webnovel

prolog.

Oi Ran! Sini!" Seru Trianti, salah satu sahabat Kirana di Perusahaan, benar Kirana bekerja disalah satu perusahaan yang cukup besar.

Jabatannya pun tidak main main karna dia diterima sebagai pegawai tetap berpangkat meneger, ini memang sudah waktunya makan siang sehingga Kirana keluar dari ruangannya berniat pergi ke cafetaria yang tersedia di perusahaan.

Benar saja, memang sahabat sejati itu tidak pernah terpisahkan, nyatanya Kirana dan Trianti sama sama berpangkat meneger di perusahaan ini, terlebih mereka sudah bersama bahkan sebelum masuk ke taman kanak kanak.

Dengan senyum Kirana menghampiri Trianti.

"Lu tumben ke Cafetaria, lagi gak sibuk?" Tanya Kirana pada Trianti, sembari memposisikan dirinya dikursi didepan Trianti.

"Udah selesai semua, tinggal pengecekan ke bu boss aja sih, lu sendiri udah selesai semua?" Kata Trianti menjawab pertanyaan Kirana.

"Udah sih, tinggal beberapa proyek lagi, tapi sebentar lagi selesai kok."

"Bagus deh, mau pesen kopi kagak? Enak loh kalau minuk kopi habis kerja gini." Tawar Trianti melihat pesanannya datang, ia berniat memesankan Kirana minuman yang sama dengannya yaitu Americano.

"Kagak suka kopi gue, pesennin Leci Tea aja, lebih menenangkan heheh."

"Ih seleranya aneh lu, mas pesen lagi Leci Teanya satu yah sama kentang gorengnya dua." Trianti kepada pelayan yang datang membawakan Americano miliknya ke meja.

"Baik mba, apa ada lagi yang mau dipesen?" Ucap pelayan tersebut sembari menyiapkan alat tulis untuk mencatat pesanan.

"Gak usah mas, udah itu aja sih." Balas Trianti.

"Tau aje lu gue suka kentang." Kirana dengan ledekan, benar sahabatnya ini memang tau betul selera dirinya itu bagaimana.

"Yee selera kita emang sama kalau makanan doang, tapi kalau minuman sorry ye gue gak terobsesi susu strawberry kaya lu, kaya anak kecil tau gak?"

"Ya biarin, menurut gue enak tuh wle."

"Heleh, eh ngomong ngomong nih, lu udah baca novel yang gue kirimin ke lu tadi malem belum?" Tadi malam, Trianti yang suka sekali novel romantis ini mengirimkan Kirana Novel lewat web, ah itu memang web novel romantis yang menghilangkan stress, tapi bagi Kirana dia malah semakin emosi dengan novel itu dikarenakan ia memiliki nama dengan tokoh pengganggu dalam novel itu.

"Novel yang bikin emosi itu? Udahlah! Lu pikir gue gak baca! Gue baca njir tuh bikin emosi gile!"

"Gimana bagus kan, gue paling suka pas Stella sama Arhan akhirnya nikah." Perkataan Trianti membuat Kirana secara refleks berkata.

"Kalau gue jadi Kirana disana, gue bakal minta cerai ke Arhan, gak tahan gue diperlakukan gitu, apalagi sampai ngemis ngemis cinta kaya gitu." Bales Kirana, Trianti yang mendengar itu terkekeh.

"Yee, lu marah karna nama lu jadi tokoh jahat kan kan?" Ledek Trianti.

"Ya iyalah, mana orang yang gak marah denger itu cuy! Semua orang marah kali kalau namanya jadi antagonis."

"Sabar bos, udah udah tuh minumannya dah dateng." Memang benar kali ini karyawan itu membawakan segelas leci tea segar dengan dua box kentang.

Tentang novel itu, itu memang novel yang menceritakan alur klasik, bagi orang lain memang akan merasa menghilangkan stress jika melihat bagaimana alurnya. Tapi bagaimana ia tidak suka bagaimana alur itu dijalankan.

Di novel itu menceritakan bagaimana sosok Arhan Pratama yang merupakan tokoh utama pria dijodohkan dengan perempuan yang tidak ia cintai bernama Kirana Adeline, dalam kisah itu Kirana diceritakan selalu menggoda Arhan dan menghabiskan uangnya untuk berfoya foya.

Oleh sebab itu Arhan tidak pernah menyukai Kirana bahkan sama sekali tidak melirik kepada istrinya itu.

Yang ia butuhkan hanya pekerjaan, hingga suatu insiden membuat Arhan terpaksa mencari sekertaris baru pengganti sahabatnya.

Darisanalah Stella muncul, Stella yang mempunyai kepribadian dewasa membuat Arhan jatuh cinta hingga ia lupa kalau ia memiliki seorang istri.

Suatu malam ketika Arhan sudah mencapai apa yang ia inginkan, dia melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan bersama dengan Stella, mengakibatkan Stella pun mengandung.

Dari situlah, Kirana yang terbakar api cemburu mulai menghalalkan segala cara untuk merebut kembali Arhan bahkan ia mencampurkan obat tidur agar Arhan mau melakukan itu dengannya, hingga akhirnya Kiranapun diceraikan oleh Arhan karna dituduh meracuni Stella. Yang bahkan kebenaran sendiri tidak mengatakan kalau Kirana lah yang meracuni Stella hingga keguguran.

Hingga depresi berat mengakibatkan Kirana mengakhiri hidupnya, bahkan ketika ia tahu ia juga kehilangan bayinya.

Ah mengingat cerita itu membuat Kirana gagal fokus, saat ini ia sudah kembali keruang kerjanya berjam jam mengerjakan proyek yang harus selesai dan di acc oleh perusahaan.

"Semangaat!" Seru Kirana menyemangati dirinya sendiri setelah tadi istirahat.

Bergulad dengan berkas dan laptop, bahkan Kirana sampai merenggangkan ototnya ketika sadar sudah jam 4 sore yang tandanya para karyawan sudah mulai pulang.

"Udah jam 4 aja, gak kerasa." Batin Kirana, karna pekerjaannya memang sudah selesai, kini Kirana mengemasi baramg barangnya kedalam tas.

"Ah akhirnya pulang juga, tinggal di acc habis itu selesai deh." Senang rasanya bekerja sebagai pekerja tetap, Kirana pun akhirnya kaluar dari kantor.

Ia mengendarai mobil pribadinya, setelah sampai di basemant, mobilnya pun kini membelah jalanan koya Jakarta yang padat.

Sembari mendengarkan lagu, Kirana menatap langit sore yang indah denhan sempurna.

"Sempurna, ini bener bener indah, pencari senja." Ucapnya sok puitis.

Namun tiba tiba saja, langit jingga cerah itu menggelap, membuat Kirana terkejut, ia yang tidak sigap pun melihat kaearah depan kemvali terkejut melihat sebuah truck datang dari arah depan.

Bruugh.

Braakkk.

Yang Kirana dengar, hanyalah suara orang orang berlalu lalang akhirnya matanya terpejam.

"Ran, bangun Ran, aku minta maaf, aku gak sengaja ngelakuin itu Raan." Suara yang tidak asing terdengar ditelinga Kirana, suara tangisan yang sedikit pilu.

Pasti dan pelan mata Kirana terbuka, dan pandangan yang ia lihat pertama kali adalah atap tinggi berlapiskan emas dengan lampu gantung besar bak istana kerajaan.

Dan Trianti! Apa yang dia lakukan disini, ah benar kecelakaan itu Kirana bersyukur karna ia selamat dan membuka mata.

"Tri, ughh." Mencoba bangun, Trianti dengan sigap menolong Kirana..

"Ran, kamu udah bangun? Akhirnya dokter dokter!" Sery Trianti, namun Kirana hanya duduk, ia kini menatap tangannya, hanya ada selang infus.

"Ran, tunggu dulu aku mau manggil dokter." Balas Trianti, ia pun menyendehkan Kirana dan segera pergi keluar dari kamar mewah itu? Kamar mewah dengan luas panjang dan lebar itu terlihat seperti kamar orang orang.

"Wih rumah sakitnya gede juga. Tapi, mahal dong?" Kirana mencona melihat ke kanan dan ke kiri, ketika menghadap ke kiri ia menatap sebuah cermin.

Kini pantulan dirinya terlihat disana, tidak ada perban padahaal Kirana ingat  kalau ia mengalami luka di kepalanya yang berlumuran darah.

"Gak ada perbannya?"

Nguung

Ngiing.

Kini kepalanya berputar putar seperti ada sesuatu yang masuk, sesuatu seperti memori dari seseorang.

"Argh." Rasa sakit Kirana yang reda membuat Kirana membulatkan matanya setelah itu.

"Gak mungkin! Gak mungkin kan!?"

"Ran, Ran!" Trianti datang, dan yah, semua kabur, Kirana hanya mendengar suara teriakan Kinanti saja setelah semua kesadarannya hilang.