webnovel

Elite Class part. 2

Starbeel masuk kedalam ruangan yang begitu mewah, tanpa mengajak Riel, dia menggenggam tangannya dengan kepalan yang kuat dan masuk kedalam ruangan tersebut.

"Wah, wah, wah... Starbeel Fernandez akhirnya datang juga, selamat datang di Luxury Palace, adikku."

Seorang pria menyambut kedatangan Starbeel dengan warna rambut yang sama dengan Beel yaitu warna silver keluarga Fernandez.

"Lepas, aku bisa jalan sendiri," ucap Starbeel dan duduk disalah satu meja menatap semuanya.

Starbeel tak suka tempat tersebut, tempat murid-murid elite berkumpul dengan dipimpin oleh kakak sepupunya yang merupakan cucu kesayangan dari pimpinan negara Tollbass.

Erwin Fernandez, peringkat pertama tingkat 3 di sekolah ini, dia adalah saingan dari Reo Himekawa yang merupakan ketua dari faksi lawan yang memusuhi Luxury Palace.

"Teman-temanku, hari ini kita kedatangan generasi baru kita yang mempunyai satu darah dengan diriku," ujar Erwin mengangkat gelasnya di meja bundar yang terdiri dari 11 orang yang merupakan anak-anak elit yang ada di tingkat 3.

"Maaf menyinggung mu Kak Erwin, aku kesini hanya untuk melihat, bukan untuk bergabung dengan kalian."

Beel menyela perkataan Erwin dan berdiri menatap semuanya.

"Hah, lagi dan lagi kau selalu menolak, sampai kapan kau ingin mandiri seperti itu? Bergabunglah dengan Luxury Palace dan namamu akan naik dan mungkin aku bisa memasukan mu dan kakakmu itu ke kelas A lagi."

Erwin berjalan mendekati Beel dan menyentuh bahunya untuk tenang sembari berbisik.

"Hentikan Sikap kerasmu, sialan!"

Beel memberontak saat bahunya disentuh dan makanan yang ada di mejanya terjatuh dan semuanya menatap Beel dengan pandangan rendah.

"Maaf, aku izin pergi dari sini."

Beel pergi dari ruangan itu meninggalkan mereka semua. Luxury Palace, tempat para penyombong itu membuat dadanya penuh dengan amarah dan ingin sekali dia hancurkan.

Emosi Erwin keluar bersama aura marahnya, dia tersenyum akan hal itu dan beberapa pelayanan langsung bergerak saat Erwin beranjak ke tempat duduknya.

"Santai saja ketua, ini masih permulaan, dia akan tau apa artinya peringkat setelah sekolah lebih lama," ucap Siswi lain yang menyentuh tangan Erwin dan matanya menatap Erwin dengan tatapan sayu.

****

"Beel, sini. Ayo makan sandwich bersama Twillight," ujar Riel yang memanggil Beel yang masuk dengan menutupi kekesalannya.

Twilight mengambil 3 sandwich buatan Riel duluan sebelum Beel duduk, Beel yang mengetahuinya segera menatap Twillight dengan tajam.

"Wleee ini punyaku, suruh siapa telat," ejek Twillight lalu memakan Sandwich Riel dengan satu kali gigitan.

"Cih, aku cuman dapat 2. Riel, pokoknya nanti kedepannya kasih bocah rakus ini satu aja, paham!" Beel memerintah Riel dan membuat Riel tertawa.

"Dasar Siscon berlebihan, iyuhh," balas Twillight dan kedua mata itu saling menatap dengan tajam sebelum akhirnya saling membuang muka.

Tempat duduk yang tidak ada yang ingin mengusik tempatnya berada di barisan belakang tempat 3 murid terpintar itu duduk.

Bahkan tak sedikit siswa dan siswi yang hanya bisa pasrah melihat tiga orang itu seperti tembok tinggi di kelas ini.

"Aku ikut join disini ya."

Tembok itu akhirnya mulai dipanjat oleh seseorang, gadis kecil yang duduk disebelah Twillight yang membuat mata Riel berubah seketika.

"Nih Illyar, cobain makanan punyaku juga," ucap dirinya membuka kotak makanan yang berisikan nasi goreng yang begitu wangi bahkan sampai Beel yang mengunyah Sandwich itu terbalak dengan wangi tersebut.

"Ah iya, kamu makan saja. Aku sudah kenyang," balas Twillight menolak makanan tersebut dan cewe itu langsung badmood dibuatnya.

"Kalau kamu gak suka, sini aku aja yang makan."

Beel mengambil kotak nasi goreng itu dengan sendok warna merah jambu yang dia genggam.

Riel menatap gadis itu agak risih, dalam hatinya seperti bergumam hal yang jelek akan dirinya.

"Jangan sebut aku kamu dong Illyar, panggil namaku aja ya," pinta dirinya sembari merangkul tangan Twillight seperti sepasang kekasih yang duduk bersebelahan.

(Ih genit banget ni cewe.) pikir Riel dan mantap cewek itu terus dan terus begitu tajam.

Twillight mencoba melepas genggamannya dan duduk senyamannya dan menyentuh bahu gadis itu.

"Tolong yah, jangan rangkul saya begitu lagi."

Tindakan kecil yang dilakukan Twillight membuat Riel tersenyum kecil menatap sosok pangeran yang ada di hadapannya.

"Huwah ini enak banget, parah sih, lain kali kau harus coba Twillight." Beel memecah kesenangan Riel dengan ekspresi bahagianya sekarang, gadis itu senang melihat makanannya dipuji oleh Beel yang memakannya dengan lahap sampai tak tersisa sedikipun.

"Dasar perut melar, untuk kedepannya jatah sandwichmu cuman satu," ucap Riel menarik kencang pipi adikknya dan badmood sendiri sekarang.

"Emang masakannya Allysia enak kok, nanti-nanti bawakan lagi ya Alice," ujar Beel yang membuat tawa bahagia gadis itu semakin berbunga-bunga.

"Kalau begitu,nanti aku akan bawakan juga jatah untukmmu Beel, dan juga tentu saja untuk Illyar tampanku," ucapnya yang membuat Riel emosi membludak dan tak karuan sekarang.

"Udah ah aku mau keluar dulu, kau juga Beel sana buat sarapanmu sendiri untuk kedepannya." Riel kesal dan keluar dari meja itu, Queen yang baru masuk kelas di rangkul oleh Riel keluar dan memintanya untuk menemani dirinya jajan.

"Dasar kakak aneh, kamu jangan sakit hati ya Alice, emang kakakku satu itu suka mood-moodan," seru Beel menenangkan gadis bernama Allysia tersebut.

"Hehehe, gak papa kok. Makasih ya udah muji masakanku, lain kali Illyar juga makan masakanku ya," ucap Allysia sambil melihat orang disampingnya namun Twillight sudah pergi beberapa saat lalu.

"Kau berbicara dengan siapa Lis?" Tanya Beel yang mengembalikan kotak makan siangnya di hadapan orang yang kebingungan.

"Ah, Twillight. Dia sudah pergi saat kakakku tadi pergi, by the way makasih ya sekali lagi, itu enak sekali," ucap Beel melanjutkan ucapannya dan berjalan untuk menurunkan makanan yang ada di perutnya.

****

"Akhirnya kau datang juga, tuan muda."

Twillight mendatangi Sir Catalysm yang sedang berada di arena pertarungan kelas pemula yang merupakan tempat latih tanding Kelas A dan Kelas B.

"Wah padahal kemarin kami yang latihan disini, tempat ini padahal tempat latihan yang bagus untuk meningkatkan kekuatanku," ujar Twillight berdiri di samping wali kelasnya dan dia menerima susu yang dibawakan wali kelasnya.

"Aku sudah memenuhi permintaanmu, bolehkah aku menyentuh benda itu?"

"Tanpa basa-basi sekali ya, Tuan Catalysm." Twillight menyeringai melihat sosok ilmuwan yang ingin mengetahui sosok dari keberadaan besi aneh yang menjadi misteri di dunia ini.

"Sebelum menyentuhnya, lapisi seluruh chakra milik sensei, benda ini cukup akan menghisap energi yang sangat besar, jadi jangan kaget." Twillight memberi peringatan besar kepada Sir Catalysm yang akhirnya seluruh mana yang dia punya keluar seperti lapisan chakra yang dikeluarkan oleh para kesatria.

"Aku sudah siap, Tuan Muda."

Kesungguhan mata sir Catalysm yang dilihat Twillight membuatnya tersenyum dalam dirinya, sosok seorang petarung yang memiliki kesungguhan yang begitu dalam serta mata yang begitu tajam dia miliki.

Twillight memutuskan untuk melakukannya, memperlihatkan benda terkutuk yang tidak boleh sembarang orang genggam.

Dunia yang dialiri oleh Mana dan Chakra, benda terkutuk tersebut adalah anti dari aliran tersebut.

"Sentuhlah, ini benda yang kau ingin sentuhkan?"

Twillight berkata saat melihat mental orang di depannya berubah, suatu logika yang ada di otaknya terbaca oleh Twillight.

Sifat takut, ragu dan memikirkan hal buruk adalah sesuatu yang lumrah bagi manusia saat menghadapi bahaya.

"Iron cursed" atau besi terkutuk adalah material yang bisa mengancam keberadaan makhluk hidup itu sendiri.

Reruntuhan Zolkda, tempat ditemukannya besi tersebut adalah gua tanpa kehidupan yang diselimuti oleh material anti mana dan chakra itu sendiri.

Mana merupakan kekuatan gaib yang di gunakan oleh penyihir untuk bertarung dan merupakan pondasi dasar bagi mereka semua.

Cakra atau chakra adalah kekuatan pondasi dasar tubuh manusia memompa energi tersebut keluar dari tubuh dan dikategorikan sebagai pondasi dasar bagi para petarung yang tidak menggunakan hal magis dalam bakatnya.

Besi terkutuk tercipta bagaikan parasit yang dimiliki manusia, dia mengakar dalam suatu wilayah dan mengisap semua energi yang ada disekitarnya.

Tak sembarang orang bisa membawa benda terkutuk tersebut keluar dari zonanya, apalagi orang yang mampu menggenggam dan menggunakannya.

Twillight melepas bentuk besi tersebut dan semuanya masuk ke dirinya dan membantuk armor yang melapisi tubuhnya, Twillight memutuskannya karena sudah 5 menit sejak pedang itu dia genggam tanpa diambil oleh Sir Catalysm.

"Terimakasih Twillight," ucap Sir Catalysm yang menangis karena perasaannya saat itu tak menentu, rasa kecewa dan bahagia datang secara bersamaan.

"Tenang saja Sensei, katakan saat kau siap, aku akan mengizinkan dirimu untuk menyentuhnya," balas Twillight sembari kembali meminum susu yang tersisa dan melihat kearah Arena dimana petarung kelas B dikalahkan telak oleh penyihir kelas A.

"Entah mengapa, saat berbicara denganmu, level diriku dan dirimu sangat berbeda jauh, Twillight."

Sir Catalysm menyalakan rokoknya dan mulai menghirupnya, Dia memandang langit yang dipenuhi awan yang begitu banyak dan menutup langit cerah.

"Itu hanya anggapanmu saja Sensei, hanya karena keturunan dan darahku, bukan berarti kemampuanku setara denganmu. Aku tau kau saat itu mengalah." Twillight meremas kotak susunya dan menatap Sir Catalysm dengan mata yang sama dengan Octavian saat marah.

"Tidak mungkin komandan perang keluarga Catalysm sang penari di Medan perang kalah, aku tau kau menunduk karena kekuatan ini," ujar Twillight yang kembali membuat Sir Catalysm kini tertawa, Twillight perlahan mengeluarkan kekuatan yang sama seperti saat dia memenangkan pertarungan.

"Ahhh, indah sekali. Senjaka Jejak Bayang, Celestial yang sama dengan Tuan Octavian yang aku lihat saat kecil dulu."

Sir Catalysm membuang rokok yang menyala tersebut dengan tawa yang meremahkan segalanya, dia akhirnya serius saat menatap Twillight ditempat sempit tersebut.

"Sekarang ucapkan tujuanmu, The War Dancer of Catalysm!" Twillight menodongkan bilah tajam Iron Cursed Blade miliknya kearah Sir Catalysm yang ada di depannya dan lawannya tersenyum.

"Tujuanku satu," jawab cepat Catalysm menyentuh bilah yang tadi dia tak berani sentuh sebelumnya.

"Mari kita raih puncak sekolah ini, dan bantu aku kalahkan Kelvin Terraheart!"

Balutan mana yang membentuk Zirah perang miliknya membuat Twillight termundur dan sosok yang dikatakan eh Queen saat dia membeberkan informasi membuat Twillight tersenyum.

"Deal!" ucap seorang gadis yang membuat kedua orang itu termundur karena sosok seorang gadis kecil membelah arah pertarungan mereka.

"Mochi mochi mochi, Tehee... Allysia datang!!" seru sosok penyihir gotich yang membawa kedua orang itu ke dalam medan wilayah yang gadis itu ciptakan.

Sang penyihir dari Anti Neo Ark membuat atmosfer disana terasa lebih padat dan gila, sosok tak dikenal itu membuat perbincangan tiga arah baru saja dimulai...