori Keiko," ucap gadis berambut bergelombang itu.

Lagi-lagi mereka berteriak bersamaan, "KAMI DARI OSAKA. MOHON KERJA SAMANYA!" Aku tertawa melihat bagaimana lucunya mereka. Pantas saja aksen mereka berbeda denganku. Ternyata mereka dari Kansai. Ku anggukkan kepalaku.

"Senyumanmu manis sekali. Apakah kau mau menikah denganku?" Heh? Aku tersenyum saat mendengar Mizuno bertanya seperti itu. Aku pun menatap Miyazaki yang cekikikan melihatku dilamar oleh seorang anak sekolah.

"Sudahlah! Kalian kembali latihan vokal. Pelatih akan marah kepada kalian kalau kalian terus melarikan diri," ucap Miyazaki menegur dia gadis bertubuh pendek itu. Mereka menolak dengan manja.

"Tampan, maukah kau ikut bersama kami menemani kami bertemu dengan serigala? Ayo ikut!" Tanpa aku menjawab pertanyaannya, Mizuno menarik tanganku agar ikut bersama dia. Dua gadis yang ada di belakang kami sepertinya mengikuti.

Sebuah studio vokal kami masuki, di ruangan ini ada seorang wanita sedang duduk di depan alat musik keyboard sedang memainkan benda tersebut. Ku dengar Mizuno menyapanya, "Hei, Serigala. Apa kabarmu?"

Wanita itu menghentikan aktivitasnya dan membelalakkan mata. Dia mengomel, "KAORI DAN KEIKO, KE MANA SAJA KALIAN? INI ADALAH WAKTU LATIHAN KALIAN! Jangan melarikan diri terus menerus! Waktu latihan kalian tidak sedikit, aku juga harus melatih yang lainnya." Beberapa kata dia keluarkan. Sepertinya wanita itu tidak terima kalau dua gadis yang dia sebutkan tadi tidak latihan vokal hari ini.

"Sudahlah, Serigala! Ka-"

"APA KAU BILANG? SERIGALA? KETERLALUAN SEKALI! KAU INGIN AKU PUKUL HAH? Kalian benar-be-"

"Yuka, sudahlah! Kita kedatangan orang asing, apakah kau tidak malu?" tukas Hori membuat wanita yang dipanggil Yuka itu berhenti berbicara. Dia menatapku lalu menundukkan badan, aku membalasnya.

"Dia baru gabung hari ini dan baru datang hari ini juga," kata Miyazaki memberitahunya. Aku mengangguk menyetujui.

"Namaku Watanabe Yuka, aku adalah guru vokal Artchies Projects ini. Mohon kerja samanya," ucap Watanabe. Aku tersenyum dan mengenalkan namaku lalu kembali menundukkan badan.

"Orang asing? Dari mana asalmu? Amerika? Rusia?" tanyanya.

"Hokkaido. Baru saja datang dari sana beberapa waktu yang lalu," jawabku. Dia terkejut. Aku yakin dia mengira aku adalah bukan warga negara Jepang. Karena namaku, mereka pasti mengira aku berasal dari luar negeri. Setelah berbincang-bincang sebentar dan sedikit bercanda dengan ketiga gadis itu, aku dan Miyazaki keluar dari studio vokal. Dua anak sekolah menengah pertama itu harus latihan vokal. Suara mereka masih harus diasah lagi agar saat bernyanyi nanti suara mereka lebih bagus.

"Di mana kau tinggal?" tanyaku kepada Miyazaki. Kini kami sedang berjalan di lorong lantai tiga.

"Aku tinggal di Akihabara, tidak jauh dari stasiun. Sedangkan kau? Di mana kau tinggal?" jawab Miyazaki sekaligus memberikan pertanyaan.

"Sapporo. Kedua orang tuaku tinggal di sana," jawabku seadanya.

"Sapporo? Ku dengar di sana sangat dingin, apakah benar?"

"Ya di sana memang dingin, tapi tidak sedingin salju. Di sana juga ada matahari," kataku. Dia tertawa mendengar ucapanku, aku pun membalas tawanya. Sungguh, dia manis sekali.

"Apakah ini pertama kalinya kau datang ke Tokyo?" tanya dia lagi.

"Aku sudah sering ke Tokyo tapi belum pernah ke Shinjuku. Tidak ku sangka ternyata tempat ini menarik, banyak hal yang baru ku lihat, terutama gedung Artchies Projects ini. Aku terkesan dengan orang-orang yang berlatih tadi, meski mereka sibuk, mereka masih memiliki waktu untuk bergurau. Aku rasa mereka menyukai musik sama sepertiku," jawabku membuat dia tersenyum.

"Sebenarnya aku tidak begitu tahu tentang musik. Aku baru terjun ke dunia ini satu tahun yang lalu. Karena Tuan Takigawa merekrutku, aku mulai mempelajarinya. Ternyata tidak semudah yang aku kira," ungkap Miyazaki. Ku anggukkan kepalaku.

"Aku juga tidak tahu banyak hal tentang musik. Sejak dulu aku hanya disuruh bernyanyi, tapi setidaknya aku bisa memainkan alat musik walaupun tidak begitu handal. Oh iya, ku dengar kau sedang sibuk dengan debut pertamamu. Semangat!" balasku sekaligus memberikan kata semangat. Dia tersenyum lagi.

"Terima kasih. Aku harap kau akan kerasan bekerja sama dengan Artchies Projects," ucap Miyazaki. Aku menganggukkan kepalaku. Tak lama dia pun berpamitan, dia harus pergi ke ruang wardrobe. Aku pun memutarkan tubuhku untuk kembali ke ruang tunggu. Sepertinya aku terlalu jauh bepergian di lantai tiga ini.

Ku lihat Shiori sudah kembali, dia mengomeli karena aku tidak ada di ruang tunggu. Ku katakan saja kalau aku sedang mencari udara segar, dia hanya memutarkan kedua matanya dengan kesal. Tak lama Tuan Takigawa datang dan meminta maaf karena membuat kami menunggu. Setelah itu, kami diajak ke sebuah ruangan bernuansa putih dan modern, seperti sebuah kantor. Di dalam sana ada seorang pria paruh baya yang sedang duduk di meja kantornya. Kami pun diperkenalkan oleh Tuan Takigawa. Pria itu seorang direktur utama Artchies Projects ini, bernama Kudou Shuji. Selepas berkenalan, kami membicarakan tentang apa yang akan aku lakukan di masa depan dengan Artchies Projects ini.

Bersambung ...

><><><

ATTENTION : [ Please, jangan lupa komentar dan collection! ]

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!