Hujan masih saja terus mengguyur tubuh ini, dan Chyntia masih terus mencoba untuk membujukku agar ikut dengannya untuk diobati. Manik hitamnya mengatakan segala hal, tetapi entah mengapa hati ini enggan untuk percaya. Kebencian, kesedihan dan rasa sakit di hati, membuatku sama sekali tidak bisa membedakan antara baik dan buruk.
"Kenapa?" tanyaku lirih.
"Apa maksudmu, Aksara?" Dia malah berbalik bertanya, padahal maksudku sudah sangat jelas. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan gadis itu, membuatku menjadi sangat bingung dan gelisah.
"Kenapa kamu begitu peduli padaku?" tanyaku lagi menatapnya tajam.
"Kenapa, ya? Chyntia sendiri tidak tahu kenapa, yang jelas Chyntia tidak bisa meninggalkan Aksara sendirian dengan luka di kepala," jelas Chyntia lirih.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com