webnovel

Act 27; Unsettling

Jendela berbingkai busur-lengkung itu lenyap dengan cepat begitu ditutup. Einzel masih terpaku menatap udara kosong—tempat jendela tersebut sebelumnya berada, lalu menoleh ke arah Manor Hitam Legam yang pintunya masih terbuka. Bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Meski ia yang mengatur hampir semuanya agar Fran sempat singgah di sini, apa yang disaksikannya terlalu aneh.

Memangnya apa yang Fran lakukan di dalam sana sampai-sampai keluar dengan wajah seputih kertas begitu?

"Tentu bukan aku saja yang merasa bahwa dia tampak tak sehat, kan?" Nell menyeletuk. "Aku yakin tadi ia sama sekali tak mendengar kita."

Kiran menukasnya, "Dia akan baik-baik saja meski tidak mendengar omong kosongmu." Ia menoleh kepada Einzel yang masih menatap manor di belakang mereka dengan sorot penasaran. "Aku rasa dia tidak akan mendapat masalah. Toh sang kaisar sudah menyetujui kepergiannya, benar kan?"

Einzel mengernyit, "Bukan itu yang aku khawatirkan saat ini, tapi kau benar. Paling tidak sekarang kita berada di zona aman. Baik kita dan dia tak sedang terancam hukuman."

"Meski kau sudah melakukan sesuatu yang menyerempet ke sana?" Fia menyanggah dengan senyum kecil khasnya. "Kalian melakukannya begitu rapi sampai tak seorangpun mencium sesuatu yang salah."

"Apa maksudmu?" Pangeran mahkota yang sudah seperti saudara mereka itu hanya mengibas jauh-jauh pernyataan barusan.

Nell terkekeh, "Ya, hari itu tak ada kejadian apapun sampai rasanya membosankan."

Atas anggukan setuju dari Einzel, Fia memutar mata.

"Memang sangat disayangkan Hatz pulang lebih cepat, Fia belum sempat melakukan apapun," lanjut Nell.

Fia mendorong bahu Nell tanpa ragu. "Melakukan apa, ha?"

Kiran segera menghentikan Nell sebelum ia melewati batas, dan hal itu sudah pasti akan terjadi andai tak ada yang mencegah. Kiran tahu dari dulu Einzel diam-diam suka menyaksikan pertikaian dua orang tersebut, jadi sebagai makhluk waras, memang hanya dirinya yang bisa melerai. "Masih banyak yang harus diurus setelah ini," ujar Kiran, menjajakan fakta.

Benar, Einzel telah melakukan banyak sekali, dan daftar tersebut masih terus berlanjut. Mengingatnya saja sudah membuat wajah mereka kehilangan warna.

"Baik, kita kembali ke para tetua itu dahulu." Memasuki fase kerja, Einzel mulai mengurutkan kembali apa-apa yang harus dia selesaikan hari ini juga. "Aku terlalu pusing jadi akan sangat melegakan kalau mereka tidak bertanya banyak," sambungnya.

Meminjam Manor Hitam Legam untuk kepentingan pribadi bukan hal yang bisa dilakukan sembarangan, apalagi memperoleh persetujuan. Di dunia ini yang bisa melakukannya tidak banyak dan setelah mencoba, Einzel pun terkejut bahwa ia mampu memperoleh izin dari para tetua klan Fitzgerald. Namun setelah menjabarkan alasan fiktifnya sedemikian rupa, ia juga tidak tahu harus bagaimana kalau akhirnya mereka tidak setuju—yang untungnya sungguh tidak terjadi.

Kebohongan memang tidak pernah memberi rasa nyaman, jadi alangkah lebih baik jika nanti mereka tidak bertanya lebih rinci. Einzel tak minat memperpanjang kisah kebohongannya.

Kemudian entah untung atau malah rugi baginya, saat sampai di sana, ternyata kediaman para tetua sedang mengalami kebakaran. Bukan kebakaran dalam arti ada api sungguhan, namun jenis lain. Beberapa dari mereka serta orang-orang lain yang terlihat familiar berlalu-lalang keluar dan memasuki kediaman tersebut dengan raut kusut.

Beberapa dari mereka tampak menyadari kehadiran Einzel, namun segera berlalu seperti ada hal lebih penting yang harus diurus. Setelah berpikir sesaat, ia (masih diikuti rekan pengawalnya) berjalan mantap memasuki gedung warna putih-gading itu. Lurus mengikuti arus dan hanya berhenti di depan ruang rapat para tetua yang sedang berdebat riuh.

Ia akhirnya berhasil masuk sambil berdesakan dengan orang-orang lain yang bergerak-gerak tak sabar di tempat. Tepat saat itu tetua dari keluarga Harven yang baju seragamnya kusut bangkit berdiri. Ia berseru berang diiringi gebrakan keras di meja, "Bukankah ini semua kesalahan didikan Nilvalen? Kalian keluarga bermasalah memang seharusnya tidak kembali ke Aileth sejak awal!"

Kepala keluarga Nilvalen yang dituding tidak tampak tersulut sedikitpun, ia bahkan tak berkedip meski gebrakan itu terjadi tepat di bawah hidungnya. "Aku tidak melihat keluargaku terhubung dengan ini sedikitpun."

"Namun bukankah putusan untuk kepergian putramu sudah dilakukan? Kejadiannya berdekatan, kenapa kau menganggap ini tak terkait?" sanggah seorang wanita, tetua dari keluarga Jollien. Baru tahun lalu anak perempuan termuda mereka pulang dari perjalanan periodik dengan prestasi terbaik. Anak itu berdiri di belakang ibunya sekarang, ekspresinya cukup sumringah, berbanding terbalik dengan ketegangan di sini.

Einzel menyapu pandangannya pada wajah-wajah yang duduk di sekeliling meja panjang tersebut, dan mendapati seluruh kursinya penuh. Artinya, seluruh tetua benar-benar hadir dalam pertemuan yang tiba-tiba ini.

"Yiram ikut bersama kami untuk mengantarnya tadi pagi. Bahkan istriku masih belum pulih dari kesedihan, jadi aku harap kalian berhenti mengaitkan Nilvalen dalam peristiwa ini. Aku tak akan diam saja jika kalian melanjutkannya." Ekspresi tetua Nilvalen tidak banyak berubah, namun tangannya terkepal kuat di atas meja. "Terlebih, kita harus segera kembali ke masalah utama. Tidak sopan membahasnya di depan keluarga yang berduka."

Pandangan tetua yang lain termasuk Einzel mendarat pada lelaki dengan rambut pirang platina yang duduk di seberang kepala meja. Jasper Verlaine, ayah Fran dan Yiram itu tampak sangat lelah. Sudut-sudut matanya memerah dan wajahnya pucat. Ia mengedip beberapa kali saat sadar bahwa seisi ruangan sedang menatapnya, lalu menyunggingkan senyum pahit.

"Aku tak keberatan," ucapnya. "Yiram sudah berulang kali membuktikan bahwa dia mampu menjalani perjalanan periodik, kejadian ini pun hanya ujian lain untuknya … Semua akan baik-baik saja, dimanapun dia berada sekarang."

Berkat pernyataan tersebut, helaan nafas berat terdengar di seisi ruangan, dan Ketua klan Fitzgerald angkat bicara, "Mari kita semua berharap yang terbaik. Namun untuk sekarang kita akan tetap menyebarkan perihal ini ke Fitzgerald di seluruh Doloretia, nama Yiram Verlaine akan kita masukkan dalam kompilasi orang hilang yang juga terjadi baru-baru ini."

"Para hadirin yang berkeberatan atau memiliki usulan lain saya persilahkan angkat bicara," ia meneruskan.

Semua orang saling melirik, bertukar pandang. Perasaan cemas menggantung di atmosfer. Untuk beberapa sebab tetua dari keluarga Jolien mengernyit tak senang sambil berbisik kepada anaknya.

Dua menit berlalu tanpa ada yang bicara. Maka Ketua klan mengetuk meja dua kali. Dengan gestur tersebut menyatakan keabsahan keputusan yang mereka ambil, dan mengakhiri pertemuan.

Einzel keluar paling awal dari sana lalu mencari-cari tempat yang lebih sepi untuk berpikir. Tiga pengawalnya mengikuti dalam diam sampai mereka berhenti di sebuah balkon pada sayap kiri bangunan yang cukup sepi.

"Apakah ini sesuai rencana?" Fia bertanya memastikan.

"Ya, tapi tidak! Tentu saja dalam rencananya, Yiram tidak akan menghilang. Fran sudah pergi dengan aman, itu suatu hal baik. Namun mungkin saja dari awal sudah ada kesalahan, dan aku lupa memastikannya langsung dengan Fran. Dalam situasi ini, mereka bahkan tidak tahu kalau ia sudah pergi."

"Ini pengalihan yang bagus memang," gumam Kiran.

"Tapi seharusnya tidak begini," Einzel merentangkan kedua tangan dan mencengkram logam berulir yang menjadi pembatas balkon. "Ritz bilang pembacaan masa depannya selalu akurat, kalau begini jadinya, mungkinkah dia salah?"

"Bagaimana kalau ada variabel lain yang tidak terlihat," usul Nell, sekali ini perkataannya masuk akal. "Sesuatu yang bahkan mengelabui Ritz yang luar biasa."

Fia bertanya pelan, "Sesuatu seperti?"

"Seperti kunjungan di hari hujan waktu itu," kata Kiran, baru teringat.

Fia dan Nell memandang Kiran tak mengerti, namun Einzel tertegun di tempat. "Aku harus mencari Ritz malam ini juga."

Kiran memotong dengan cepat, "Aku kira itu tidak mungkin, jadwalmu menumpuk, sungguh."

Sebelum Einzel menanggapi apapun, Kiran menimpali dengan yakin, "Kita akan menyelesaikannya sebelum tengah malam. Ritz bukan tipe yang tidur awal, kan?" Pertanyaan akhir itu ditujukan pada Fia karena mereka tumbuh besar bersama di Amaya.

"Benar."

Einzel memiringkan kepala, terheran-heran. "Mendadak kalian terlihat bisa diandalkan."

Terharu, Nell dengan wajah penuh bintang-bintang hampir memeluk Einzel andai tidak ditepis oleh Kiran lebih dulu. "Aku memang selalu bisa diandalkan," ungkapnya bangga. "Aku berbeda dengan dua orang ini."

"Kau tahu? Aku tak peduli dengan klaim-tunggalmu," sergah Fia. Ia berjalan ke sebelah Einzel dan berkata dengan suara lebih rendah, "Bagaimana dengan Yiram, bukankah kita tidak bisa diam saja?"

"Tentu aku akan melakukan sesuatu, pertama-tama, bertanya kepada Ritz."

"Bagaimana dengan Fran?" tanya Nell. "Perlukah memberitahunya?"

"Segera setelah situasinya dipastikan." Einzel menjawab tanpa menoleh. Cengkramannya pada pegangan balkon semakin kuat saat ia menangkap figur tak asing melintas di bawah balkon. Melangkah terburu-buru, dan tidak mengenakan seragam resmi tetua seperti yang seharusnya. Einzel baru ingat bahwa wanita itu tidak muncul di pertemuan barusan.

"Lady Hiran," gumamnya lirih, lalu ia berbalik kepada tiga orang di belakangnya, "Aku harus mengecek sesuatu, maaf. Bisakah kalian mengurus pekerjaan yang lain?"

Itu adalah perintah. Demi melihat keseriusan tak biasa dalam kata-kata Einzel, ketiga pelayan tersebut menegakkan posturnya dan menunduk hormat. Situasi semacam ini tak sering terjadi. Maka setelah Einzel pergi, mereka saling memandang.

"Aku selalu merinding setiap dia melakukan itu." Nell mengangkat bahu, "Perkataannya sopan, tak ada yang salah. Namun seketika aku tak bisa membantah. Mengerikan."

"Jaga bicaramu," tukas Kiran. "Einzel bisa saja melakukan itu setiap kali kau malas-malasan, jadi berterimakasihlah."

Tak menggubris Kiran, Fia justru menambahi. "Yang paling hebat adalah kenyataan bahwa kita akan menyanggupi perintah apapun itu, dan tak akan ada kegagalan."

"Simpan kekagumanmu di lain waktu, Fia Myane. Kita punya kerjaan."

"Hal seperti ini tak pernah dibahas dalam sejarah. Apakah itu semacam otoritas dari keturunan sang kehidupan maksudnya setiap kaisar memilikinya, atau hanya dia?" Fia masih melanjutkan. Tak lama, Nell membungkam mulut gadis itu.

"Ingat, jangan terlalu dipikir."

***