webnovel

The Crack part. 1

Ruang UKS begitu sepi di hampiri angin musim panas yang baru saja akan dimulai.

Twillight membaca bukunya perlahan menanti kesadaran gadis yang dia selamatkan.

Di ruangan itu, empat pondasi kelas menatap gadis tersebut dan mereka adalah Beel, Riel, dan Queen yang dipanggil secara khusus oleh Twillight.

"Wah, lama juga dia sadar ya. Aku jadi ngantuk." Beel menguap karena tak ada obrolan sama sekali di ruangan itu, delapan mata menatap sosok gadis yang tertangkap oleh Twillight setelah pertarungan yang sangat singkat dilakukan oleh dirinya.

"Kau yakin Twillight, dia seorang mafia?" Tanya kembali Riel dan Twillight mengiyakannya.

"Anti Neo-Ark!" jawab Twillight simpel dan kembali membaca bukunya.

Queen menatap kembali posisi gadis itu dan merasakan suatu kejanggalan sejak 5 menit lalu.

"Hoi Allysia, bangunlah. Aku tau kau sudah bangun," ujar Queen mendorong-dorong tangannya serasa ingin membangunkan sosok gadis itu.

"Eh, dia sudah bangun?" Beel bergegas melihat kondisi gadis itu dan berdiri di samping Queen.

"Coba saja Beel lakukan itu." Perintah dari Riel yang membuat Beel mengerutkan keningnya.

"Alur Chakra, jalan kilat!" seru Beel dan tangannya berbalutkan kilat yang merupakan dasar chakra miliknya.

"Elektrik shock!" tambahnya dan menyentuh tangan Allysia dengan tangan kirinya sebentar dan efek shock kejut membangunkan Gadis yang sudah bangun tadi.

"Selamat sore nona, akhirnya kau bangun dengan benar," ucap Queen yang menyambut kesadaran gadis itu.

Dia segera meronta namun rantai yang diciptakan Riel begitu keras dan dirinya terjebak dalam tempat tersebut.

"Menyerahlah, tenagamu sudah tidak ada juga, kan?" Twillight berdiri di hadapannya dan gadis itu sekarang berkeringat dingin.

Dia tertawa besar yang membuat tawanya menggema seisi ruangan, rambutnya berubah menjadi putih dan lensa matanya membiru.

"Allysia Gerard Terraheart!" Bentak Twillight dengan menyebut nama lengkapnya yang membuat dirinya menatap tajam Twillight dengan penampilannya itu.

Allysia seksama menghela nafasnya, rambutnya tergerai di sentuh oleh cahaya sore hari yang masuk ke kisi-kisi UKS membuat dia seperti putri yang terbangun dari tidurnya.

"Ya, aku dengar. Tak kusangka kekuatanmu melebihi apa yang aku ekspetasikan, Pangeran tampanku!" Allysia mengangkat tangannya keatas tinggi-tinggi dan menguap besar dihadapan keempat orang itu, bahkan Riel yang menggunakan rantai pengekang terkejut karena dia dengan mudahnya menghilangkannya.

Riel bersiaga dan rantainya mengikat kembali pergerakan gadis itu, sedangkan Queen memasang barrier agar targetnya tidak kabur dari UKS ini.

Allysia terikat dengan kencang oleh rantai milik Riel, Twillight yang melihatnya memotong rantai tersebut dan menghancurkannya dengan bagian besi terkutuk yang menciptakan bilah kecil nan tajam di udara.

"Tak perlu memakai kekerasan, kekuatannya tidak akan pernah bisa membuatnya kabur dari sini." Twillight mengingatkan ketiga teman lainnya.

"Lagipula, keberadaannya sendiri adalah yang aku tunggu sejak awal dia masuk ke kelas kita," lanjut Twillight yang mengingat hari pertama gadis yang sangat polos dipindahkan ke kelas ini dengan suka rela.

"Hah gimana?" seru Riel yang keheranan namun Twillight hanya tersenyum simpul dan menatap orang di depannya.

"Dia mengincar masuk kelas kita setelah kemenangan ku Minggu lalu." Twillight mengambil kursi dan duduk di depan Allysia yang tersenyum lebar.

"Selamat datang di timku, Allysia sang penyihir Gotich!" Sambutan Twillight yang mengungkap sosok asli gadis di depannya yang adalah penyihir kelas atas yang tergabung organisasi illegal di masa lalunya.

"Haduh, kau benar-benar membuka semuanya ya, tak sabaran sekali." Allysia menunjukan sosok aslinya yang merupakan penyihir kelas atas yang mengincar Twillight sejak awal.

"Kalian bertiga, aku ingatkan sekali lagi. Jika kalian tak ingin terlibat, pergi sekarang juga," seru Twillight yang sudah dalam mode Divine Arm miliknya yang sangat terang membuat lawan bicaranya cekikan melihatnya.

Queen, Riel dan Beel saling menatap, sesuatu yang serius sepertinya akan dimulai, dan hanya Riel saja yang mundur dari lingkaran yang diciptakan oleh Twillight.

"Aku disini saja, lagipula harus ada alibi pengganti gadis ini." Riel menyatakan pilihannya dan Beel serta Queen tetap berada dalam lingkaran yang tercipta karena kekuatan Divine Arm milik Twillight.

"Jika kau punya Taman 1001 mawar, maka selamat, kalian akan mengunjungi Divine Place milikku!" seru Twillight dan keempatnya pindah ruang ke area Divine Place milik Twillight.

"Selamat datang di Divine Placeku, Pantai

pelabuhan Raja!" ujar Twillight yang membuat semua mata yang mereka miliki tersengat oleh indahnya ruang yang dibatasi oleh luasan yang menjadi sesuatu yang disebut sebagai Divine Place.

Timothy yang sudah berada di ruang tersebut terlihat menunggu kami yang akan masuk ke Divine Place milik Twillight, dia sudah menata 5 kursi dengan berkas yang sudah disiapkan oleh dirinya menyambut festival pertama di kelas pemula yang merupakan pertarungan pertama kelas ini mengejar rangking kelas dibanding lainnya.

"Aku bingung, kau bisa menggunakan Divine place juga, sahabatku? Sebenernya kau ini pahlawan dunia ini ya?" gumam Beel yang duduk dan disambut daging yang dimasak oleh makhluk penghuni dunia tersebut.

"Wah ketua, kau duluan yang tahu akan tempat ini, curang sekali." Queen mengenggam bahu Timothy yang tak bisa berkata-kata.

"Indah," seru Allysia yang menatap pantai yang di sebrangi oleh lautan yang luas.

"Tak kusangka aku akan memilih tuan yang hebat," tambahnya dan menatap sosok yang membuatnya terkagum-kagum.

"Aku, Allysia. Pangeran bungsu kerajaan Rellius menyatakan akan setia kepadamu, Tuan Twillight yang agung." Sosok penyihir yang sejak awal mengincar Twillight memberikan salam hormat yang menandakan bahwa dirinya mengikrar sumpah setia kepada orang yang dia pilih.

"Secepat itukah bagimu, Allison?" Twillight berjalan pelan dengan nafas kecil yang terdengar, hentakan kakinya halus bahkan sampai saat Ally sudah terbang jauh, ketiga temannya tak tahu apa yang terjadi saat itu.

"Kau?" Allysia menatap Twillight dengan ekspresi terkejut karena sesuatu yang ingin dia sembunyikan terungkap oleh sosok pria yang ingin dia jadikan tuan.

"Aku salah, ini semua salah besar!" Allysia berteriak mengeluarkan seluruh mana yang tersisa, dari permukaan tanah bermunculan mawar yang bermekaran dan pedang miliknya yaitu Twinnie Clock sword miliknya dia genggam dan mundur beberapa langkah dan mengadukan Divine Place ini dengan Divine Place miliknya.

"Twillight, inikah rencanamu? Membawanya ketempat ini bukan untuk rapatkan?" tanya Beel yang berdiri disamping Twillight setelah barrier telah terpasang melindungi Queen dan Timothy dari pertarungan.

"Aku akan membunuhmu! Twillight Illyar Hernandez!" Allysia mengatakannya dengan lantang dan membuat fokus Beel dan Twillight fokus kepada dirinya.

"Ya, aku ingin menjadikan dia sekutu kita, tapi sebelum itu aku ingin menghancurkan ego dan menyadarkan harga diri miliknya," ucap kecil Twillight kepada Beel dan saat dia melangkah pedang besar terbentuk dari besi terkutuk dan tangan kirinya mendorong Beel masuk kedalam Barrier yang Beel buat.

"Ayo kita mulai lagi pertarungannya, pangeran yang dilupakan!" seru Twillight memulai pertarungan kedua kalinya melawan sosok Penyihir Gotich yang sudah menekan amarahnya dan ribuan mawar menembakan durinya melesat cepat mengawali pertarungan tersebut.

"Terlalu lemah!" Twillight dengan putaran penuh mengibas seluruh duri yang masuk dan menancapkan pedangnya ketanah seraya mengaktifkan Divine Arm miliknya yang merupakan kekuatan Celestial yang dia miliki.

Pertarungan kedua pangeran bungsu dari kerajaan Rellius dan Metro Nua dimulai untuk kedua kalinya....