webnovel

PROLOG

"Stop stop stop, berhenti disini!" Perintah seorang perempuan kepada pemuda yang mengemudikan mobilnya.

Perempuan itu bernama Sasya yang melihat seorang wanita berjalan sendirian melintasi gang kecil yang begitu sepi.

"Buset... Sejak kapan lu make mantel di mobil?" Tanya pemuda disampingnya bernama Aden, begitu melihat perempuan itu telah memakai mantel bening dan sebuah pisau yang ada di kantong mantel.

"Bawel lu!" Kalimat itulah yang dilontarkan Sasya sebelum menuruni mobilnya.

Aden pun melihat dengan teliti apa yang akan dilakukan perempuan keji itu ditengah jalan yang gelap dan sepi ini.

Tanpa memperdulikan Aden, Sasya pun sedikit berlari untuk menyamakan langkahnya dengan wanita asing yang sedang menjadi incaranya. Setelah hampir dekat sang incaran, wanita pun menoleh dan...

Sraaak

Bunyi yang ditimbulkan disertai darah yang keluar dari leher wanita asing tersebut mengenai mantel yang dikenakan oleh Sasya.

Tak butuh waktu lama, wanita asing itu mati dan terkapar dijalan. Kini, Sasya pergi meninggalkan mangsanya setelah mencongkel kedua bola matanya untuk dijadikan koleksi di rumahnya.

Tak lupa juga, Sasya juga menelpon seseorang untuk membantunya mengurus dan menghapus semua bukti-bukti pembunuhan.

"Kuy, jalan lagi!" Perintah Sasta setelah memasuki mobil yang dikendarai oleh Aden. Mantel yang berlumuran darah itu Ia lepas sebelum memasuki mobilnya. Bau anyir sedikit merasuk di hidung Aden kala itu.

"Gila! Bau anyir lo!" Omel pemuda itu dengan sesegera melajukan mobilnya meninggalkan tempat kejadian perkara.

"Ini enak tahu. Baunya menenangkan!" Balas Sasya yang sudah kehilangan akalnya membuat pemuda itu bergidik ngeri.

"Lah, terus nasib tu cewek gimana?" Tanya Aden dengan rasa penasarannya.

"Santai aja udah ada yang ngurus. Lagian lo gak mikir? Gimana kok bisa psycopath berkeliaran dengan bebas? Ya, pasti ada yang beresinlah" jelas Sasya tanpa dosa dan sedang memasukan kedua bola wanita tadi ke dalam toples berisi cairan bening.

Tak dibayangkan wajah yang cantik, pintar, dan pandai bersosialisasi ternyata bisa menutupi semua kelakuan kejinya. Bahkan, Aden pun tak bisa berkutik dengan semua kelakuan yang telah Sasya lakukan terhadap orang-orang tak berdosa itu. Karena mau bagaimana pun, nasib Aden justru lebih menderita lagi daripada harus dibunuh saat itu juga.

"Tenang aja, malam ini gue juga akan nyiksa lo juga, kok." senyuman mengembang di bibir Sasya, menambah kecantikan yang melekat diwajahnya. Tapi tidak dengan Aden yang bergidik ngeri. Sedangkan Sasya telah berimajinasi dengan berbagai macam dan bentuk siksaan yang terlintas di benaknya

"H-hah? Kok gue juga? Emang gue salah apa?" tanya Aden dengan sesekali melirik perempuan itu kemudian berfokus lagi kejalanan. Perasaan bingung menyelimutinya.

"Emang kalau gue nyiksa lo harus karena lo salah ya? Don't forget baby, you're mine!" Senyuman sinis dan kemenangan terpancar untuk yang kesekian kalinya. Pemuda itu hanya menarik napas panjang dan menerima takdir yang akan dijumpainya malam ini.