webnovel

RICIE & PROMISES

Cindy Anastasya Adnerson, seorang gadis blasteran Indonesia-London yang memiliki sifat dingin. Namun semua itu berubah saat ia mengenal seseorang lelaki yang berstatus sebagai Ketos disekolahnya. Gabriel Mahardika Filer. Lelaki yang membuat hidup Cindy berwarna. Dikarenakan keinginan mereka untuk melanjutkan studi di university impian mereka. Akhirnya perpisahan pun terjadi. Awal LDR, semuanya berjalan baik, hingga suatu saat Ariel mulai menghilang entah karena apa. Lalu, Kedua orang tua Cindy mengatakan bahwa mereka telah menjodohkan Cindy dengan anak dari rekan bisnis ayahnya. Keluarga Nedson. Ethan William Nedson. Seorang CEO perusahaan yang akan menjadi suaminya. Tanpa Cindy tahu, bahwa perjodohannya dengan Ethan-lah yang menjadi penyebab hilangnya Ariel. Saat semua itu terungkap, Cindy bingung. Akankah ia mempertahankan pernikahannya dengan Ethan, yang menjadi alasan Ariel pergi. Atau ia akan memilih kembali kepada Ariel, cinta pertamanya.

khansa_jalilah · Fantasi
Peringkat tidak cukup
11 Chs

PART 10

Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Cindy menggeliat saat merasakan secercah cahaya matahari yang berusaha masuk dan membangunkannya.

"Ugh..." Cindy menggeliat seraya mengucek sebelah matanya.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu yang mengagetkan Cindy.

"Sayang, kau sudah bangun?" tanya Livia dari balik pintu, lalu kembali mengetuk pintu kamar itu.

"Iya, masuk maaa!" pinta Cindy.

Livia lalu masuk membuka korden, membiarkan cahaya matahari masuk dengan leluasa.

"Sayang, segera bersiap. Pakai dress ini!" pinta Livia sambil meletakkan dress selutut berwarna peach yang diambilnya dari lemari Cindy di atas ranjang.

"Bersiap? Memang kita mau kemana?" tanya Cindy bingung.

"Kau lupa? Kita kan akan menemui kolega bisnis papa. Cepatlah mandi, mama tunggu di meja makan. Segera!" perintah Livia lalu berlalu meninggalkan Cindy yang masih terpaku dengan wajah bingungnya.

~

Cindy segera turun dari mobilnya. Ia takjub melihat villa megah yang berdiri kokoh tepat di hadapannya.

"Ayo sayang!" ujar Leonard membuyarkan lamunan putrinya.

Cindy bak seorang putri raja, dia berjalan sangat anggun. Cantik. Nampak serasi dengan dress selutut yang dipilihkan Livia.

Mereka memasuki villa dengan dituntun oleh seorang pelayan wanita. Pelayan itu membawa mereka ke suatu ruangan yang disana berkumpul beberapa orang yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan mereka.

Keluarga NEDSON.

Siapa yang tidak mengenal keluarga dengan limpahan aset yang perusahaannya sudah memiliki banyak cabang di London. Keluarga Nedson dan Adnerson sudah sangat lama menjalin kerja sama. Bahkan mereka sudah seperti satu keluarga. Untuk suatu alasan yang tidak diketahui oleh Cindy, mengapa keluarga Nedson sampai datang ke Indonesia. Apa ada urusan yang sangat penting? di hari libur begini? entahlah. Cindy mengabaikan rasa penasarannya itu.

"Ayo, silahkan duduk!" Ujar Edward yang merupakan pemilik villa megah nan mewah itu.

Mereka berbincang dengan santai. Tapi, entah mengapa ada sebersit rasa takut di dalam hati Cindy. Cindy juga bingung kenapa ia sendiri merasa takut. Tapi lagi-lagi Cindy mengabaikan perasaannya, tetap tetap pada posisi awalnya dengan menundukkan kepalanya. Kemudian Cindy tersenyum saat Ariel mulai menari di dalam pikirannya.

"Ini Cindy yaa, wahh udah besar ya sekarang," ujar Sarah yang berhasil membuyarkan lamunan Cindy. Cindy segera mengangkat wajahnya dan menatap Sarah lalu tersenyum manis.

"Kamu inget nggak sama tante?" tanya Sarah dengan nada yang penuh semangat. Cindy menggeleng lalu tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya yang tersusun dengan rapi.

"Wajarlah dia lupa, waktu itu kan dia masih kecil sekali!" timpal Livia seraya menepuk pundak putrinya sambil tersenyum.

"Dulu... tante Sarah yang bantu mama ngerawat kamu. Tante Sarah yang bantuin gendongin kamu.., Ethan juga sering gendong kamu dulu," ujar Livia sambil mengenang masa lalu mereka. Cindy hanya diam, namun tetap dengan senyum manisnya. Sedari tadi, Cindy memikirkan nama yang disebut oleh Livia tadi. Ethan?

"Ethan siapa?" tanya Cindy di dalam hatinya. Cindy kembali menunduk.

"Oh yaa dimana Leonil? Dari tadi aku tidak melihatnya?" tanya Livia tiba-tiba.

"Dia tidak bisa hadir, karena sedang ada acara dengan teman-temannya di London. Biasalah di hari libur begini. Namanya juga anak muda," jawab Edward lalu tertawa sambil mengingat dirinya saat masih muda dulu.

"Yaaa tidak akan jauh berbeda dari ayahnya dulu," timbal Leonard yang disambut tawa oleh yang lain.

Mereka menghabiskan waktu bersama. Disela perbincangan hangat mereka, Ethan terus saja memperhatikan gerak-gerik Cindy. Ethan tersenyum geli saat melihat Cindy yang merona malu saat tatapan mereka bertemu. Cindy berusaha menyembunyikan dirinya dari Ethan yang terus menerus memperhatikannya. Cindy menunduk semakin dalam.

"Ethan, bagaimana pendapatmu tentang Cindy?" tanya Edward tiba-tiba pada putranya.

"Cantik," jawab Ethan dengan nada dinginnya. Cindy menunduk sedalam-dalamnya. Menyembunyikan rona merah di pipinya. Ethan tersenyum samar melihat Cindy yang nampak salting. Yaa, meskipun Cindy telah memiliki Cinta, tapi gadis mana yang tidak merona ketika seorang lelaki tampan memujinya.

"Cindy," ujar Livia tiba-tiba.

"Kami tahu, mungkin ini terlalu cepat, tapi mama harus melakukan ini agar hati mama bisa tenang." Livia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Kami semua ingin menjodohkanmu dengan Ethan." To the point Livia yang membuat Cindy mengangkat wajahnya menatap Livia, lalu menggeleng memberi isyarat pada Livia bahwa dia menolak semua itu.

"Iya sayang, sebenarnya itu tujuan pertemuan kali ini," ujar Sarah sambil tersenyum menatap Cindy. Cindy menunduk, ia tidak berani menentang keputusan orang tuanya. Apalagi di depan kolega bisnis yang sangat dihormati kedua orang tuanya.

"Baiklah. Kita hanya tinggal menentukan tanggal," ujar Edward sambil menatap semua orang yang ada disana.

"Aku ingin Cindy segera menikah dengan Ethan seminggu sebelum Cindy kembali ke Swiss. Aku ingin Ethan bisa menjaga sekaligus menemaninya disana,"

"Bagaimana Ethan, kau bisa bukan?" tanya Livia dengan nada memohon.

"Tentu saja, kapanpun tante mau. Saya siap!" jawab Ethan dengan raut wajah serius.

"Baiklah bagaimana jika minggu depan?" tanya Leonard yang diangguki oleh semua orang yang ada di ruangan itu. Kecuali Cindy.

Ethan melihat Cindy menunduk, tapi kali ini ada air mata yang menetes. Ethan bingung karena secara tiba-tiba ada rasa sakit yang ia rasakan saat melihat air mata itu jatuh. Tapi Ethan hanya bisa diam, dia tidak bisa melakukan apa-apa.

~

"Paa, maa,"

"Kalian tahukan Cindy cintanya sama Ariel. Cindy yakin kalau Ariel akan ngelamar Cindy," ujar Cindy saat tengah duduk di ruang tamu bersama semua keluarganya.

"Melamar, bukan menikah?" tanya Livia dengan nada dingin.

Cindy diam.

"Sayang, semua ini telah disepakati, bahkan kekek dan nenekmu menyetujuinya, semua orang telah sepakat. Ini untuk kebaikanmu. Mama tidak mau sampai terjadi sesuatu denganmu saat kau kembali ke Swiss, mama hanya ingin ada orang yang bisa menjaga dan mendampingimu di sana," ujar Livia serius.

"Maa, Cindy baik-baik saja. Buktinya Cindy ada di sini bersama kalian," ujar Cindy berusaha meyakinkan orang tuanya.

"Cindy, tolong kali ini turuti permintaan kami," ujar Leonard sambil menatap putrinya.

"Paa,memangnya pernah Cindy membantah? Nggak kan?"

"Selama ini Cindy selalu ikuti apa yang kalian mau, semuanya. Sampe Cindy bahkan dulu nggak punya temen, mereka nggak mau nemenin Cindy main cuma karena mereka takut sama kalian. Selama ini Cindy ngerasa kesepian. Dan Ariel, dia yang ngubah perasaan itu. Cindy bahagia."

"Tolonglah paa, maa. Kali ini aja!" tutur Cindy dengan air mata yang tidak dapat dibendung lagi.

"Oke, papa sama mama kasih kamu kesempatan. Tapi kalau dia hanya main-main denganmu. Maka kamu harus terima perjodohan ini," ujar Leonard dengan tatapan tajam pada putrinya.

"Makasih paa." Cindy menghapus air matanya. Ia lalu beranjak.

"Kau mau kemana?" tanya Livia.

"Aku ingin membuktikan bahwa Ariel benar-benar mencintaiku!" jawab Cindy lalu keluar dari rumah megahnya dan pergi menaiki mobil dengan diantar supir pribadinya.