webnovel

ReBirth48

ReBirth 48 Tang Shin, seorang Saint tingkat tertinggi yang mati dengan tenang dan cukup bahagia karena melihat kedua anaknya sudah menjadi orang besar. Ia tdak memiliki penyesalan apapun lagi di dalam hidupnya karena semuanya sudah selesai. Ia pun berfikir setelah ini ia akan pergi ke surga. Namun, dugaannya salah. Jiwa Tang Shin kembali di lahiran di dalam tubuh seorang mahasiswa kuliahan biasa. Setelah seminggu beradaptasi dengan ingatan dari kedua kehidupannya. Tang Shin pun memutuskan dengan sangatlah yakin. Bahwa di kehidupan ini ia harus hidup aman, tentram, dan yang paling penting adalah kehidupan yang santai. Namun, apakah akan semudah itu untuk mendapatkan kehidupan Tang Shin yang santai? ~Higashi

HigashiSasaki · Fantasi
Peringkat tidak cukup
52 Chs

[Arc 2] Chapter 3-(34) : Kembalinya sistem

ReBirth 48

[Arc 2] Chapter 3-(34) : Kembalinya sistem

Zaps!

Brian bergerak maju dan langsung menahan Shin di dinding.

"Berani-beraninya kau budak rendahan!" Brian menarik kerah Shin dengan sangat kuat sampai mencekiknya.

Shin tak menjawab, ia hanya menyeringai ke arah Brian. Brian yang melihatnya langsung meninju dagu Shin lalu perutnya.

"Aackk!" Shin merasa sempoyongan setelah muntah darah.

Mata Brian masih berapi-api, ia tampaknya sangat marah dan tak akan melepaskan hal ini begitu saja. Saking marahnya dia sudah siap untuk menggunakan tinjunya yang di perkuat untuk membunuh Shin.

Namun, tiba-tiba saja sebuah aura yang sangat kuat muncul dan menerbangkan Brian. Seseorang yang memiliki hawa mengerikan muncul di hadapan Shin.

"A-apa?" ucap Brian yang sudah menapakkan kedua kakinya di lantai setelah terpental.

"Siapa yang membiarkanmu membuat keributan di ulang tahun putriku," ucap seorang laki-laki yang membawa sebuah tongkat aneh. Tongkat besi itu terus bergerak dan seperti hidup.

"A-ayaah!" sorak Rie yang langsung belari dan memeluk ayahnya.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya ayahnya Rie yang menatap tajam ke semua orang.

"Ini semua salah budak itu! Dia telah mencoba memperkosa Rie!" jawab Brian sambil menunjuk Shin.

Ayahnya Rie melirik ke Shin dengan tatapan penuh hawa membunuh. Ia lalu melihat ke arah Rie yang sudah menangis lesu dan terduduk di lantai.

Ayahnya Rie dengan sunyi mengangkat tangannya ke depan. Dengan cepat, badan Shin melayang dan terbang ke arah ayahnya Rie

Shin di cekik dengan kuat, dan dia juga menerima hawa membunuh yang sangat mengerikan.

"Ke-kenapa ini harus terjadi," gumam Shin dengan pasrah. Saat itu, seharusnya Shin sudah pingsan.

Namun, tiba-tiba saja ....

[>>› Sistem ‹<<]

Skill -Protection {Extraordinary}- telah aktif. Menghalau semua skill yang menggangu mental tuan

♦→♦→♦→♦←♦←♦←♦

"Hah, sistem sialan. Jadi selama ini kau tidak pernah muncul karena terhenti oleh kalung budak?" gumam Shin di dalam hati yang secara perlahan mulai merasa senang.

"Apa-apaan bocah ini, harusnya prajurit biasa saja sudah pingsan jika ku arahkan hawa membunuh ini di depan mata. Ada apa dengan anak ini?" gumam ayahnya Rie.

Tak lama kemudian, ayahnya Rie langsung melempar Shin jauh kebelakang dan lagi-lagi menabrak dinding dengan kuat. Karena tak sanggup menahan rasa sakit lagi dan tulang-tulangnya sudah patah.

Shin langsung pingsan.

"Semua orang! Keluar dari sini, biar aku yang urus sisanya," perintah ayahnya Rie yang berjalan mendekati Rie.

"Apa kau tak apa?" tanya ayahnya dengan tatapan sedih sambil memberikan jaket untuk Rie.

"A-aku, aku sudah tak apa yah. Terima kasih," ucap Rie yang memakainya lalu berdiri.

"Ck, sepertinya kita harus membunuh budak sialan itu saat ini juga," respon ayahnya Rie yang langsung bangkit dan merapalkan sebuah sihir di tangannya.

"Tunggu yah!" Rie langsung menghentikan ayahnya.

"Ada apa?"

"Bisakah aku saja yang memberikannya hukuman? La-lagian aku korbannya di sini jadi aku memiliki hak," pujuk Rie ke ayahnya.

"Tidak bisa begitu, jika kita tidak bertindak tegas itu akan menco–." Perkataan Ayah Rie berhenti saat melihat Rie yang menatapnya dengan tajam.

"Rie, ayolah jangan marah. Ini demi nama baik keluarga kita."

"Jadi ayah tidak mau menuruti permintaanku? Baiklah kalau begitu, aku tidak akan menyayangi ayah lagi," bantah Rie yang langsung memasang wajah kesal.

"Haaah, sial. Baiklah, kau menang. Kau bisa melakukan apapun padanya," balas ayahnya Rie denga pasrah.

"Yeeeey! Aku menyayangimu yah!" sorak Rie begitu gembira dan langsung memeluk ayahnya.

"Haaah, kalau begitu jangan menimbulkan masalah. Ayah harus menenangkan kembali para tamu yang saat ini sedang heboh." Ayahnya Rie mengelus-elus kepalanya.

"Tentu yah!"

Setelah puas melihat senyuman polos dan lembut putrinya, ayahnya Rie langsung berjalan keluar ruangan dan menuju tempat pesta itu diadakan.

Senyuman Rie yang tadinya terlihat polos, langsung berubah menjadi seringai yang sangat menyeramkan.

"Hah, ayah boodooh," gumam Rie di dalam hati.

Rie dengan langkah tipis berjalan mendekati Shin, ia laly jongkok dan mengelus pipi Shin yang sedang pingsan.

"Aaah, Shin ku sayang ... Kenapa wajah tidurmu terlihat begitu imut," gumam Rie dengan senyuman senang di wajahnya.

Secara perlahan Rie mengelus-elus pipi Shin dengan lembut. Tak lama kemudian ia menggunakan sihir penyembuhan tingkat atas yang hanya bisa digunakan oleh orang paling berbakat diantara yang berbakat.

Skill tersebut langsung menyebuhkan seluruh tubuh Shin kecuali luka permanen ditubuhnya.

Dengan keringat yang bercucuran di pipinya, Rie bangkit. Ia menatap Shin dengan senyuman tajam dan berbahaya.

"Baiklah, Shinku. Selanjutnya apa yang harus kulakukan padamu ya?" tatap Rie dengan mulai membayangkan hal-hal aneh.

***

Di alam bawah sadarnya, Shin duduk di tengah-tengah ruangan yang begitu gelap.

Dengan tatapan datar, ia menggerakkan tangannya dari atas kebawah. Namun, tak banyak yang terjadi, layar sistem muncul sebentar lalu menghilang lagi.

Shin mengerutkan dahi karena gagal, ia lalu mencoba lagi.

"Sistem, tunjukan skill-skill yang saat ini bisa ku pakai," pinta Shin, namun tak ada hasilnya. Layar sistem tak menunjukkan apapun.

"Cih, sepertinya segel budak ini hanya rusak sedikit saja. Tapi itu tidak masalah meski hanya sedikit, terima kasih Brian," gumam Shin sambil tersenyum senang.

"Open status," ucap Shin singkat.

Karena sistem belum bisa mengeluarkan akal pikirannya, Shin terpaksa harus melakukan semuanya secara manual.

Shin menatap layar statusnya, ia lalu melihat skill-skill yang bisa ia gunakan.

"Baiklah, skill yang bisa aku gunakan saat ini yaitu -coruption- -love prameters- dan -Protection {Extraordinary}-. Tak banyak yang bisa kulakukan saat ini. Kalau begitu aku akan menaruh semua poin statusku ke Dex agar saat menerima hukuman aku bisa bertahan," gumam Shin di dalam hati. Sesaat kemudian ia kaget karena layar sistem tiba-tiba saja muncul di depannya.

[>>› Sistem ‹<<]

Menghitung <•>

Selesai✓

Berhasil mempelajari skill -Learner- atas semua hal yang telah dilewati.

♦→♦→♦→♦←♦←♦←♦

"Hah? Apa ini? Learner?" Shin lalu membuka penjelasan skill tersebut.

[>>› Penjelasan ‹<<]

-Learner

Setelah merasakan rasa sakit yang luar biasa dan lama, anda memiliki pengamatan yang luar biasa. Dengan pengamatan itu anda mencoba menggunakan segala cara agar meringankan rasa sakit yang anda rasakan. Hal ini menyebabkan anda mempelajari sesuatu dengan sangat cepat.

Efek : Saat anda melihat seseorang menggunakan skill, anda memiliki kesempatan 25% untuk langsung mempelajari skill tersebut. Dan juga, jika anda di serang sebanyak 15x menggunakan skill yang sama. Maka anda akan mampu mempelajari skill tersebut.

≈ Termasuk skill tambahan ≈

♦→♦→♦→♦←♦←♦←♦

Melihat itu, Shin langsung merasa sangat senang. Selama ini dia di hukum bukan hanya menggunakan benda saja, tapi juga sihir. Lalu juga di sembuhkan. Dengan begini, meski dia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Dia juga akan mempelajari banyak skill.

"Haha, brian. Aku benar-benar bersyukur kau meninjuku waktu itu, hahahaha! HAHAHAHAHA!"

"Dengan begini, semuanya akan menjadi lebih mudah. Lihat saja Rie, sebuah topan yang terus membesar sedang mengarah kepadamu," gumam Shin yang menyeringai dengan dendam.

***

Shin secara perlahan membuka matanya, dengan kebingungan ia menatap ke depan.

"Hah, tempat gelap ini lagi?" gumam Shin di dalam hati.

Ia lalu dengan santainya meregangkan lehernya karena terasa pegal. Tanpa rasa takut ia melirik ke atas kanan ruangan. Tak lama setelah itu, lampu bagian atas ruangan hidup.

Disana terdapat Rie dan para bawahannya yang sedang menatap ke arah Shin.

Tak lama kemudian, Shin menggunakan tubuhnya yang berbentuk untuk memutuskan tali yang mengikatnya. Rie juga sengaja memasang tali biasa agar Shin bisa melepaskannya dengan mudah.

"Lalu, apa yang kau inginkan saat ini?"

Zabs! Sebuah aura yang sangat gelap terpancar dari Shin dan dengan cepat menembus masuk ke dalam tubuh Rie. Namun, daripada takut atau waspada.

"Apa-apaan ini? Wajahnya memerah? Dan kenapa poin di atasnya tiba-tiba menjadi 16?" gumam Shin di dalam hati dengan waspada karena merasa ada yang aneh.

"Lepaskan orang itu," perintah Rie sambil menjentikkan jarinya.

Tak lama kemudian, gerbang di depan Shin terbuka. Muncul seseorang setinggi 2,6 meter dengan badan yang sangat besar sambil membawa gergajj mesin.

Suara gergaji memenuhi seluruh ruangan, tak lama kemudian pria berbadan besar itu maju sambil tertawa keras.

Shin sama sekali tak merespon apa-apa, ia hanya menatap tajam ke orang berbadan besar itu.

Greeennggg!!

Gergaji tersebut mencoba memotong Shin dari atas. Shin dengan santai menghindar ke kanan lalu menunduk karena gergaji itu langsung di gerakkan ke kanan mencoba memotong tubuh Shin.

Tak lama setelah itu, Shin mundur dan menendang kursi yang ada di tengah ruangan ke atas. Tanpa jeda ia langsung menendangnya lagi ke arah lelaki besar itu.

Orang berbadan besar itu tak bergerak dari tempatnya, ia langsung menghancurkan kursi kayu yang mengarah padanya.

Namun, memang itu tujuan Shin.

Saat potongan kayu-kayu itu bertebaran di udara, rupanya Shin sudah ada di bawah orang itu. Ia lalu dengan santai mengambil salah satu potongan kayu.

Orang berbadan besar itu mencoba menebas Shin lagi, Shin menghindar sambil memotongkan ujung potongan kayu itu di gergaji tersebut agar berubah menjadi semakin tajam.

Namun, yang tak Shin duga adalah orang berbadan besar itu akan menendang dirinya. Shin terpental mundur dan langsung salto agar mendarat dengan tepat.

"Hruuaaaa!" Lelaki berbadan besar itu maju sambil menebas-nebaskan gergajinya ke Shin.

Shin dengan sangat mudah menghindar kesana kemari. Shin terus di serang tanpa diberi waktu bagi Shin untuk menyerang kembali.

"Cih!"

Namun, Shin tak hanya menghindar. Ia juga mengambil potongan-potongan kayu di lantai dan terus menajamkannya. Kini, senjata Shin sudah tersebar di seluruh ruangan.

"Matiii!" teriaknya sambil maju.

Shin dengan elegan menghindar kebawah lalu mengambil potongan kayu yang sudah tajam itu. Saat serangan kedua datang Shin loncat ke kanan lalu ke atas. Shin mencoba menebas lehernya namun tak semudah itu, badan Shin langsung di tangkap oleh tangan kiri laki-laki itu.

"Ceh!"

Shin menggunakan seluruh kekuatannya untuk menusuk tangan kiri laki-laki itu. Kayu tersebut tertusuk sangat dalam dan Shin langsung dilepaskan.

Tiba-tiba saja, muncul aura di sekitar laki-laki itu. Reflek Shin melirik ke kiri atas. Rupanya Rie menggunakan sihir buff pada laki-laki itu.

"Si jal*ng itu, segitunya kah dia ingin aku tersiksa?" Shin tersenyum dengan marah.

Greeennggg!

Laki-laki itu maju sambil tangan kirinya tetap tertembus kayu itu. Ia terus menebas Shin dan Shin terpaksa menggunakan tenaga tambahan untuk menghindar.

"Sialan! Dia menjadi 2x lebih cepat," decit Shin kesal.

Orang itu menyerang, shin menghindar, lalu Shin balik menyerang dengan menusukkan kayu ke tubuh orang itu.

Hal itu terus berlanjut selama 10 menit~

***

"Haaaah, haaaahh, haaah. Apa-apaan orang itu? Lihat tubuhnya. Seluruh tubuhnya sudah tertusuk kayu dan leher kirinya juga terus mengalirkan darah. Bagaimana dia masih bisa sadar?" gerutu Shin dengan sangat kesal dan terdesak. Ia juga merasa sangat kelelahan

"Baiklah, tapi dengan satu lagi dia sudah pasti akan mati," tambah Shin yang menggenggam erat batang kayu terakhir yang sudah di tanamkan.

Saat laki-laki itu maju, Shin menghindar dengan mudah lalu loncat dan menjadikan tangan laki-laki itu sebagai pijakan untuk menancapkan batang kayu itu ke dahinya.

Jleb!

Lelaki berbadan besar itu langsung jatuh ke tanah

Shin langsung loncat turun dan mendarat. Ia lalu menghela nafas panjang dan merasa lega. Tapi, anehnya laki-laki itu masih bisa bangun lagi, Shin tak menduga itu.

"Apaan!"

Ia tak memiliki waktu untuk menghindar penuh, tangan kiri pun harus menjadi korban karenanya. Shin dengan tatapan sangat marah melirik Rie. Rie menjawab dengan senyuman yang sangat licik.

Namun, hanya di situ. Laki-laki itu tak bisa bergerak lagi yang memberikan Shin kesempatan untuk maju dan mencabut batang kayu di dahi orang itu. Lalu menusuk-nusukannya berkali-kali.

"Haaah, haaah, sial!" Shin terduduk di atas mayat lelaki itu dengan seluruh tubuh yang penuh darah.

"Ack!" Shin langsung merasa sangat sakit dan lemas. Karena tangan kirinya yang putus terus menerus menguras darah dalam tubuhnya.

Shin terbaring lemas tak jauh dari tubuh lelaki berbadan besar itu. Disaat-saat seperti, Rie melangkah mendekatinya.

"Healing recovery," ucap Rie yang menggunakan skill healing pada Shin.

Secara perlahan, tangan kiri Shin yang putus kembali utuh. Sihir menakjubkan seperti ini hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menggunakannya.

"Haaah, haaah, haaaah. Apalagi yang kau inginkan? Belum puas?" tanya Shin dengan aura permusuhan namun menggunakan nada yang biasa saja.

"Tidak, tentu saja yang tadi itu tidak cukup. Kan?" balas Rie dengan nada serius namun memasang wajah bercanda.

Shin langsung terdiam, ia tak mampu menjawab lagi.

"Bangun," perintah Rie. Bagi budak, perintah tuannya adalah mutlak.

Shin secara perlahan bangun dan berdiri. Seluruh tubuhnya memang sembuh namun bajunya yang sobek tak ikut pulih.

Tiba-tiba saja, Rie memegangi perut Shin. Ia meraba-raba perut Shin yang sudah membentuk.

"A-apa yang kau lakukan!" ucap Shin yang langsung mendorong Rie dengan kaget.

"Siapa yang menyuruhmu bergerak? Diam di tempat!" bentak Rie yang merasa marah.

"Ugh, bodo amatlah! Coruption!" gumam Shin di dalam hati. Poin di atas kepala Rie langsung bertambah menjadi 23.

"Ba-bagaimana bisa? Bertambah lebih dari 5? Sebenarnya apa yang dia rasakan sih?" tanya Shin di dalam hatinya yang merasa begitu kebingungan..

Disaat Shin masing bimbang, Tiba-tiba saja ...

Jleb!

Sebuah pisau menancap di perut Shin. Terlebih lagi pisau tersebut merupakan pisau beracun.

"Ack ... Apalagi ini!" decit Shin di dalam hati dengan kaget dan langsung melirk ke Rie.

Rie menyeringai licik dan juga menyeramkan.

"Hah, sial. Sepertinya aku sangat bodoh jika berharap seseorang sepertinya melakukan hal normal," gumam Shin terakhir kali di dalam hati sebelum tubuhnya terjatuh ke tanah.

[Bersambung]

≥Higashi≤