Ketika Bao Yan bergerak mendekat, Xia Siyu sedikit terkejut.
Dia tidak pintar, tapi juga tidak bodoh. Bagaimanapun juga dia sudah berada di dunia hiburan cukup lama sehingga ia tahu bagaimana tatapan laki-laki terhadapnya, begitu melihat dia sudah dapat mengetahuinya.
Saat ini, ekspresi Bao Yan sangat dingin, tatapan matanya tenang, tetapi di dalam matanya yang tenang, jelas tersembunyi dorongan seorang laki-laki terhadap seorang wanita!
Perasaan ini tidak ada hubungannya dengan cinta, juga tidak ada hubungannya dengan berbagai macam perasaan dari dalam hati, ini semua hanyalah sebuah ketertarikan. Lugas, panas, tidak disembunyikan, dan begitu menggoda.
Tentu saja, mungkin ini hanyalah sebuah cara untuk mencari tahu, sebuah cara mengintimidasi. Bahkan dengan menggunakan cara menggoda seperti ini untuk memaksa Xia Siyu untuk mundur!
Tetapi Xia Siyu justru tidak mau mundur!
'Dia kira dengan menggunakan cara kecil seperti ini akan dapat membuatku mundur maka Bao Yan terlalu polos! Aku, keadaan seperti apa yang tidak pernah diriku hadapi? Apakah bisa ia takut terhadap ancaman pria ini?' piki Xia Siyu dalam hati.
Xia Siyu sama sekali tidak mundur dan juga tidak bersembunyi, sudut bibirnya terangkat untuk memperlihatkan senyuman ironis, bahkan matanya menjadi malas dan terlihat mengejek.
Maksud dari tatapan mata itu adalah : Bila kamu berani, maka majulah! Siapa yang takut maka dia adalah seekor anjing!
Bao Yan sama sekali tidak memperdulikan tatapan matanya, dia justru semakin lama semakin mendekat, bahkan Xia Siyu dapat merasakan napas Bao Yan yang hangat.
10 cm, 5 cm, 3 cm, bila dia tidak mundur, maka Bao Yan pasti sudah dapat mencium bibirnya!
Bagaimana? Haruskah mundur ataukah benar-benar menantang balik hingga pria itu benar-benar mendekat pada dirinya dan tetap tidak mundur sama sekali.
Apakah….dirinya harus dengan bodoh tetap berdiri di sini, dan membiarkan Bao Yan mengambil keuntungan dari dirinya? batin Xia Siyu.
"Siyu!"
Tepat pada saat dia dalam dilema, seseorang akhirnya menyelamatkannya. Orang itu adalah Wei Jingjing, dia telah menerima telepon sebelumnya dan mengetahui bahwa kalung sudah ditemukan jadi dia langsung keluar, tetapi ketika ia tiba di parkiran mobil, ia tidak menemukan Xia Siyu, menelepon Xia Siyu pun tidak diangkat. Karena takut sesuatu terjadi padanya, dia segera kembali untuk mencarinya.
Akhirnya begitu kembali, dari jauh dia sudah melihat, Bao Yan dan Xia Siyu berdiri di bawah pohon willow di tepi sungai. Dan sepertinya, Bao Yan seperti akan…..menciumnya?
Tunggu….
'Bao Yan?' Wei Jingjing berpikir.
Beberapa tahun ini, Wei Jingjing sudah banyak membantu Xia Siyu membereskan gossip yang tidak-tidak, tetapi belum pernah ada yang sampai mengejutkan seperti yang ada di depan matanya ini!
Bukankah ada dendam antara Xia Siyu dan dia? Bukankah Bao Yan tidak menyukai Xia Siyu? Mengapa mereka berdua bisa...
Mendengar suara Wei Jingjing, Xia Siyu yang dalam keadaan tegang langsung menjadi lega. Karena ada kesempatan untuk mundur, maka dia perlahan bergerak ke belakang, dan segera berteriak, "Aku di sini."
Siapa sangka, ketika dia bersiap untuk mundur, Bao Yan mengurukan tangan dan menarik pergelangan tangannya!
Jari Bao Yan sangat panjang, sangat kurus, dan ujung jarinya yang dingin memberikan perasaan segar di saat musim panas yang panas ini. Tetapi jari-jarinya menggunakan tenaga menahan pergelangan tangan Xia Siyu, membuat Xia Siyu tidak dapat pergi.
Xia Siyu tekejut, ketika dia membalikan kepala, bibir Bao Yan perlahan menyentuh pipinya
Bibir atas Bao Yan tipis dan di tengahnya terdapat garis-garis bibir yang bagus sedangkan bibir bawahnya tebal, lembut, dan lembab. Bentuk bibir seperti ini, tidak membuat Bao Yan tampak terlalu dingin, juga tidak terlalu seksi.
Jelas-jelas hanya mengenai pipinya, tetapi seperti membawa aliran listrik yang membuat Xia Siyu bergetar. Takut jika bila dirinya sedikit saja lebih dekat dengan pria ini, maka pria ini akan langsung menutupi bibirnya, dan menelannya ke dalam perut.
Kemudian, sudut bibir Bao Yan berhenti di telinga Xia Siyu, bahkan jika tidak dapat melihat ekspresi pria itu, tetapi ia masih dapat mendengar sedikit cibiran dalam kata-katanya: "Jangan mencoba membuatku marah, jangan memprovokasiku. Bila tidak….."