webnovel

Rainata

Dia, gadis pencinta hujan namun sangat takut dengan suara petir Dia, sangat menyukai langit hingga pernah bermimpi memiliki sayap untuk bisa terbang bersama burung-burung melintasi cakrawala di atas sana Dia, mencintai pantai menyukai setiap deburan ombaknya ketika ombak tersebut menabrak karang Dia, sosok yang menggilai semua hal akan pantai seperti Kerang dan Mutiara Dia, hampir menghabiskan sebagian waktunya duduk dibawah pohon besar dibelakang rumahnya mengagumi sosok matahari yang selalu menyinari tanpa meminta balas apapun juga Dia adalah Rainata, sosok gadis yang penyayang, lemah lembut, ceria, periang, tomboy, jago beladiri, dan rajin berolahraga, tak heran jika body yang dimilikinya ramping bak model dengan wajah yang berparas cantik, hingga membuat dirinya selalu dipuja oleh kaum lelaki, tak jarang kaum lelaki yang secara terang-terangan menyatakan cinta di depan umum kepadanya. Namun tak ada satupun yang tahu bahwa sosok Rainata sangat takut akan Jatuh Cinta karena 1 alasan di masa lalunya yang pernah ia alami di dalam kehidupannya dahulu Dia, Rainata yang terbiasa sendirian, yang terbiasa hidup tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Narria_vivi · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
395 Chs

21. Restoran (2)

Seberapa seringnya pun lo minta maaf sebegitu seringnya juga gue akan selalu memaafkan lo Cantik

# Gevan Radian Juniarta

Rain tak bisa berkata apa - apa. ia sama sekali tidak bisa menjawab ucapan Gevan barusan

Hening

Satu detik…

Dua detik…

Tiga detik….

Hening

Tak ada yang memulai pembicaraan…

Hingga, pesanan datang…

"Misi mbak, mas ini pesanannya" ucap pelayan laki - laki tersebut

"Terimakasih mas" ucap Gevan ramah

"Sama - sama mas" jawab pelayan tersebut ramah, lalu detik berikutnya pelayan tersebut pergi melengos begitu saja dari hadapan Gevan dan Rain

Setelah pelayan tersebut pergi menyisakan keheningan diantara Gevan dan Rain

Namun keduanya memulai aktivitas makannya, perlahan namun pasti…

Hanya suara dentingan sendok yang beradu di restoran tersebut, karena restoran tersebut juga lumayan ramai dikunjungi oleh pengunjung sore ini

Hingga Rain memberanikan diri membuka suara,

"Gevan" ucap Rain pelan

Seketika itu juga Gevan memberhentikan aktivitas makannya sebentar dan menoleh, menatap Rainnya…. Ralat bukan Rainnya karena ia barusan di tolak mentah - mentah oleh Rain

"Kenapa?" jawab Gevan setengah berbisik

"Gevan marah sama saya?" tanya Rain memberanikan diri

"Marah? Buat apa gue marah sama lo? Memangnya lo salah apaan?" tanya Gevan sewot

"Ya enggak gitu maksud saya, saya cuma tanya apa Gevan marah sama saya karena saya selalu sebut - sebut nama Arkan di depan Gevan?"

"Ngga, gue gak marah"

"Tapi nada suara Gevan nunjukin kalau Gevan sedang marah"

"Ngga Cantik, gue gak marah. Urusan lo selalu sebut nama Arkan di pembicaraan kita itu hak lo, dia masa lalu lo, seperti kata lo kita gak ada hubungan apa - apa hanya sebatas sahabat saja jadi gue sama sekali gak ada hak buat ngelarang - ngelarang lo"

"Jadi Gevan udah gak marah sama saya?"

"Gue gak pernah marah Cantik"

"Pernah Gevan, saya tahu Gevan tadi kesal sama saya dan marah sama saya"

"Ngga Cantik, gue mana bisa marah sama lo"

"Maksudnya?" tanya Rain bingung mencerna perkataan yang dilontarkan oleh Gevan

"Iya.. Gue gak bisa marah kalau itu menyangkut tentang lo"

Rain terdiam… mencerna sebentar dan merasakan ada sedikit perasaan aneh yang menghinggapi hatinya

Pertanda apa ini?

Apakah ia mulai menyukai Gevan?

Tidak! Tidak mungkin!

Hatinya hanya untuk Arkan.. ia tahu itu, sangat tahu. Biarkan seperti itu saja, selamanya…

Biarkan ia mencintai Arkannya selalu, walaupun ia sendiri tak tahu Arkannya dimana dan sedang apa sekarang, yang jelas dihatinya hanya akan ada Arkan. Ia akan selalu setia menunggu Arkannya kembali, sama seperti janjinya dulu dengan Arkan bahwa ia akan selalu mencintai Arkannya walaupun ia dan Arkannya sama sekali tidak terikat hubungan apapun hanya sebatas sahabat saja, ia akan selalu mencintai Arkannya dengan tulus dan sepenuh hatinya, ia sudah bertekad bahwa jiwa raganya hanya untuk Arkan seorang

Keras kepala memang, sangat!. Rain memang bisa dikatakan memiliki kepala batu. Jika saja itu bukan Arkan apakah Rain juga akan sekeras kepala ini mempertahankan perasaannya? Padahal sudah jelas - jelas ada yang mulai mencintainya dengan tulus. Siapa? Siapa lagi jika bukan Gevan. Apakah Rain tidak bisa meliihat ketulusan hati Gevan? Bagaimana bisa ia melihat ketulusan hati Gevan? jika cinta Rain kepada Arkan sudah seperti cinta yang buta dan tuli. Karena prinsipnya adalah Seribu Cinta pun yang datang jika itu bukan kamu, akan kutolak!

Jadi bagaimana bisa Gevan masuk ke dalam hati Rain? Jika sang pemilik hati menolak untuk membukakan pintu untuk sang tamu?

Tidak tahu bagaimanakah nasib keduanya nantinya apakah Rain dan Gevan akan terus berada dalam lingkaran persahabatan dengan Gevan yang mencintai Rain dan Rain yang masih mengharapkan adanya sosok Arkan dihidupnya? Tak ada yang tahu, jadi tunggu saja…

"Heiii" sapa Gevan pelan dengan menepuk pundak Rain

"Eh…Hahhh… kenapa Gevan?" jawab Rain kelabakan

"Kenapa sayang? Ngelamun lagi?" tanya Gevan lembut

"Enggak Gevan" jawab Rain menunduk

"Gue tahu lo bohong Cantik" ucap Gevan sambil sedikit menarik bibirnya berusaha untuk tersenyum, namun ia sendiri pun merasakan ada sedikit rasa sakit ketika ia bertanya pada Rain dan Rain menjawabnya dengan sedikit ditutup - tutupi atau dengan membohonginya, ia merasa tidak mendapatkan kepercayaan dari Rain barang sedikit pun

"Saya gak bohong Gevan" ucap Rain masih berusaha membohongi Gevan

"Sebesar pun lo berusaha buat ngebohongin gue dan berusaha menutupi semuanya.. sebesar itu juga gue akan tetap tahu bahwa lo itu bohong" jawab Gevan dengan raut sedih. Gevan memang tidak bisa ditebak, ia selalu mempunyai cara untuk mengetahui apa isi hati Rain

"Saya minta maaf Gevan" ucap Rain mulai menyerah, ia memang sedikit agak kesulitan jika sudah berhadapan dengan Gevan, karena Gevan tidak seperti orang lain yang bisa dengan mudah Rain bohongi, Gevan berbeda… Gevan mengerti apa isi hatinya… Gevan tahu persis apa isi kepalanya dan Gevan mampu menebaknya dengan sempurna

"Seberapa seringnya pun lo minta maaf sebegitu seringnya juga gue akan selalu memaafkan lo Cantik" jawab Gevan sambil tersenyum manis dan tulus

Rain melihat itu semua dalam hatinya ia memuji ketampanan Gevan apalagi disaat Gevan tersenyum, karena bagi Rain senyum Gevan sangat manis, sangat mirip dengan senyum Arkan… namun senyum Gevan jauh lebih menawan. Jika seperti ini terus sudah bisa dipastikan lama - kelamaan benteng pertahanan Rain akan runtuh tak bersisa

"Terimakasih Gevan" ucap Rain pelan dengan sedikit berusaha untuk tersenyum

"Sama - sama Cantik" jawab Gevan tersenyum kembali

Hening

Satu detik…

Dua detik…

Tiga detik…

Hanya dentingan sendok yang terdengar dari keduanya, ya.. Gevan dan Rain sudah mulai melanjutkan aktivitas makannya dalam diam, hingga…

"Gevan"

"Iya Cantik?" jawab Gevan menoleh kembali memandang Rain dengan sabar, dan meletakkan sendok dan garpunya di piringnya

"Saya minta maaf Gevan" ucap Rain setengah menyesal

"Minta maaf buat apa Cantik?" tanya Gevan bingung dan mengerutkan keningnya

"Saya sudah Salah sama Gevan" jawab Rain pelan sedikit menundukkan wajahnya

"Salah apa Cantik? Hei kenapa sih?" ucap Gevan sambil menepuk pundak Rain dengan pelan, sangat pelan

"Saya sudah bohong sama Gevan tadi. Saya salah Gevan. Saya minta maaf Gevan" jawab Rain dengan mata berkaca-kaca bersiap untuk menumpahkan kritsal bening di kedua pipi mulusnya

Gevan yang melihat itu semua langsung berpindah mengambil tempat untuk duduk di samping Rain dan segera mendekap tubuh Rain yang terlihat sangat rapuh di matanya

"Heii kenapa sih? Udah jangan nangis sayang. Lo gak salah, gue udah maafin lo kok Cantik" ucap Gevan menenangkan sambil memeluk Rain di tempatnya

"Saya minta maaf Gevan, Gevan jangan membenci saya ya?" jawab Rain dengan suara yang bergetar menahan tangis

"Heiiii siapa yang benci lo? Gue sayang sama lo Cantik" ucap Gevan menenangkan Rain dengan sabar

Entah kenapa Gevan ikut merasakan kesedihan yang menghampiri Rain sekarang, ia seperti merasakan berada di posisi Rain dengan hati dan jiwa yang sangat rapuh

"Jangan sayang saya" jawab Rain pelan

"Kenapa? Apa gue gak boleh sayang sama lo?" tanya Gevan tak kalah pelan

Hai pembacaku yang setia. Jangan lupa klik tombol power stone nya ya. Terimakasih

Narria_vivicreators' thoughts