|Author POV|
Pada sebuah satu desa yang terletak di sekitar hutan cemara Provisi Iralal, seorang pria berambut hitam berdiri di tengah balai bersama orang-orang desa. Mereka semua mengerumuni sekawanan bandit yang tadinya ingin menjarah desa tersebut, tetapi berkat pria berambut hitam yang membawa pedang hitam di pinggangnya itu hal mengerikan bisa dihentikan.
Kelompok bandit yang jumlahnya sekitar belasan tersebut semuanya diikat, beberapa ada yang tidak diikat tangannya karena telah mereka terpotong. Darah segar merembes jelas pada kain yang menutupi tangan beberapa bandit yang kedua tangannya dipotong. Pria berambut hitam itu mendekat, lalu berjongkok di depan pimpinan bandit yang merupakan Demi-human tipe beruang.
"Ah ..., mungkin ini pertanyaan umum, tapi tetap saja perlu ditanyakan. Kenapa kalian mau menjarah desa ini?"
Pimpinan bandit itu meludahi wajah pria tersebut. Tidak marah akan hal itu, pria berambut hitam tersebut menyeka pipi dengan lengan pakaian. Berdiri dan menghela napas dengan berat, Ia berbalik dan menatap datar ke arah warga desa.
"Mau dibuat apa mereka? Rebusan? Atau dibakar saja?"
Meski wajahnya tersenyum, pria itu marah dalam benak. Kepala desa mendekat, lalu berkata, "Ba-Bagaimana kalau kita serahkan saja mereka ke pihak berwajib, Tuan Dart?" Mendapat saran tersebut, pria itu menghela napas ringan dan menenangkan diri.
Pria yang mengenakan Hakama berwarna hitam dan Haori berwarna ungu gelap itu mengamati wajah kepala desa. Meski sudah tua dan badannya kurus seperti orang yang kurang makan, tetapi Dart merasa kalau orang di hadapannya tersebut tidak kekurangan rasa kemanusiawian.
"Terserah kalian saja .... Kalau itu keputusan kepala desa, aku tidak akan membantah. Lagi pula aku sudah dibolehkan makan gratis, mana mungkin protes .... Kalau begitu, aku pergi dulu."
Dart berjalan meninggalkan kerumunan orang-orang, pergi ke daerah yang tidak tersorot cahaya obor yang dibawa beberapa warga dalam kerumunan. Tetapi sebelum pergi ke dalam kegelapan malam, pemimpin bandit berteriak, "Tunggu!" Tatapannya terlihat menakutkan, penuh murka dan merasa terhina. Meski dirinya seorang perempuan, tetapi wajah sangar sangat menjadi karakteristiknya yang penuh kejantanan.
"Apa maksudmu membiarkan kami!? Beraninya kau menghina!! Kami memang bandit, tapi kami memilih jalan ini karena tekad! Ini cara hidup kami! Kami sudah siap untuk mati saat tertangkap!! Ahli Pedang! Kembali kau!!"
Berhenti melangkah, Dart menoleh dan menatap datar ke arah mereka. Sorot mata pria tersebut sangat tajam, lurus, dan terasa sangat kuat. Dalam jarak yang ada, bisa dirasakan kalau pria tersebut bisa saja menarik pedangnya dan langsung menebas kepala para bandit itu dalam hitungan detik.
"Kalian sopan, ya .... Tidak kusangka ada bandit sesopan kalian. Kabar tentang perampas bijak itu benar rupanya .... Biasanya para bandit akan senyum-senyum senang kalau aku biarkan hidup ...."
Melihat sorot mata para bandit yang menatapnya dengan tajam, Dart paham kalau mereka berbeda dengan kelompok-kelompok yang pernah dirinya bantai selama mendapat pekerjaan tugas dari pihak Konferensi Keempat Negeri. Menghela napas ringan, pria itu mengambil kertas perkamen dari balik pakaiannya dan melemparkannya ke arah para bandit.
"Apa ... maksudnya ini?! Kau menghina kami lagi?"
"Serahkan surat itu pada Sang Ular .... Kurasa pak tua itu ada di Ibukota provinsi ini. Dia akan senang kalau mendapat bawahan seperti kalian ... Ubah jalan hidup kalian ..., di dunia ini jalan masih banyak. Dah, berdoa saja semoga tidak bertemu denganku lagi ...."
Pria tersebut kembali berjalan ke arah kegelapan, pergi meninggalkan orang-orang. Melihat sosok tersebut, pemimpin bandit tersebut menatap dengan rasa kagum yang mulai tampak. Pria bernama Dart Luke tersebut sangatlah berbeda dari para kalangan kelas atas yang pernah pemimpin bandit itu sering temui, pria tersebut terasa merakyat dan tidak mengincar hal-hal semacam prestasi dari pekerjaan yang dilakukannya.
"Haaah, padahal setelah sekian lama aku pergi melakukan tugas sendiri, tapi malah kena masalah seperti ini .... Mungkin belakangan ini aku memang terlalu mengandalkan Proten dan Fiola," benak Dart.
Berjalan ke arah hutan cemara, pria tersebut benar-benar meninggalkan desa itu. Pada pekerjaan yang diterimanya kali ini dari Surat Titah, Ia ditugaskan untuk membantai para Aliran Sesat yang dikabarkan aktivitasnya semakin aktif kembali di daerah Kekaisaran.
Setelah berpetualang lebih dari satu setengah tahun bersama Party miliknya ke penjuru benua untuk membasmi pergerakan pemanggilan Iblis yang menyebar dan masalah-masalah internal yang tidak bisa diselesaikan oleh tiap negeri, pada akhirnya Dart harus kembali lagi ke tanah para Ajin untuk kembali melakukan tugas awal seperti membantai para Aliran Sesat yang memuja para Iblis.
"Hah, padahal aku sudah niat buat pulang ke daerahku dan melaksanakan tugas layaknya Tuan Tanah yang bijak, tapi malah dikirim lagi ke sini ...." Berjalan di jalanan terjal penuh akar-akar besar, serta cabang dan ranting pohon yang menghalangi jalan, pria tersebut dengan santai menarik pedang dari dan mengayunkannya untuk membuka jalan.
"Rasanya ... menyebalkan saja diperintah terus. Tapi yah, kurasa menetap lagi di penginapan yang menjadi awal petualangan itu juga tidak buruk rasanya .... Nostalgia?"
Mengingat Mavis, Proten, dan Fiola yang berada di penginapan kota Gahon, Dart tersenyum kecil dan merasa semakin ingin cepat menyelesaikan tugas. Berjalan sekitar dua jam lebih, dirinya sampai di daerah pepohonan yang semakin lebat dan besar. Pria tersebut memusatkan Mana pada kedua bola mata, dan menggunakan Battle Art untuk meningkatkan penglihatan karena cahaya malam berbintang yang terang tidak bisa sampai ke permukaan karena terhalau dedaunan.
Di tengah hutan yang gelap, tiba-tiba kilatan cahaya terang terlihat dari arah di depan. Kilatan tersebut menyala merah, berasal dari ledakan di tengah hutan dan mulai membakar pepohonan yang ada. Sebelum sempat Dart melangkah maju, kobaran api semakin membesar dan membentuk sebuah wujud yang tidak asing bagi pria tersebut.
"Ah ..., sepertinya aku telat lagi .... Huh, kenapa kalau selalu saja .... Kalau mau, aku ingin mencegah hal-hal seperti ini ...."
Menyarungkan pedang Katana, pria tersebut melangkahkan kaki ke arah hutan yang terbakar kobaran api yang mulai membentuk wujud Iblis api mengerikan. Iblis api yang membara di atas pepohonan dan membakar sekitarnya itu memiliki dua tangan, matanya menyala merah dan bagian bawahnya terhubung ke sumber di permukaan, layaknya api yang membara ke atas dan tidak bisa bergerak dari tempatnya.
Berjalan santai, Dart melihat beberapa orang berjubah yang berlari kocar-kacir dari Iblis Api tersebut. Dart tidak menolong mereka, pria itu tahu kalau orang-orang berjubah itu adalah kelompok Aliran Sesat yang malah dibantai oleh Iblis yang mereka panggil sendiri.
"Mereka benar-benar bodoh, memanggil makhluk yang akan membantai mereka .... Tikus saja tidak akan mendekati pemangsa, tapi mereka malah .... Dasar tolol."
Saat salah satu orang dari Aliran Sesat berlari ke arahnya, Dart menarik pedang dan menebas dengan sangat cepat. Dalam hitungan kurang dari satu detik, kepala orang tersebut terpenggal dan Dart telah menyarungkan pedangnya kembali.
Berjalan semakin mendekat, pria tersebut melihat sumber dari Iblis Api itu. Tempat di pangkal wujud api yang membantai orang-orang berjubah, terlihat Demi-human yang terduduk kaku dengan mulut terbuka lebar. Dari mulut Demi-human tersebut keluar seperti benang api tebal yang ujung atasnya adalah Iblis Api.
Kembali mengamati sosok Demi-human tersebut, Dart paham kalau perempuan kucing itu adalah seorang Nekomata setelah melihat dua ekor yang ada. Tanda perempuan itu memiliki kekebalan terhadap api adalah salah satu tanda nyata kalau Ia menjadi medium Iblis yang membakar hutan.
Bersembunyi di balik pepohonan, pria itu menganalisis jenis pemanggilan dan Iblis yang telah dipanggil. Melihat dengan teliti sekitar tempat perempuan kucing tersebut, Dart menemukan tumpukan bara kayu menyala, mayat-mayat yang terbakar, dan Iblis Api yang melayang di udara dan terhubung dengan perempuan tersebut dengan benang merah tebal yang keluar dari mulutnya.
"Begitu, ya. Dari pada jenis pemanggilan ritual biasa yang menggunakan mayat, ini seperti Invoke yang menggunakan medium hidup .... Berarti, Iblis sialan itu masih dalam bentuk fragmen karena Invoked struktur yang dipakai. Kalau begitu, bentuknya masih dasar dan ... rapuh kalau diserang inti strukturnya ...."
Dart menarik pedangnya, lalu mematikan kemampuan pasif yang dapat menyembunyikan keberadaan. Berhenti menyerang para orang-orang Aliran Sesat yang berlari kocar-kacir tidak karuan, perhatian Iblis Api itu mulai terpusat pada sosok yang bersembunyi di balik pepohonan karena merasakan hawa yang berbeda.
Dart melangkah keluar, berjalan di lahan terbuka dan mulai bersiap bertarung. Katana di tangan kanan pria tersebut mulai berselimut Mana biru gelap, semakin tajam dan kuat secara struktur. Melihat Iblis yang mulai melayang ke bawah dan benar-benar mengincarnya, Dart memasang tatapan datar penuh rasa benci pada makhluk tersebut.
Pria berambut hitam itu berhenti melangkah, lalu memasang kuda-kuda aliran pedang tunggal yang dikombinasikan dengan gaya pedang Katana Kekaisaran. Menghadapi Iblis Api setinggi empat meter dan melayang beberapa meter dari permukaan tanah itu, Dart sama sekali tidak gentar. Pikirannya sangat tenang, layaknya aliran sungai. Tetapi ketenangan itu sangat tajam, layaknya ujung mata pedangnya yang diarahkan tepat ke depan.
Saat perhatian Iblis benar-benar terpusat padanya, Dart memanfaatkan momen itu dan langsung menggunakan teknik Langkah Dewa dan melesat ke arah perempuan yang menjadi sumber dari wujud Iblis tersebut. Tetapi sebelum mata pedangnya sempat diayunkan untuk memenggal kepalanya, sang Iblis langsung mengayunkan tangan apinya untuk menapak Dart.
Pria tersebut menggunakan Mana padat untuk menghentikan laju lari dan berpijak mengerem, lalu meloncat ke belakang untuk menghindari serangan. Berputar di udara, Dart langsung melesatkan tebasan jarak jauh ke arah Iblis Api. Seakan hanya memotong udara, serangan tersebut tepat mengenai tubuh Iblis Api tetapi sama sekali tidak melukainya. Tubuhnya yang terpotong kembali menyatu dengan sangat cepat.
Dart memijak tanah, lalu berlari memutari Iblis tersebut untuk mencari celah. Serangan bola api melesat dari telapak tangan sang Iblis Api, secara bertubi-tubi dan brutal mengincar Dart. Berlari masuk ke daerah hutan, pria tersebut menggunakan pepohonan sebagai perisai dan juga tempat bersembunyi.
Sadar hutan bisa habis kalau terus menerus bersembunyi, pria itu berlari lurus ke arah sang Iblis Api. Saat matanya bertatapan langsung dengan sang Iblis, Dart menggunakan Langkah Dewa dan seketika hilang dari tangkapan visual Iblis tersebut. Muncul kembali, pria tersebut telah berada dalam jarak dimana pedangnya bisa memenggal perempuan yang menjadi medium Iblis tersebut.
Tetapi sebelum mata pedang menebas leher perempuan itu, Dart seketika terhenti saat melihat wajah penuh kesedihan perempuan tersebut. Meski air matanya yang mengalir langsung menguap, tetapi kesedihan jelas terlihat dari sorot mata perempuan kucing berekor dua itu.
"Tch ..., ini lebih merepotkan dari pada menebas mayat!"
Iblis Api menyadari keberadaan Dart yang menghentikan tebasannya. Mengayunkan telapak tangan membara, Iblis itu langsung telak memukul Dart beserta perempuan kucing tersebut. Serangan itu hanya mengenai Dart, sedangkan perempuan itu sama sekali tidak terluka seakan telapak tangan Iblis itu tidak bisa menyentuhnya dan tembus.
Tubuh Dart terpelanting, berputar di udara dan jatuh di atas bara kayu yang membara. Pria berambut hitam itu melepas Haori miliknya yang terbakar, beberapa bagian tubuhnya mendapat luka bakar.
Melihat Iblis itu mengumpulkan api dan mulai memadatkannya, Dart segera bangun. Buarz! Bola api padat berukuran besar ditembakkan ke arah pria tersebut. Ia segera meloncat menggunakan Mana padat sebagai pijakkan dan menghindari serangan tersebut. Tetapi saat berada di udara, Iblis yang tidak memiliki kaki tersebut melayang dengan sangat cepat dan langsung memukul ke arah Dart.
Pria tersebut menggunakan pedangnya sebagai perisai. Meski sudah diperkuat, saat menyentuh tangan Iblis Api yang semakin membara itu pedang Dart langsung meleleh. Segera Dart membuat Mana padat di permukaan tangan Iblis yang mengepal, lalu memijaknya dan memanfaatkan momentum dari pukulan Iblis tersebut.
Melesat ke arah pepohonan yang terbakar, Dart lekas memanipulasi Mana membentuk tali dan melemparkannya ke salah satu batang pohon untuk meredam gaya yang didapat dari momentum pukulan Iblis tersebut yang dimanfaatkan. Mendarat di permukaan tanah, Ia segera berlari memutar untuk menjaga jarak dan mencari celah untuk menyerang lagi.
Dart segera membuang gagang pedang yang meleleh mata pedangnya, dan juga melepaskan sarung pedang pada pinggangnya untuk mempermudah pergerakan.
Dart menghindari tiap-tiap serangan Iblis Api itu yang hanya bisa menyerang dengan serangan sederhana berupa bola api. Sadar ada yang janggal, Dart mulai paham kalau jarak gerak Iblis tersebut sangat terbatas karena mediumnya terus berada pada satu tempat dan tidak bergerak.
"Begitu rupanya .... Dia tidak bisa jauh-jauh dari perempuan itu."
Pria itu membuat pisau dari teknik pemadatan Mana. Tidak seperti pemadatan biasanya, Ia mencampur sifat menyerap energi ke dalamnya. Melemparkan dua pisau langsung ke arah Iblis Api, secara refleks Iblis itu bertahan dengan kedua tangan. Tidak terbakar meleleh, pisau Mana itu menancap pada kedua lengan Iblis itu dan mulai menyedot kekuatannya. Terus menyedot, pisau Mana tersebut kelebihan beban dan meledak.
Kedua tangan Iblis itu hancur, tetapi dalam beberapa detik itu langsung pulih meski tidak secepat sebelumnya karena partikel-partikel Mana yang tersebar saat ledakan tersebut. Partikel itu mengganggu Iblis mengumpulkan Ether untuk diserap dan memulihkan tubuhnya. Mendapat kesempatan, Dart segera berlari ke arah perempuan yang menjadi medium monster tersebut dan langsung menciptakan pedang dari Mana padat.
"Teknik Pedang .... Cakar Tunggal!"
Tebasan horizontal langsung mengarah ke salah satu ekor perempuan kucing tersebut. Dengan sangat rapi, ekornya terpotong dan langsung terbakar oleh api di sekitar Iblis. Segera menjauh, Dart mengamati struktur bentuk Iblis yang mulai kacau karena mediumnya dirusak.
"Sudah kuduga, ekor itu memang benar-benar struktur intinya. Kalau begitu, satu lagi!"
Saat akan memotong satu ekor yang tersisa, tiba-tiba kobaran api semakin besar dan memaksa Dart untuk menjauh. Melapisi tubuh dengan Mana transparan untuk menerjang kobaran api, langkah Dart langsung terhenti saat melihat perempuan yang menjadi medium mulai merengek.
Meski suara tidak keluar darinya, dengan jelas wajah penuh rasa frustrasi dan berharap keselamatan terlihat darinya. Dart meloncat menjauh dan mengurungkan niatnya untuk menebas satu ekornya lagi karena mempertimbangkan kerusakan yang ada kalau Iblis tersebut secara paksa diputus dari perempuan tersebut.
Perempuan kucing itu mulai bergerak, Ia bangun dan terus memasang wajah seakan merengek meminta tolong. Berjalan ke arah Dart, perempuan itu mengulurkan kedua tangannya seakan meminta keselamatan.
"Memang ... lebih mudah membunuh mayat .... Kalau seperti ini rasanya ...."
Dart mengubah pedang Mana pada di tangan kanan menjadi pedang besar dua tangan. Menanamkan struktur sifat menghisap energi, pria tersebut kembali bersiap untuk menyerang dengan senjatanya. Iblis Api mulai kehilangan kontrol atas dirinya sendiri karena reaksi penolakan dari medium, Iblis tersebut menyerang ke penjuru arah dengan membabi-buta.
Sadar kalau tekanan sihir yang ada mulai tidak stabil dan Iblis berbentuk api itu akan meledak, Dart langsung membuat Mana padat di udara dan meloncat ke arah Iblis. Dengan pedang dua tangan dari Mana yang dipandatkan secara struktur, Dart langsung menusuk Iblis Api tersebut tepat di dadanya.
Dalam hitungan detik energi Iblis yang hilang kendali mulai terserap masuk ke dalam pedang sampai keseimbangan Iblis kembali. Mencabut pedang dari dada Iblis, Dart meloncat ke belakang dan menggunakan Mana padat sebagai pijakkan di udara.
"Teknik pedang .... Banteng Murka!"
Dart mengayunkan pedang dua tangan sekuat tenaga, tetapi dia tidak menggunakan bagian tajam melainkan bagian samping pedang dan memukul Iblis dengan pedangnya. Energi yang terserap dalam pedang bereaksi, berubah dari energi panas menjadi energi kinetik yang membuat daya hancur sangat dahsyat pada satu tempat.
Buark!!
Makhluk padatan api tersebut langsung hancur berkeping-keping. Mendarat ke permukaan, Dart melihat kalau Iblis Api tersebut mulai beregenerasi dan mengumpulkan api untuk memulihkan tubuhnya. Melihat benang tebal yang keluar dari mulut perempuan kucing dan terhubung dengan pusat regenerasi Iblis Api, Dart langsung mengganti jenis pedang Mana di tangan kanannya menjadi pedang Katana yang dipusatkan untuk memotong.
Memasang kuda-kuda, pria tersebut langsung melesatkan tebasan jarak jauh dan mengincar benang tebal berwarna kemerahan tersebut. Saat terpotong, seketika tubuh Iblis yang mulai terbentuk kembali runtuh dan hancur. Tidak terjadi ledakan, hanya butiran bara merah yang melayang-layang di udara setelah Iblis Api itu lenyap sepenuhnya.
Menarik napas ringan, Dart menghilangkan senjata di tangannya dan mendekat ke tempat perempuan yang kehilangan kesadaran dengan posisi berlutut itu. Mengamati perempuan tersebut, Dart paham kalau membunuhnya adalah pilihan paling tepat mengingat ras Nekomata adalah salah satu medium pemanggilan Iblis terbaik karena dikatakan secara garis keturunan memiliki gen Iblis.
"Hah ..., memang aku tidak cocok untuk hal seperti ini ...."
Dart tidak membunuhnya, pria itu menggendong perempuan tersebut dan hendak meninggalkan tempat penuh kobaran api tersebut. Tetapi sebelum pergi, tiba-tiba terasa hawa keberadaan tidak enak dari balik pepohonan yang terbakar. Dart menghentikan langkah kaki, lalu menoleh dan menatap tajam memberikan intimidasi kepada sosok yang mengawasinya tersebut.
"Khi khi, engkau bisa menyadari keberadaan kami rupanya, Ahli Pedang ...."
"Seperti biasanya engkau naif, kau berniat menyelamatkan makhluk terkutuk itu juga?"
Dua orang berjubah hitam muncul dari balik pohon yang terbakar. Satu orang adalah pria yang membawa tongkat dan matanya tertutup perban, sedangkan satunya adalah perempuan bertubuh pendek yang lehernya terdapat tali serat yang dengan kencang mencekik lehernya sendiri.
Dart tahu kedua orang tersebut, mereka adalah Zaim dari Aliran Sesat yang sering Dart temui ketika dirinya membantai para Aliran Sesat. Mereka cenderung melakukan pekerjaan secara sembunyi-sembunyi, karena itulah Dart sempat terkejut melihat mereka berani memperlihatkan diri langsung di depan dirinya.
Menurunkan perempuan yang digendongnya ke atas tanah, Dart langsung membuat pedang satu tangan dari Mana padat. Tanpa berkata apa-apa lagi, pria tersebut langsung melesat dengan sangat cepat dan langsung menusuk pria berjubah hitam.
Tusukan itu sangat telak, darah dengan jelas mengalir dan menetes ke tanah. Seakan tidak peduli, pria yang matanya tertutup perban itu mendekat ke telinga Dart dan berbisik, "Ini kutukan, wahai Ahli Pedang .... Kelak takdir kejam akan menghampirimu, merebut satu-satunya kebahagiaan yang tersisa untukmu .... Lalu pada akhirnya, tuan kami akan dilahirkan oleh it―" Dart langsung mengubah posisi mata pedangnya yang tertancap, lalu memotong tubuh pria berjubah itu secara horizontal menjadi dua bagian.
Dua potong tubuh pria itu ambruk, dan tatapan Dart langsung terarah pada perempuan pendek dengan ekspresi datar. Sesaat pria itu ragu untuk membunuh orang dengan ekspresi datar karena teringat dengan istrinya. Tetapi saat mengingat apa yang dilakukan oleh orang-orang seperti mereka yang selalu memanggil Iblis dengan mengorbankan banyak nyawa, Dart membuang keraguan tersebut dan langsung memenggal kepala perempuan itu.
Dengan mudah terpotong, kepalanya menggelinding di tanah. Anehnya darah tidak keluar dari leher tanpa kepala, tubuhnya langsung ambruk dan sama sekali tidak mengeluarkan darah tidak seperti saat Dart menusuk pria berjubah hitam.
Membunuh dua orang yang menjadi dalang dari pemanggilan Iblis-Iblis yang sering terjadi itu, Dart merasa ada sesuatu yang janggal karena itu terlalu mudah dilakukan. Perasaan tidak enak mengisi dirinya, rasa gelisah memuat pria tersebut terdiam sesaat.
Menghela napas ringan, Ia berbalik dan menggendong perempuan kucing yang salah satu ekornya terpotong dengan rapi. Ia melangkah pergi ke arah hutan yang terbakar, meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan yang bercampur aduk antara gelisah dan bingung.
Beberapa menit melangkah dan meninggalkan daerah hutan yang terbakar, hujan mulai turun dengan deras. Api yang membakar hutan terlihat mulai padam. Kembali melihat ke depan, Dart melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Kota Gahon. Di tengah hujan deras, pria tersebut tetap melangkah membawa perempuan di punggungnya.
Orang yang digendongnya mulai sadar, Ia bangun dan langsung meronta-ronta karena panik. "Le-Lepaskan! Tolong pulangkan aku! Maafkan aku ...." Dart sesaat terhenti dan menurunkan perempuan tersebut di bawah pohon.
"Kenapa ? Jangan banyak tingkah ...."
"To-Tolong ampuni aku .... Pulangkan aku ...."
Melihat perempuan tersebut meringkuk ketakutan, Dart hanya menatap datar bingung harus melakukan apa. Dengan jelas wajah perempuan kucing itu terlihat trauma, penuh ketakutan akan sesuatu. Menepuk kepala perempuan tersebut, Dart berkata, "Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang ...." Perempuan tersebut berhenti meringkuk ketakutan, lalu melihat ke arah Dart.
Meski gelap, dengan jelas Ia dapat melihat wajah pria tersebut. "Su-Sungguh?" tanyanya dengan gemetar.
"Ya ...."
Jawaban Dart hanya sebuah pemuas untuk menenangkan perempuan tersebut. Dirinya tahu, sesuatu yang perempuan kucing tersebut sebut rumah sudah tidak ada. Sebelum Dart mampir ke desa terdekat dan menangkap para bandit, Ia sempat melihat rumah kayu yang terbakar habis di tengah hutan. Memperkirakan apa yang terjadi, pria itu samar-samar paham kalau rumah tersebut milik gadis Nekomata di depannya karena pasti ras tersebut tidak bisa tinggal di daerah pemukiman.
Dart menatap sendu, mengangkat tangannya dari kepala perempuan itu dan berbalik. Menarik napas ringan, Ia berlutut dan menawarkan punggungnya kepada perempuan itu. "Ayo ke rumahmu, aku antar," ucap Dart. Dengan perasaan gelisah, perempuan kucing tersebut gendong dan mereka pun melanjutkan perjalanan.
Pada dini harinya, mereka sampai di rumah yang perempuan kucing tersebut bicarakan. Tepat seperti yang Dart perkirakan, rumah itu adalah rumah yang terbakar habis dan rata dengan tanah menjadi arang.
Perempuan kucing yang digendong Dart langsung turun, lalu menangis histeris meratapi satu-satu kenangannya dengan keluarganya hancur rata dengan tanah. Ia kehilangan tempat bernaung, kehilangan tempat berteduh, dan benar-benar kehilangan tujuan hidupnya yang hanya ingin hidup damai di dalam rumah.
Melihat seseorang menangis histeris seperti itu, rasa sesak terasa dalam benak pria berambut hitam tersebut. Seperti apa yang sering dirinya lakukan, Dart mengulurkan tangan kepadanya dan berkata, "Mau ke tempatku?" Perempuan itu menoleh dengan air mata berlinang.
Meski dirinya tahu uluran tangan tersebut hanya sebagai pemuas rasa naif pria tersebut, Ia tetap menggapai. Meski dirinya tahu kelak akan terbakar karena hal itu dan kembali tersakiti, Ia tetap meraih tangannya dan melelehkan kesendirian dengan tangis kesedihan.
Hujan berhenti saat dini hari, matahari mulai terbit layaknya sebuah awal baru bagi dunia. Itu bukalah awal yang indah, tetapi sesuatu penuh isak tangis dan kesedihan.