Pagi hari yang cerah. Kali ini aku mencoba berbuat sedikit nekat. Setelah berusaha untuk meyakinkan Hilda dan Sera. Aku memutuskan untuk melakukan latihan rutinku di luar kota. Karena aku ingin melakukan latihan fisik dan skill dengan lebih leluasa. Tidak mungkin aku melakukan latihan dengan tenang di dalam kota
Mereka pasti awalnya menolak. Namun setelah kompromi dengan aku membawa salah satu dari mereka setiap harinya untuk menemani kegiatanku. Keputusan mereka langsung berubah.
Hari ini giliran Hilda. Ia mudah bangun karena sudah sering bangun pagi. Aku khawatir bagaimana nantinya aku akan membangunkan Sera. Karena ia cukup sulit untuk dibangunkan. Namun kalau hal itu terjadi, aku sudah bilang kepadanya akan "menjahili" dirinya sampai terbangun.
Tanpa makan pagi, kami diam-diam pergi dari jendela. Kami tidak ingin ada orang yang mengetahui kami pergi pagi-pagi seperti ini.
("Kamu sudah siap Hilda? Pegangan yang erat")
("Baiklah")
Kami memutuskan untuk komunikasi dengan telepati selama perjalanan. Karena khawatir akan ada orang yang menyadari aku bisa bicara. Untung saat ini hanya party Valkyrie yang mengetahui hal itu. Entah kedepannya akan ada pihak lain yang tahu atau tidak.
Hilda aku gendong seperti putri karena lebih mudah dilakukan serta aku bisa menikmati tubuhnya dengan cara ini. Awalnya aku menyarankan untuk gendong di punggung namun Hilda dan Sera menolak. Sepertinya di dunia ini pun, para cewek masih ada yang ingin digendong dengan cara seperti ini.
Dengan kemampuan fisik tubuhku, mengangkat Hilda selama seharian pun tidak jadi masalah. Setelah melompat dari jendela, aku melewati atap rumah untuk menghindari bertemu dengan orang lain. Kemungkinan kecil sekali ada orang yang melihat ke atap rumah saat pagi hari.
Untuk berjaga-jaga, Aku juga menggunakan skill untuk menghilangkan hawa keberadaan dan langkah kakiku. Seharusnya hal ini semakin memperkecil kemungkinan diriku terlihat oleh orang lain.
Sepuluh menit kami lalui dan akhirnya kami sampai ke luar kota. Setelah menemukan lokasi yang pas, aku memulai latihan fisik ku serta skill seperti mana dan sihir.
Hilda ikut serta sebentar untuk latihan fisik dan ikut secara penuh saat latihan skill dan Sihir. Sebelum Bell Pertama terdengar. Kami sudah kembali ke penginapan. Kalau terlalu siang kami kembali, akan lebih sulit untuk masuk secara diam-diam ke dalam kota.
Tidak ada orang yang menyadari keberadaan kami. Sepertinya cara ini berhasil. Aku bisa berlatih di luar kota tanpa menarik perhatian untuk saat ini. Naman kalau ada orang yang melihat kami, kegiatan ini harus aku hentikan. Paling tidak untuk sementara waktu saja aku menghentikan kegiatan di pagi hari.
Mau tidak mau, aku harus mengganti rencana dan latihan saat keluar kota untuk melakukan quest saja. Sampai di penginapan, kami sarapan bersama dengan Hilda kemudian pergi ke guild untuk mencari quest.
Quest yang kami ambil cukup mudah. Hanya mengumpulkan beberapa tanaman herbal di sekitar kota. Dengan menggunakan [search] milikku, aku dapat menemukan mereka dengan mudah.
Saat ada monster yang muncul seperti serigala, slime, atau goblin. Kami basmi mereka karena jumlahnya kalau tidak diatur, mereka akan semakin membesar dan mampu membentuk koloni. Hal itu akan membahayakan kota Aera. Jangan sampai terjadi monster stampede karena tidak pernah mengurangi jumlah monster di sekitar kota.
Setelah selesai menyelesaikan quest. Kami keliling kota Aera untuk melihat apa saja yang ada di kota ini.
Untuk menghindari kegaduhan seperti kemarin. Kami semua membuka jubah dari awal agar tidak menarik perhatian. Aku berusaha untuk membungkus kami dengan sihir agar hawa kami tidak terlalu terlihat.
Orang lain hanya akan menyadari kalau berada dalam jarak dekat dengan kami atau saat kami memulai pembicaraan dengan mereka. Tidak mungkin kami membeli suatu barang tanpa ngobrol dengan pemilik toko, bukan?
"Bagaimana Will. Apakah ada tempat yang ingin kamu kunjungi?" Hilda bertanya kepadaku.
"... Adakah tempat ibadah di sini. Tempat pemujaan dewa Dewi atau sejenisnya."
"Oh gereja. Tempat itu dekat dari sini. Ayo kita ke sana." Sera seperti biasa dengan semangat menuntun jalan kami.
Tempat ibadahnya mirip gereja, namun dengan simbol khas dunia ini. Entah karena ini siang hari atau memang karena bukan waktunya sembahyang. Gereja ini sepi akan pengunjung. Aku hanya melihat beberapa biarawati sedang menyapu halaman gereja dan biarawati yang lain membersihkan bagian belakang gereja.
"Ada yang bisa kami bantu?"
Satu biarawati senior menyambut kami dan menanyakan keperluan kami. Dilihat sekilas ia sudah cukup berumur namun kelihatan sekali kalau ia cukup waspada melihat goblin sepertiku datang ke gereja. Apakah goblin boleh masuk ke tempat ini?
"Bolehkah kami membawa monster ini untuk beroda bersama? Aku adalah seorang Tamer. "
Sang biarawati melihatku sekilas lalu berkata "Tentu saja, silahkan lewat sini." Ia menuntun kami masuk ke dalam gereja tempat patung Dewa Dewi berada.
Sepertinya terdapat beberapa Dewa Dewi di tempat ini. Ada Dewa air, api, angin, dan elemen yang lainnya sesuai dengan tujuh element. Null termasuk ke dalam elemen untuk dunia ini. Karena biasanya sihir kadang hanya dibagi menjadi enam elemen. Terdapat juga almighty God yang merupakan penguasa Dari semua elemen.
Untungnya monster tidak dilarang untuk memasuki tempat ini. Karena aku saat berada di bumi cukup agamis. Aku penasaran bagaimana agama di dunia ini. Apakah ada pasukan gereja di dunia ini. Aku akan mencari tahu itu nanti.
"..."
Hilda dan Sera langsung terdiam dan melakukan pose berdoa dengan duduk di tempat yang disediakan dan mengepalkan kedua tangan di dada mereka.
Aku meniru gaya mereka dan juga melakukan doa. Beberapa saat setelah aku memulai berdoa. Tiba-tiba aku merasa kalau jiwaku berpisah dengan ragaku. Seperti teleportasi namun hanya jiwaku saja yang pergi. Ragaku tetap di gereja.
" Dimana ini?" Aku melihat sekelilingku tidak ada apa-apa. Hanya awan putih yang ada di sekitarku. Perasaan ini terasa familiar.
"Ho, langka sekali. Ada goblin yang bisa kesini."
"Benarkah!!!? Coba aku mau lihat."
"Wah, benar sekali. kecil seperti goblin biasa. Namun jiwanya berbeda sekali dengan goblin yang kami ketahui"
Sekeliling ku tiba-tiba ramai akan 7 cahaya. Mereka memiliki warna berbeda satu sama lain. Ada yang berwarna merah, biru, hitam, bahkan ada yang putih. Sepertinya mereka melambangkan warna element.
"Apakah kalian semua Dewa dan Dewi? Namaku Will. Senang bertemu dengan kalian. Mohon maaf jika ada tindakan ku yang salah karena aku tidak pernah bertemu dengan dewa." Ucapku sambil membungkuk kepada mereka. Aku tidak tahu bagaimana cara menghormati dewa di dunia ini. Namun tidak ada salahnya untuk menunduk.
"Tidak masalah, santai saja. Pasti kamu lelah berdiri. Silahkan duduk."
Setelah berkata seperti itu, cahaya berwarna coklat membuat kursi dari tanah. Sambil melirik ke arah mereka, aku duduk di atas kursi tersebut..
"Sekarang ceritakan. Apa kisahmu hingga sampai ke sini."
Cahaya yang lain memulai pembicaraan. Karena mereka menanyakan hal itu. Aku menceritakan secara jujur dari kehidupanku di bumi hingga bisa sampai di sini sebagai goblin.
"Oh, jadi kamu berasal dari sana. Sepertinya kamu sedang menjalani rintangan."
"Rintangan?"
Cahaya berwarna putih menambahkan.
"Saat ini kamu sedang menghadapi rintangan. Saat waktunya tiba, aku akan mendapatkan imbalan tergantung seberapa banyak karma yang kamu perbuat ketika menjalani rintangan tersebut. Sayangnya kami tidak bisa memberitahukan lebih banyak karena itu bukan kuasa dari kami. Kamu harus menyelesaikan rintangan itu seorang diri tanpa bantuan dari pihak luar." Jawab cahaya putih saat mendengar pertanyaanku.
Aku terdiam sejenak untuk menyerap informasi itu Melihat dari tidak adanya informasi dari sosok yang mengirimku ke dunia ini. Tindakan yang harus aku lakukan selanjutnya cukup bebas. Namun sepertinya ada misi tersembunyi yang harus aku selesaikan di sini.
" Jadi… aku harus berbuat hal baik agar mendapatkan banyak karma yang bagus?"
"Kurang lebih seperti itu, cepat sekali kamu tanggap. Jiwa bersih sepertimu pasti akan mudah melakukan hal itu. Cukup menjadi dirimu sendiri saja, manusia dari dunia lain."
Cahaya yang lain memujiku dan ada cahaya lain yang memberikan informasi tambahan.
"Namun karma tidak semudah itu. Hal itu jauh lebih kompleks dari baik dan jahat. Daripada pusing memikirkan hal itu. Lebih baik kamu lakukan saja hal yang sudah kamu lakukan hingga saat ini. Cukup nanti sosok yang memberimu tantangan akan menentukan karma setelah melihat perbuatanmu di dunia ini. Karena bisa saja cara ia menghitung karma berbeda dengan kami."
Setelah pembicaraan serius itu aku memulai pembicaraan kecil dengan para dewa Dewi seperti kuil kuno yang ada di sekitarku dan hal lainnya. Sepertinya untuk mendapatkan berkat dari mereka yang lebih besar. Suatu saat nanti aku harus mengunjungi tempat kuno itu.
Saat satu jam telah berlalu. Aku merasakan tubuhku memudar dan sedikit demi sedikit, jiwaku mulai kembali ke tubuhku.
"Sepertinya sudah waktunya tiba. Kamu akan segera kembali ke tubuhmu. Kalau ada waktu. Silahkan mampir ke gereja terdekat untuk kembali bertemu dengan kami. Namun tidak semua bisa berkumpul seperti ini. Mungkin suatu waktu kamu hanya akan bertemu dewa sesuai dengan hari kamu ke gereja."
"Jadi kala aku berkunjung pada hari api, aku akan bertemu dengan dewa api?" Cukup masuk akal. Mirip seperti mekanis game yang menggunakan waktu sebagai penentu event apa yang akan kami dapatkan.
Ketujuh cahaya mengeluarkan bola cahaya dan bola tersebut masuk ke dalam tubuhku. Aku merasakan ada perubahan dalam jiwaku.
"Apa ini?" Aku sedikit panik karena tidak pernah merasakan hal seperti ini.
"Tidak perlu khawatir, ini hanya anugerah dari kami. Dengan ini kamu akan lebih mudah lagi belajar sihir dan juga meningkat kekuatan serta efisiensi saat menggunakan sihir. Gunakanlah kekuatan ini dengan bijak Will. Kami akan selalu mengawasimu."
"Sampai jumpa lagi. Kami juga menantikan persembahan darimu saat kembali ke sini"
Setelah memberikan anugerah, aku kembali ke tubuhku dan membuka mataku.
"Aku sudah kembali." Aku melihat ke sekeliling dan melihat Hilda dan Sera menengok ke arahku .
("Kamu tidak apa-apa Will? apakah kamu demam? kelihatannya kamu tenang sekali saat berdoa. Apakah kamu melihat sesuatu?") Hilda mengecek keningku apakah badanku sedang sakit atau tidak. Sempat lucu karena aku tidak tahu apakah goblin juga bisa demam. Namun aku menghargai bahwa ia khawatir padaku.
Aku hanya bisa tersenyum dan berkata dengan telepati ("Tidak ada apa-apa. Nanti aku ceritakan di penginapan. Tempat ini terlalu mencolok untuk pembicaraan yang akan aku ceritakan.")
("Baiklah kalau begitu. Sekarang kita mau kemana lagi Will? kita masih ada waktu.")
("Bagaimana kalau zona bangsawan apakah kita boleh masuk ke sana? Aku tertarik dengan kehidupan bangsawan di kota ini")
Hilda dan Sera hanya bisa tersenyum pahit dan menjawab ("Pastinya rakyat biasa seperti kita tidak akan mendapatkan akses. Mungkin kalau kita petualang ranking A atau S bisa meminta izin masuk ketika ada quest. Karena biasanya hanya bangsawan dan pedagang kaya yang sanggup membayar biaya sewa petualang dengan rankin tersebut. Kadang quest dari kerajaan juga membutuhkan izin masuk ke tempat-tempat terlarang yang lain")
Jawaban dari Hilda membuatku semakin yakin untuk meningkatkan kemampuan party Valkyrie hingga ranking S. Namun jalan tersebut cukup panjang. Aku memiliki beberapa cara namun entah apakah mereka akan percaya denganku atau tidak. Hilda dan Sera pasti percaya sepenuhnya kepadaku. Tinggal Freya dan Leia yang tersisa. Semoga aku bisa cepat menjadi akrab dengan mereka.
("Baiklah kalau begitu. Sekarang mungkin masih belum, namun suatu saat nanti. Tim kita pasti akan menghadap ke raja sebagai tamu terhormat.") Ucapku dengan penuh keyakinan kepada mereka berdua.
("Tujuan yang bagus will, aku setuju")
("Aku juga.")
Hilda dan Sera menerima tujuanku dan tidak meledeknya. Sepertinya mereka mempunyai cukup ambisi untuk menjadi petualang ranking S. Semoga aku bisa membantu mereka hingga mencapai titik itu. Hal yang tidak boleh hilang untuk mencapai mimpi adalah semangat dan motivasi. Tanpa adanya motivasi yang tepat, sulit sekali untuk menggapai mimpi yang kita punya.
Setelah selesai dari gereja. Kami tetap memutuskan untuk melihat gerbang masuk wilayah bangsawan. Meskipun tidak boleh masuk, aku masih ingin melihat tempat ini. Terutama menggunakan sihir pencarianku untuk mendeteksi apa saja yang ada dalam wilayah ini.
Aku juga sudah melakukan scan ke beberapa tempat dalam kota Aera. Sehingga aku memiliki peta lengkap kota ini di dalam kepalaku. Tinggal wilayah bangsawan saja yang belum aku kunjungi. Jiwa petualang ku cukup tinggi karena aku ingin melengkapi peta dunia untuk dunia ini. Karena kulihat belum ada peta dunia lengkap yang dibagikan secara bebas.
Semoga saja peta ini nantinya bisa aku jual mahal ke kerajaan yang mendukung tindakanku beserta menguntungkan untuk party Valkyrie.
("!!!.. Cepat sembunyi. Hilda! Sera! Akan ada orang datang mencari kita.")
("Ada apa Will? kenapa tiba-tiba kamu panik begitu.")
("Kita tidak punya waktu banyak! Ayo cepat sembunyi.")
Sebelum Hilda dan Sera bertanya lebih jauh. Aku bersembunyi bersama mereka di gang antar bangunan. Sihir kamuflase dan sejenisnya aku keluarkan untuk menyembunyikan jejak kami. Beberapa menit setelah kami sembunyi, benar saja, ada satu orang yang tiba-tiba turun dari langit. Sepertinya ia melompat di antara gedung dan mendarat di tempatku melakukan scan tadi.
("Bagaimana ini? apakah kita harus lanjut lari...atau…?") Tanya Hilda dan Sera kepadaku.
Setelah berpikir berulang kali, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba melakukan kontak dengan sosok yang mencari keberadaanku. Semoga saja keputusan yang aku ambil ini tidak salah.
Chapter 18 telah selesai. Terima kasih bagi kalian yang telah membaca novel ini. Mohon maaf karena baru update sekarang karen aada urusan di dunia nyata. Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Mohon bantuannya untuk memberikan dukungan review, komen, dan power stone. Terima kasih