webnovel

Bab 7

Raja terperangah. Apa yang dilihatnya sambil terus berlarian bukanlah genangan. Tapi hamparan kabut tebal berwarna putih yang menutupi permukaan tanah sejauh ujung mata memandang.

Aktifitas mistis ini menipu pandangan masinis kereta yang mengira bahwa hamparan kabut putih itu adalah genangan air. Raja tak bisa berleha-leha berhenti dan mengamati. Kilat dan petir itu terus memburunya. Dia harus menemukan sumber aktifitas mistis ini yang pasti tidak akan jauh dari sini.

Sembari terus berlari, Raja mengedarkan pandangan dan menajamkan mata batinnya. Ketemu! Di sebuah lembah kecil yang tidak jauh dari sungai, kabut nampak luar biasa tebal dan lebih pekat dibanding sekitarnya. Raja melesat secepat kilat yang mengejarnya.

Raja terperangah untuk kedua kalinya. Di pinggir sungai cukup besar yang biasanya merupakan aliran lahar dingin Merapi, nampak seorang perempuan berambut panjang, berbaju serba putih dan cantik jelita, sedang menggerak-gerakkan tangannya ke atas. Seperti sedang menggiring kabut dan awan sesuai kehendaknya.

Raja tak mau membuang waktu. Bisa saja Citra kelelahan membentuk pertahanan di gerbong kereta karena terlalu lama mengerahkan tenaga batin. Raja mengebutkan lengannya sambil membentak lirih.

"Pergilah! Jangan ganggu kami!"

Ganti perempuan misterius itu yang tersentak kaget. Tidak menyangka Raja sudah sedemikian dekat dengannya. Bahkan kini menyerangnya dengan tenaga yang tak boleh dipandang remeh. Perempuan itu melompat mundur menghindar lalu melakukan serangan balik dengan mendorong kedua tangannya ke arah Raja.

Raja memang sengaja memancing perempuan itu agar menyerangnya supaya tidak lagi mengendalikan kabut, kilat dan petir. Tindakannya berhasil. Kabut perlahan menghilang dan kilat petir semakin jarang menyambar. Perempuan cantik dan aneh itu terlalu sibuk menyerang Raja dengan pukulan-pukulan mistis berhawa dingin mengerikan.

Di kereta, Citra membuka matanya.

"Raja sudah menemukan sumbernya. Dia sedang menyibukkan si penyerang. Seharusnya kereta sudah bisa jalan lagi. Terlalu lama tertahan di sini akan sangat berbahaya. Kita tidak tahu bala bantuan setan apalagi yang akan datang ke tempat ini."

Sin Liong mengerti maksud Citra. Pemuda itu segera bergerak cepat ke tempat masinis di gerbong depan. Sin Liong mengetuk pintu kaca sambil memberikan isyarat ingin bicara dengan masinis. Penting.

Masinis yang masih muda itu terheran-heran namun tak urung membuka juga pintu dan membiarkan Sin Liong menerobos masuk kabin masinis. Penumpang di gerbong itu hanya terdiam karena mereka pun bingung dengan apa yang terjadi. Apalagi situasi tadi sangat mengerikan. Kilat dan petir seolah tanpa henti menghajar sekitar rangkaian kereta.

"Lihat Pak! Track sudah tak lagi tergenang. Mestinya kereta sudah bisa jalan kembali." Sin Liong menunjuk ke depan.

Masinis itu menengok arah yang ditunjuk Sin Liong. Ahh, aneh. Bukannya tadi ada genangan air yang cukup dalam menutupi track? Kenapa bisa secepat itu mengering? Mesin dan listrik juga sudah menyala kembali. Tanpa berkata-kata, masinis menggerakkan tuas di panel kemudi. Pintu tertutup dan kereta beranjak pelan.

Sin Liong mengacungkan jempol lalu membalikkan badan dan pergi ke rangkaian gerbong di belakang dengan setengah berlari. Citra dan Kedasih mengangguk ke arah Sin Liong. Laju kereta sudah normal.

"Tapi bagaimana dengan Raja? Apakah kita tidak perlu membantunya? Atau setidaknya menunggu dia?" Kedasih menatap Citra.

"Aku yakin dia bisa mengendalikan situasi dan sanggup mengatasi tokoh mistis itu." Citra menjawab pendek mencoba meyakinkan Kedasih dan Sin Liong. Juga dirinya sendiri. Citra sendiri tidak sepenuhnya yakin.

Untuk kesekian kalinya Raja mengelak dari serangan mematikan perempuan aneh itu. Rambutnya yang sedikit panjang berkibar-kibar tertiup angin pukulan. Di dalam hatinya, Raja harus mengakui, perempuan ini sangat tangguh.

Namun setidaknya dia bisa mengalihkan perhatian. Kereta sudah tidak terlihat lagi. Artinya teman-temannya dan penumpang lain telah aman. Itu cukup. Raja bersuit nyaring. Sedari tadi dia kewalahan karena selain serangan kanuragan perempuan ini, kilat dan petir masih terus memburunya.

Suitan Raja rupanya bukan suitan biasa. Pemuda ini mengundang kedatangan angin besar yang segera menggiring awan tebal hitam di atas menjauh. Kilat dan petir tidak bisa lagi menjangkaunya.

Perempuan itu memekik marah. Serangannya semakin ganas mengarah bagian mematikan tubuh Raja. Pemuda itu tak mau tinggal diam. Dia menangkis dan membalas dengan pukulan yang tak kalah berbahaya.

Kembali perempuan menjeritkan amarah dahsyat. Bahunya terkena pukulan Raja meskipun pukulannya sempat mengenai lengan pemuda itu dengan cukup telak.

Raja terpelanting dengan dada terasa sesak. Tapi perempuan itu juga terjajar ke belakang dan nyaris terjatuh jika saja tidak ada sepasang tangan yang menyangga tubuhnya. Perempuan itu menoleh dan hampir saja menghantam sosok di belakangnya itu jika saja tidak terdengar suara berat dan kasar membentaknya.

"Keparat kau Puteri! Aku hendak membantumu dan kau malah akan menyerangku?!"

Perempuan yang sebetulnya adalah Puteri Merapi itu tertawa panjang mengerikan.

"Hihihihihi, rupanya kau Panglima! Syukurlah. Ayo kita habisi pemuda sialan ini!"

Raja yang sedang berusaha memulihkan tubuhnya terperanjat. Panglima? Hmm, mungkin inilah Panglima Gagak Hitam yang menyerangnya di pesawat. Dan siapa tadi? Puteri? Jangan-jangan perempuan ini Puteri Merapi yang tadi sempat disebut namanya oleh Citra di kereta.

Tapi Raja tak bisa lama-lama berpikir. Kedua orang itu sekarang menyerangnya bersama-sama. Gawat! Puteri Merapi itu saja sudah merupakan lawan tangguh baginya dan kini ketambahan Panglima Gagak Hitam yang juga punya kemampuan tinggi.

Raja melompat agak jauh ke belakang setelah berhasil mengelak dari serangan Puteri Merapi dan menangkis pukulan Panglima Gagak Hitam.

Panglima itu rupanya terluka. Pukulannya tidak sehebat yang diperkirakan Raja. Pemuda itu tidak menyadari bahwa Panglima Gagak Hitam terluka akibat pertarungan mistis di udara dengannya tadi di pesawat.

Raja sedikit berlega hati. Setidaknya dia bisa mengimbangi dua tokoh aneh itu.

Puteri Merapi dan Panglima Gagak Hitam berdiri tegak berdampingan. Mereka menghentikan semua serangan kanuragan. Pemuda itu sangat tangguh. Akan butuh waktu yang sangat lama menaklukkan pemuda itu. Mereka harus secepatnya menyudahi pertarungan ini dan segera beralih ke kawan-kawannya yang sudah cukup jauh dari tempat ini. Malah barangkali sudah mendekati Stasiun Tugu.

Kedua orang dari masa lalu yang diundang Mada ini bersedekap sambil merapalkan mantra-mantra kuno. Raja bersiap. Akan terjadi serangan mistis lagi. Kali ini mungkin lebih dahsyat karena sepertinya mereka menyatukan tenaga dan serangan.

*******