webnovel

Cacing Hitam

Editor: AL_Squad

Chini kembali sadar. Melihat Marvin yang nampak kejam, ia merasa sangat putus asa.

"Tidak, aku tidak boleh mengatakannya..." kata Chini

"Mereka akan membunuhku."

"Itu bukan dariku. Mereka memaksaku untuk melakukan hal itu. Kalau tidak mereka akan membunuhku, mereka akan memasukkan serangga ke tenggorokanku..." kata Chini, merintih.

Marvin tetap tidak menggubris.

Chini mungkin memiliki masalah sendiri, tetapi ia meracuni sahabatnya sendiri dengan [Racun Hitam Manis].

Marvin tidak pernah menjadi orang yang berbelas kasihan. Satu-satunya alasan Chini masih hidup adalah karena Marvin yang ingin mencari petunjuk darinya.

Awalnya, Marvin hanya ingin menyembuhkan penyakit Lyle kemudian merekrut Gru ke Lembah Sungai Putih.

Tapi sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Sebuah misi diam-diam muncul di menu pencariannya.

[Tulah Pembersihan]: Anda menemukan jejak racun hitam manis di Kota Tepi Sungai, dan berhasil membantu seorang gadis kecil membuangnya. Anda harus membantu lebih banyak orang; tentu saja anda dapat menghancurkan sumbernya sebelum badai datang.

Hadiah pencarian adalah 3000 exp umum dan setidaknya 1 poin mitos.

Persyaratan pengalaman misinya sangat tinggi. Bahkan jika dia naik level dengan cepat, cara itu sangat berisiko.

Tapi menyelesaikan misi ini sepertinya cukup berguna.

'Misi itu memiliki dua opsi. Menjadi seorang tabib, artinya aku harus merawat orang yang terinfeksi oleh racun hitam manis. Persis seperti yang kulakukan untuk Lyle. Jika aku mencapai jumlah orang yang tetap. Maka misi akan selesai. '

'Atau cukup hancurkan tulah yang menyebarkan racun hitam manis di Kota Tepi Laut. Ini adalah metode tercepat. Satu-satunya risiko adalah ajudan penjaga tulah.'

'Berdasarkan kondisi Lyle, tulah itu tidak terlalu menyakitkan, terutama pada tingkat 2. Namun, pengikut dewa tulah memang biasanya lemah. Meskipun aku tidak ikut terlibat, Kota Tepi Sungai pun bisa mengatasinya.'

Maka dari itu, jika Marvin tahu letak sumber tulah itu, maka ia pasti akan menghancurkannya.

Lagipula, Marvin sudah terbiasa membunuh. Belum lagi pengikut-pengikut yang jahat, mungkin Marvin tidak akan terbeban sama sekali.

Dia hanya tak punya waktu, sehingga ia tidak melakukan opsi yang pertama tadi.

...

Marvin sebenarnya tidak melakukan apa-apa terhadap Lyle malam itu.

Setelah merobek bajunya, Marvin menggunakan belati giok burung pekakak untuk membuka lubang kecil di perutnya.

Lubangnya juga tidak terlalu besar, kira-kira tiga sentimeter.

Lyle yang kebingungan berteriak secara spontan akibat perbuatan marvin.

Lyle berteriak karena melihat hal yang menyeramkan!

Karena setelah marvin membuka lubang kecil itu, sesuatu keluar dari perutnya, seekor belatung. Kelihatannya seperti cacing berwarna hitam.

Dia hampir pingsan karena melihat itu!

Banyak sekali cacing yang menggeliat di tubuhnya!

Namun Marvin dengan sigap menangkap cacing-cacing itu, dan menaruhnya di toples.

Di dalam asap itu, cacing-cacing hitam tersebut terpancing, ditangkap oleh Marvin sampai terkumpul tiga toples.

Setelah semua cacing hitam ditangkap oleh Marvin, ia berkata kepada Lyle bahwa dia akan baik-baik saja.

Kemudian Marvin menjahit lubang itu dan memberi Lyle anggur merah untuk menidurkannya. Membuat Lyle yang ketakutan setengah mati tertidur pulas.

Benar saja, tulah racun hitam manis sebenarnya adalah penyakit parasit.

Jenis parasit ini dikenal juga dengan tulah cacing hitam.

Pertama cacing itu masuk melalui makanan. Telur-telur cacing itu disisipkan dalam makanan dan menetas di dalam tubuhnya, menurunkan daya tahan tubuhnya.

Kebanyakan, cacing-cacing itu berkumpul di sekitar leher, menyebabkan ruam hitam.

Cacing hitam itu diciptakan oleh dewa, dibentuk sesuai dengan tujuan dewa tulah. Sekali seseorang itu dipenuhi oleh cacing hitam, cacing-cacing itu akan meledak!

Ledakan ini akan membuat badan inangnya pecah dan meledak. Darahnya akan muncrat kemana-mana.

Bagian terburuknya adalah ketika telur cacing itu berada di aliran darah inangnya, jika darahnya terkena orang lain, maka orang tersebut akan terkena penyakit yang sama.

Pada zaman ini metode pengobatan masih belum berkembang, wabah penyakit seperti inilah yang sebenarnya sangat membahayakan.

Namun Marvin berbeda, dia mengerti cara menawarkan racun hitam manis itu.

Asap itu sangat amat menggangu cacing-cacing tersebut.

Cacing itu keluar dari inangnya, kemudian ditangkap oleh marvin dengan sarung tangan.

Semua toples itu diisi dengan cuka asam.

Cacing hitam itu takut dengan cuka. Mereka akan mati dalam satu jam.

Dan cairan itu akan berubah menjadi racun pelumpuh!

Bagi marvin, ini merupakan kesempatan emas. Dia selalu kekurangan racun. Selama ini, dia ingin sekali melengkapi senjata-senjatanya dengan racun.

Tiga toples itu pasti akan sangat berguna sekali.

Dia sebenarnya ingin pergi, namun misi itu muncul dan merubah rencananya.

...

"Aku tidak tahu apa yang telah mereka lakukan padamu."

"Namun kamu sendiri tidak memiliki banyak pilihan. Bicaralah, maka aku akan membebaskanmu. Aku akan membunuhmu jika kamu tidak berbicara."

Pisau marvin mengancam leher Chini.

Dengan Marvin memakai topengnya, dia terlihat sangat menyeramkan.

Suaranya dan perawakannya mirip sekali dengan pembunuh berdarah dingin.

Chini membuka matanya. Dia hampir jatuh, "Baiklah! Aku akan menjelaskan semuanya!"

"Jangan bunuh aku."

"Ada sebuah gereja di distrik umum, awalnya gereja itu milik Gereja Perak, namun mereka menyewanya dari pendeta gereja itu..."

Marvin tersenyum.

'Gereja Perak memang memiliki pendeta yang serakah. Mereka menyewanya tanpa mengetahui siapa yang menyewa gereja itu.'

'Apa Dewa Perak akan marah? Seseorang mengajarkan ajaran Dewa Tulah di gerejanya, ck ck...'

Dewa Perak dan pendetanya merupakan sosok yang terkenal.

Setelah mendapatkan jawaban dari Chini, Marvin tidak langsung melepasnya. Bahkan, dia memukulnya lagi hingga pingsan.

Dia harus memeriksa situasi terlebih dahulu.

...

Distrik umum berisi sekumpulan orang-orang yang memiliki rumah, namun tidak terlalu kaya.

Orang-orang ini biasanya berprofesi sebagai petualang, pedagang, pengrajin, dan lain sebagainya. Penjaganya tidak terlalu ramah, dan lumayan aman lingkungannya.

Di bagian barat laut dari distrik itu terdapat gereja kecil. Gereja tersebut awalnya beraliran Dewa Perak, namun gereja menutup diri dari orang-orang jahat di sekitarnya. Dia berpindah dan menyewakannya kepada orang lain.

Sebuah upacara akan berlangsung nanti malam di gereja itu.

Lebih dari sepuluh pemuda berlutut, dan menyembah dewa tulah!

Seorang pria dengan gaun hitam berdiri diatas mimbar, menatap ke arah mereka.

Wajah-wajah pemuda itu penuh dengan rasa sujud!

Namun kepercayaan mereka tidak sesuci itu!

Dia harus memilih yang paling suci sebagai pengikutnya.

Lagipula, diantara pengikut-pengikut dewa tulah, dia hanya pengikut biasa.

Namun begitu, dia masih menguasai mantra penyembuh biasa.

[Nyatakan Imanmu]!

Sebuah cahaya hitam berpendar dari tangannya;

Cahaya menerangi kesepuluh pemuda itu, berputar mengelilingi tubuh mereka beberapa kali.

Mata mereka bersinar, beberapa dari mereka tidak peduli pada cahaya itu. Seolah-olah mereka tidak memperhatikan cincin cahaya itu!

Seutas benang muncul di depan orang bergaun hitam itu.

Benang ini muncul dari badan pemuda tersebut, dan mengikat mereka semua.

Benang itu tipis, mewakili keyakinan iman mereka.

Pria bergaun hitam terkesan. Dalam kelompok ini, ada dua pengikut setia!

Iman mereka akan memberi kekuatan kepada dewa tulah dengan sempurna, dan hidup mereka akan baik-baik saja.

Tetapi pria itu tidak terlihat senang!

Karena ada satu pemuda yang tidak memiliki benang sama sekali!

"Ada seorang di antara kamu yang menyamar menjadi pengikutku!"

"Menurut kalian apakah mata dewa dapat dibohongi?"

Dia tersenyum dan menunjuk salah satu dari pemuda yang terlihat takut. "Aku akan menunjukkan ganjarannya jika dugaanku benar!"

Selagi ia berbicara, beberapa benang hitam muncul di tangannya!

"Jangan! Jangan!..."

Pemuda itu berusaha untuk lepas, ketakutan, namun semua itu sia-sia!

Pemuda lain bergegas mendorongnya jatuh, berusaha untuk menunjukkan diri mereka setia.

Pria bergaun hitam tertawa, dan berjalan dengan pelan.

Pada saat itu juga, sebuah bayangan terlihat dari kegelapan.