webnovel

KARYAWAN BARU

Awalnya aku mau masuk ke dalam untuk duduk santai tapi ketika melihat Pak Cakra di depan pintu aku berbalik lagi ke pos satpam duduk di sana dengan Mas Hari Abimanyu sampai bel berbunyi.

Ternyata Mas Azkaya serius suka dengan Mbak Syakila sampai mau kerja di pabrik sebagai karyawan baru padahal gaji dia di perusahaan sebelumnya lebih besar kata Mas Hari Abimanyu. Ini cinta atau bodoh ya? Beda tipis.

"Mas saudara sepupu kamu serius mau jadi karyawan baru di sini?" tanyaku masih heran dengan keputusan Mas Azka yang seperti tahu bulat digoreng dadakan, begitu singkat dan cepat.

"Dia sangat serius padahal dia sudah karyawan di perusahaan, mungkin otak dia sedang gesar ketika ambil keputusan," ujar Mas Hari Abimanyu.

Mas Azka dari samping berdehem lalu dia duduk dekat kami.

"Iya, aku memang gila pada Syakila dia wanita yang berhasil mencuri hatiku pada pandangan pertama," jelasnya.

"Padahal Mbak Syakila galak," ungkapku tertawa kecil.

"Justru karena dia galak jadi beda, aku semakin suka," sahut Mas Azka.

"Azka apa pun keputusan kamu aku mendukung, tapi jangan memaksa wanita untuk mencintaimu," kata Mas Hari Abimanyu memberikan saran.

"Iya aku tahu tapi cintaku begitu tulus dan besar," sahut Mas Azka senyum dia yakin jika berdoa dan berusaha pasti Allah akan mengabulkannya meskipun tidak tahu lama atau cepat.

"Betul sekali itu Mas Azka. Bel masuk sudah bunyi, Aryna mau masuk dulu." Aku pamit pada mereka berdua.

"Iya, semangat kerjanya Chagiya," ujarnya sambil dadah ke arahku.

Setiap hari rutin aku begini kerja dan kerja, berawal dari berangkat kerja bersama, makan siang bersama dan pulang kerja pun bersama. Dunia terasa milik berdua yang lain ngontrak wkwk ….

Cinta oh cinta kenapa kamu membuatku jadi semangat dan bergairah menjalankan kehidupan.

Namun kata orang cinta itu kadang menyakitkan, semoga aku tidak mengalaminya. Entahlah sejujurnya aku pun takut.

Terlihat Mas Azka masuk dia susah diterima kerja sebagai teknisi mesin sepertinya. Wah, hebat juga dia ternyata bisa kerja apapun.

"Ada cowok baru kenapa kamu melirik? Aryna kamu tidak naksir dia kan?" tanya Nirwana curiga.

"Kamu kalau bicara jangan sembarangan, mana mungkin aku naksir saudara pacarku," sahutku.

"Dia saudara Hari Abimanyu ya?" tanya Nirwana yang sepertinya suka padahal dia masih status pacar Kak Afkar Maulana jadian juga belum lama.

"Iya, dia saudara Mas Hari Abimanyu, kamu jangan naksir loh!" tukasku.

"Amit-amit tidak dong," sahut Nirwana tertawa kecil."

Ada pak pengawasan datang, kamu pun berhenti ngobrol dan melanjutkan pekerjaan dengan fokus kalau tidak nanti harimau bisa ngamuk dan itu bahaya.

Perasaan lama banget baru hari rabu, kapan hari Minggu aku lelah ingin istirahat di rumah. Kerja terus udah kayak kuda, tapi semoga nanti lelah ini terbayarkan ketika gajian nanti. Aamiin.

"Semangat Aryna kamu pasti bisa!" Aku memberikan semangat pada diri sendiri agar lebih kuat dalam bekerja. Kerja butuh tenaga ekstra.

Padahal masih pagi tapi tiba-tiba orang bagian kantor memanggilku untuk ke ruangan Pak Cakra. Aku bingung.

"Kamu Aryna Zakia Rahma kan?" tanyanya.

"Iya, saya sendiri ada apa Bu?" tanyaku pada orang tersebut.

"Aryna kamu dipanggil Pak Cakra untuk keruangan beliau, cepat ke sana, ya!" Usai menyampaikan hal tersebut Ibu Mila pergi begitu saja seperti angin yang datang dan pergi sesuka hatinya

"Kamu membuat kesalahan apa dipanggil bos? Cepat ke sana!" perintah Nirwana.

"Baik, aku tinggal dulu sebentar," ujarku melangkahkan kaki ke arah ruangan Pak Cakra dengan rasa malas yang membelenggu.

"Semoga dia membahas soal pekerjaan bukan tentang hal pribadi," gumamku.

Aku mengetuk ruangan tersebut, seraya mengucapkan salam. Dari dalam Pak Cakra menjawab salamku dan menyuruhku untuk masuk.

"Maaf pak ada apa?" Ketika aku masuk langsung saja bertanya pada beliau.

"Kemarilah duduk!" perintah Pak Cakra menyuruhku duduk di hadapan dia. Aku dengan hati-hati duduk dan siap mendengarkan apa yang dikatakan oleh atasanku tersebut.

"Kenapa Aryna tidak menghubungi nomor saya?" tanyanya.

"Maaf Pak Cakra nomor yang bapak tulis di tisu hilang," jawabku. Sebetulnya aku berbohong sebab dulu nomor itu dirampas oleh Nirwana, jika jujur kasian Nirwana dia bisa kena marah dan dipecat.

"Hilang, kenapa kamu tidak bilang. Sini ponselmu!" Dia meminjam ponselku, mau tidak mau aku menyodorkan padanya, dengan percaya diri Pak Cakra menyimpan nomornya di ponselku lalu menelpon, setelah panggilan masuk dia mematikannya.

"Itu nomor saya! Kamu kalau perlu apapun hubungi saja, mengerti?" tanya dia dengan sorot mata tajam seperti harimau sedang ingin menerkam mangsanya dengan buas.

"Iya, Pak saya mengerti kok, kalau begitu Aryna lanjut kerja lagi," ungkapku.

"Baik, silakan!" sahut Pak Cakra dengan senyuman yang lebar.

Aku pun pamit langsung keluar dari ruangan tersebut sambil berpikir apa yang aku jawab jika Nirwana bertanya soal apa yang dikatakan oleh Pak Cakra di kantor?

Sampai di tempat bagian aku kerja yang sebelahku Nirwana benar sekali dugaanku dia bertanya.

"Pak Cakra bicara apa? Kamu suruh kerja yang lebih rajin atau apa?" tanya Nirwana.

"Pak Cakra bilang kita kerja cepat tapi harus hati-hati juga agar tidak banyak yang jadi rijek," jawabku asal.

"Tapi kok cuma kamu yang dipanggil kenapa aku tidak?" tanya Nirwana.

"Harus salah satu saja, misal di sini tidak ada yang kerja bisa repot kan kena marah lagi sama big bos," jelasku.

"Oh, betul juga. Kamu kerja yang benar makanya biar hasilnya bagus tidak ada rijek," kata Nirwana.

"Iya," sahutku malas.

Aku menghitung hari terasa lama sekali oh liburan. Kerja melelahkan tapi orang perlu kerja demi kehidupan yang terus berputar. Mau uang, ya kerja!

Aku ingat pesan ayah kerja dengan ikhlas maka akan terasa ringan. Tapi kenapa gosokan ini berat ya? Tanganku juga jadi ada kapalnya, mungkin sebentar lagi akan ada pesawatnya haha ….

"Aku kangen ayah dan ibu," ujarku dalam hati. Aku berpikir jika sudah ada uang mungkin harus membelikan kedua orang tuaku ponsel agar mudah untuk komunikasi. Jarak Jakarta dan desa tidak begitu jauh, semoga kapan-kapan kedua orang tuaku berkunjung ke Jakarta.

Dari belakang ada yang menepuk dan membisikkan sesuatu dan ternyata itu Mbak Syakila.

"Aryna, kamu tidak Azkaya jadi karyawan baru di sini dan dia sangat menyebalkan masa langsung menggodaku," busuknya.

"Iya aku tahu Mbak, dia sepertinya serius suka dengan Mbak Syakila deh," jawabku.

"Aku tapi tidak suka! Masa dia ditolak tidak paham!" gerutunya.

"Namanya juga cinta wajib berusaha untuk mendapatkan cinta itu, biarkan Mas Azka berjuang dulu," timpalku.

"Kamu sama aja Aryna, nyebelin!" hardiknya langsung pergi meninggalkan aku, dia datang hanya mau berkata begitu.

"Mbak Syakila harusnya merasa bersyukur dan beruntung dicintai laki-laki sebaik Mas Azka," kataku dengan volume suara kecil.