webnovel

Great War Records 20 - Perempuan dengan lumpur gelap di tubuhnya IV

Beberapa minggu setelah datang ke Mansion Keluarga Luke, Mavis masih belum terbiasa tinggal di tempat tersebut. Meski bangunan, taman, dan beberapa hal lainnya sudah ditata rapi oleh Julia dan Fiola, tetapi tetap saja ada sesuatu yang terasa kurang dalam benak wanita tersebut.

Duduk di bangku pada halaman, wanita berambut pirang tersebut menatap datar taman yang hanya ditumbuhi gulma. Menghela napas, Ia menatap Julia yang duduk di sebelahnya, "Apa Dart masih sibuk? Kapan urusannya selesai?" ucapnya dengan lemas.

"Y-Ya, sekarang Tuan Dart sudah menjadi Tuan Tanah, wajar kalau beliau sibuk mengurus ini itu." Julia tersenyum tipis, sedikit bingung harus melakukan apa untuk membuat Mavis ceria.

"Sa-Saya akan panggil Fiola dulu, Nyonya Mavis ...." Tidak tahan dengan suasana canggung, Demi-human berpakaian pelayan itu beranjak dari tempat dan pergi masuk ke dalam Mansion.

Melihatnya pergi, ekspresi polos Mavis berubah murung. Ia kembali melihat ke arah gulma, menatap datar dan penuh rasa cemas dalam benak. Ia khawatir kalau Dart lama kelamaan terlalu sibuk dengan urusan wilayah dan melupakan dirinya seperti kebanyakan para bangsawan kelas atas lainnya yang cenderung mencintai jabatan. Duduk di bangku taman sendirian, wanita berambut pirang itu mendongak dan melihat langit mendung.

Tiba-tiba hawa aneh terasa tajam, membuat Mavis tersentak dan melihat ke kanan dan kiri. Sebelum dirinya sadar, seseorang berjubah hitam telah berdiri di hadapannya. Keberadaan yang terasa tidaklah asing bagi wanita itu, mengingatkannya dengan kenangan buruk yang ingin dipendam dalam-dalam.

Sosok berjubah hitam membuka tudungnya, memperlihatkan wajah yang tidak ingin Mavis lihat. Perempuan berjubah itu adalah salah satu Korwa, wajah identik dan rambut berwarna ungu masih dengan jelas Mavis ingat dalam hal negatif. Keringat dingin bercucuran, suara seakan terhenti di tenggorokkan dan tidak bisa keluar.

Menatap tajam ke arah Mavis, anak Korwa itu tersenyum tipis dan berjalan mendekat. Tanpa melakukan apa-apa, ia duduk di sebelah wanita berambut pirang itu. Taman tempat mereka berasa sangat sunyi, tidak ada siapa pun karena hampir semuanya pergi untuk menyebarkan pengumuman perekrutan. Yang ada di sekitar Mansion hanya Julia yang tadi masuk, dan Fiola yang sedang mengurus dokumen di dalam.

"Tenang saja, diriku tidak akan melalukan hal buruk padamu, Penyihir Cahaya."

Tentu saja Mavis tidak percaya dengan hal itu. Memusatkan Mana pada telapak tangan, wanita itu menyiapkan sihir cahayanya. "Jangan lakukan hal bodoh," ucap Korwa seraya memegang pergelengan tangan Mavis dan memintanya menghilangkan sihir. "Tidak kusangka engkau juga bisa menggunakan sihir kakakmu itu," lanjutnya. Mendengar itu, tubuh Mavis gemetar. Anak Korwa itu tahu rahasianya.

"Ke-Kenapa kau ...."

"Tentu saja diriku tahu .... Semuanya sudah tertera dalam Arsip Suci. Jadi, bagaimana rasanya saat mimpimu tercapai, wahai perempuan berlumur kebohongan?"

"Apa yang kau inginkan?" tanya Mavis gentar.

"Apa kau pernah mendengar ini, Penyihir Cahaya? Dewa dan para malaikat itu sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang gaib atau mistis, sangat salah kalau mengategorikan makhluk seperti mereka ke dalam hal semacam itu. Iblis juga serupa ..., sifat mereka bukanlah jahat atau baik, para iblis hanya sebuah ras. Stigma jahat pada mereka membuat para iblis di benci ...."

"Apa maksudmu!? Jangan berbelit ...."

Mavis gemetar tanpa berani menatap anak Korwa di sebelahnya. Pada kondisinya sekarang, Mavis sangat paham tidak bisa mengalahkan perempuan berjubah yang duduk di sampingnya. Ingin berteriak meminta bantuan pada Fiola, rasa cemas membuat Mavis terdiam.

"Mereka yang dipanggil Dewa bukanlah makhluk yang tidak bisa dipahami dengan pengetahuan .... Dewa ..., mereka adalah para makhluk yang berada di dimensi yang lebih tinggi dari dunia nyata ini, mereka memiliki pengetahuan dan informasi lebih tinggi dari para makhluk Mortal. Kau tahu ..., sistem kerjanya seperti perbedaan Roh dan makhluk dunia nyata ini."

"Apa yang kau bicarakan .... Apa maksud—"

Memegang tangan Mavis dengan tiba-tiba, anak Korwa itu meletakkan tangan kanannya ke atas telapak tangan wanita itu. Dalam hitungan detik, puluhan informasi masuk ke dalam kepala Mavis dan memberitahukan semua tujuan anak Korwa itu datang ke tempat itu.

Sinkronisasi terjadi di antara mereka, informasi yang masuk dalam kepala Mavis adalah sebuah struktur formula sihir, rincian rencana, dan sebuah cara untuk memperbaiki rahim dengan gabungan medium eksternal dan internal. Itu tersusun sangat cepat dalam kepala, seperti sebuah catatan arsip yang tersimpan dengan rapi. Dari semua itu, terngiang jelas dalam kepala Mavis tujuan sebenarnya anak-anak Korwa itu.

"A-Apa ini ...? Kenapa .... Unsur Hitam ...?"

Melepaskan tangan Mavis, anak Korwa itu memasang senyum tipis. Bangun dari bangku, Ia berkata, "Itu harapan terakhirmu untuk menikmati hidup .... Struktur yang diriku berikan bisa memberimu kesempatan untuk menjadi seorang ibu. Tetapi pertama-tama, bangunlah sebuah perpustakaan sihir dengan struktur itu, lalu pergilah ke Dunia Astral dengan Gerbang yang dijaga oleh wilayah ini .... Terus, sela—"

"Kau pikir aku akan melakukannya! Dari pada menuruti orang sepertimu, lebih baik aku tidak punya anak selamanya! U-Unsur Hitam seperti itu tidak boleh datang ke dunia ini!"

Tubuh Mavis tidak bisa berhenti gemetar, informasi yang terngiang dalam kepalanya membuat wanita berambut pirang itu benar-benar ketakutan. Fakta dari semua pemanggilan Iblis yang dilakukan Aliran Sesat, semua tragedi yang ada, dan segala kekacauan adalah sebuah rute menuju ke arah pemanggilan Unsur Hitam tersebut. Peperangan dan Tragedi tidak lebih dari sebuah diorama untuk Unsur tersebut.

Anak Korwa itu hanya tersenyum tipis mendapat makian. Berbalik dan menunjuk lurus Mavis, anak Korwa itu berkata, "Itu kebebasanmu .... Entah engkau mau melakukannya atau tidak, kami tak akan memaksa .... Tetapi, kuingin engkau ingat ini, wahai yang berlumur dosa ...."

Menurunkan tangannya dan tersenyum penuh rasa lega, anak Korwa itu melanjutkan perkataan, "Kami sama sekali tidak mengharapkan kehancuran, yang kami harapkan adalah zaman baru setelah kegelapan tersingkir ...." Perempuan berjubah itu berbalik, lalu melangkahkan kaki menuju gerbang utama. Api biru tiba-tiba berkobar, membakar tubuhnya dengan cepat dan saat padam sosoknya pun menghilang.

"Ada apa Nyonya Mavis?" ucap Fiola yang datang bersama Julia.

Segera Mavis menghilangkan raut wajah pucatnya. Menoleh dan menatap dengan tatapan ceria, wanita berambut pirang itu berkata, "Tidak ada, tadi hanya ada burung kecil yang bertengger di pagar ...."

"Hmm, begitu ya ...."

Ia kembali berbohong, dan akan terus berbohong. Meski dunia akan segera berubah, wanita berambut pirang itu terus berbohong. Pada orang yang setia padanya, menghormatinya, mencintainya, dan pada dirinya sendiri. Layaknya sebuah domino yang tersusun rapi, sebuah kebohongan pasti akan mendorong kebohongan lain sampai semuanya runtuh. Mavis sadar akan hal tersebut, tetapi dalam benak dirinya tidak bisa berhenti berbohong, semuanya demi mempertahankan apa yang telah didapat.

««»»

Pada hari berikutnya, rombongan Dart dan Thomas kembali setelah menyebarkan pengumuman ke penjuru wilayah Luke mengenai perekrutan yang akan segera diselenggarakan. Saat mereka datang melewati gerbang utama, Mavis, Fiola, dan Julia menyambut rombongan.

Ada sesuatu yang langsung menarik perhatian Mavis, seorang wanita yang datang bersama Thomas membuat dirinya bertanya-tanya. Segera mendekat, Mavis langsung bertanya pada suaminya, "Sayang ..., siapa dia?" Sebelum Dart menjawab, wanita yang berdiri di dekat Thomas mendekati mereka berdua.

"Pasti anda Penyihir Cahaya yang terkenal itu?" ucap wanita berambut hitam yang datang tersebut. Matanya bersinar hijau, terlihat menawan dan parasnya sangat muda.

"Oh, Nyonya Mavis .... Apa anda tidak apa-apa keluar pagi-pagi seperti ini? Bukannya kondisi anda kurang sehat?" ucap Thomas. Pria berambut kelimis itu berdiri di dekat wanita berambut hitam, terlihat sangat serasi dengannya.

"Tuan Thomas, wanita di samping anda ...."

"Oh ..., ini istri saya. Calista, perkenalkan dirimu ...."

Wanita berambut hitam panjang sampai bahu itu membungkuk, menyilangkan kaki kanannya ke belakang seraya sedikit mengangkat gaun biru megah yang dikenakan. "Perkenalkan, saya istri Kepala Keluarga Rein, Calista Rein. Senang bertemu dengan anda, wahai Penyihir Cahaya ...." Kembali mengangkat wajah dan berdiri tegak, ia tersenyum ramah kepada Mavis.

Wanita berambut pirang itu benar-benar terkejut dan beru mendengar kalau Thomas sudah memiliki istri. Dart mendekati Mavis, lalu berbisik pada telinganya, "Dia sekarang sudah punya empat pasangan, loh. Tadinya aku kira si Thomas itu anak ceri, ternyata sudah jadi singa."

Mendengar bisikan itu, Mavis lekas menatap tajam. "Terus kamu mau minta tambah?" tanya Mavis seraya menatap kesal.

"Bu-Bukan itu maksudku, Mavis. Hanya tak disangka saja anak ceri seperti Thomas sudah jadi sejantan itu," ucap Dart dengan gagap.

"Siapa yang anda panggil anak ceri, Tuan Dart?"

"E-Enggak, kok! Aku gak bilang .... Tadi Mavis yang bilang."

"Kenapa saya!?"

Melihat tingkat ketiga orang itu, Calista tertawa kecil seraya berkata, "Kalian sangat akrab, ya ...." Tetapi saat tertawa, wajahnya tiba-tiba memucat dan langsung mual. Melihat itu Mavis, Dart, dan Thomas panik.

"Kamu tidak apa-apa? Sudah kubilang, bukan? Kalau sedang hamil lebih baik tunggu saja di rumah, jangan ikut," ucap Thomas dengan cemas.

"Tidak apa, sayang .... Saya ingin melihat wajah Penyihir Cahaya yang terkenal itu. Sangat langka bisa menemui sosok Pahlawan seperti Nyonya Mavis seperti ini .... Beliau panutan para wanita di Kerajaan Felixia ...."

Thomas lekas membopong istrinya layaknya seorang putri. Menatap Dart, pria itu bertanya, "Tuan, boleh saya pinjam kamar anda dulu ...."

"Silakan saja, gunakan kamar yang kau ingin .... Yah, lagi pula kau sudah sering tidur di Mansion-ku, bukan?"

"Iya juga ...."

Tersenyum kecil, Thomas segera membawa istrinya ke dalam Mansion untuk dibaringkan di kamar. Saat melihat mereka masuk ke dalam bangunan, wajah terkejut masih jelas terlihat pada raut Mavis.

"Kenapa bengong, Mavis?" tanya Dart.

"Apa dia hamil?"

Sesaat Dart terdiam mendapat pertanyaan itu. Pria itu sadar apa yang sedang Mavis rasakan saat melihat pasangan berbahagia itu. Mendekati istrinya, pria berambut kucir itu langsung memeluknya dari belakang.

"Apa kau iri? Jangan cemas ..., tanpa anak pun kita akan selalu serasi."

Mavis hanya terdiam, bukan itu yang dirinya rasakan. Sedikit menunduk, wanita berambut pirang itu bergumam, "Kalau aku bisa punya anak, apa kau akan senang?" Dengan jelas Dart mendengar suara lirihnya.

"Tentu saja .... Tapi ..., kau tidak perlu memaksakan diri. Aku menerima dirimu apa adanya ...."

"Hmm, terima kasih .... Aku tidak akan memaksakan diri ...."

Dalam pelukan Dart, wanita berambut pirang itu menundukkan kepala dan tersenyum tipis. Tawaran iblis yang datang kemarin membuat keputusannya goyah, godaan yang ada di hadapannya hari ini benar-benar mendorongnya masuk ke dalam rasa iri dan membuatnya buta dengan pilihan yang ada. Pada saat itu, Mavis memutuskan untuk menggunakan pengetahuan yang dirinya dapat dari anak Korwa untuk mendapat apa yang seharusnya semua wanita bisa miliki.

"Dart ..., boleh aku minta sesuatu?"

"Hmm, apa itu?"

"Aku ... ingin membuat perpustakaan ...."

Itulah awalnya, semua rute baru menuju zaman yang belum diperkirakan semua orang. Dari permintaan yang Mavis ajukan pada suaminya, dipanggil beberapa penyihir dari Kota Miquator untuk membantu pembangunan sebuah perpustakaan sihir yang kelak akan dikenal dengan nama Luke Scientia.

Wanita berlumur kebohongan. Saat ia keluar dari lumpur yang menariknya masuk ke dalam, tidak ada yang tahu apa yang akan tersisa nantinya. Saat kebohongan terbongkar, mungkin tidak akan ada yang tersisa darinya. Meski begitu, wanita yang selalu memancarkan cahaya ke sekitarnya itu akan terus berbohong, tanpa sadar kalau dirinya memberi harapan pada sekelilingnya.