webnovel

Rainata

Dia, gadis pencinta hujan namun sangat takut dengan suara petir Dia, sangat menyukai langit hingga pernah bermimpi memiliki sayap untuk bisa terbang bersama burung-burung melintasi cakrawala di atas sana Dia, mencintai pantai menyukai setiap deburan ombaknya ketika ombak tersebut menabrak karang Dia, sosok yang menggilai semua hal akan pantai seperti Kerang dan Mutiara Dia, hampir menghabiskan sebagian waktunya duduk dibawah pohon besar dibelakang rumahnya mengagumi sosok matahari yang selalu menyinari tanpa meminta balas apapun juga Dia adalah Rainata, sosok gadis yang penyayang, lemah lembut, ceria, periang, tomboy, jago beladiri, dan rajin berolahraga, tak heran jika body yang dimilikinya ramping bak model dengan wajah yang berparas cantik, hingga membuat dirinya selalu dipuja oleh kaum lelaki, tak jarang kaum lelaki yang secara terang-terangan menyatakan cinta di depan umum kepadanya. Namun tak ada satupun yang tahu bahwa sosok Rainata sangat takut akan Jatuh Cinta karena 1 alasan di masa lalunya yang pernah ia alami di dalam kehidupannya dahulu Dia, Rainata yang terbiasa sendirian, yang terbiasa hidup tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Narria_vivi · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
395 Chs

11. Kantin Sekolah

Semua tergantung waktu, kita hanya perlu menjalaninya

#Rainata Deviana Senja

Ditempat berbeda di ruangan X Bahasa 1

"Gevan yuk kita kerjakan tugasnya" ajak Rain

"Oke Cantik"

Gevan mengambil buku Bahasa Jepang dari dalam tasnya, dan meletakkannya di atas meja, begitu juga dengan Rain. Ia melakukan hal yang sama layaknya yang Gevan lakukan. Dan mereka berdua mulai sibuk mengerjakan tugas tersebut bersama"

30 menit kemudian…

"Huufffggg akhirnya selesai juga ya Ge" ungkap Rain membuka suara

"Iya Cantik, sekarang waktunya tidur" jawab Gevan dengan santai

"Kok tidur sih Ge?" bingung Rain

"Lah terus mau ngapain?"

"Ya ngapain ya?" tanya Rain balik

"Yah makanya gue bilang tidur aja, mau ke kantin juga gak boleh, kan belum jam istirahat"

"Yaudah deh kita tidur aja" jawab Rain langsung menelungkupkan wajahnya dan mulai memejamkan matanya

10 menit kemudian…

"Cantik Cantik Cantik" ujar Gevan dengan mengguncang-guncang bahu Rain

"Hmmmmm" erang Rain menggeliat ditempatnya

"Bangun Cantik udah bel istirahat"

"Hmmmmm" jawab Rain perlahan membuka matanya dan mulai menegakkan badannya menghadap Gevan dan mulai membuka suara "Gevan saya masih ngantuk" adu Rain sambil menguap kembali dan menutup mulutnya

"Sana ke toilet gih Cantik, basuh wajahnya supaya ngantuknya hilang"

"Ah enggak deh Gevan, mau ke kantin aja"

"Ayo kita ke kantin, baru bangun lapar ya Cantik" goda Gevan dengan cengirannya

"Hehehe tahu aja kamu Ge, aku baruu bangun emang selalu lapar" jawab Rain dengan cengiran kudanya. Dan itu membuat jantung Gevan berdegup kencang. Gevan benar-benar dibuat jantungan oleh Rain, setiap Rain tersenyum ia akan selalu merasakan jantungnya seperti akan lepas dari tempatnya dan membuat jantungnya berdegup kencang.

Dengan segera Gevan menormalkan raut wajahnya, dan berkata "Ayo kita ke kantin Cantik!"

"Ayo" sahut Rain cepat

Gevan menarik tangan Rain agar segera berdiri dari bangkunya, dan segera menyeret Rain menuju kearah kantin

"Pelan-pelan Gevan tangan aku sakit kamu tarik-tarik kaya gitu" rengek Rain

"Heheehe maaf-maaf Cantik, gue gak sengaja"

"Kamu sih terlalu bersemangat" sungut Rain sedikit kesal

Gevan tidak menjawab lagi dan mulai mengendorkan pegangannya terhadap pergelangan tangan Rain, ketika ia menoleh ke pergelangan tangan Rain, benar saja pergelangan tangan Rain memerah. Ia tidak menyangka akibat ia tersipu malu ia jadi tidak sadar mencengkram pergelangan tangan Rain dengan kuat, pantas saja Rain menjadi kesal dibuatnya

Sesampainya di kantin, Gevan membuka suara "Cantik lo mau pesan apa?"

"Mie Ayam Pangsit dan Es Jeruk Ge"

"Oke gue pesankan sekarang, lo duduk aja disana biar gue yang ngantri"

Rain hanya mengangguk dan mencari meja terdekat kemudian mendudukkan bokongnya

Tanpa sepengetahuan Rain dan Gevan ada sepasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan, ia terus saja memperhatikan Rain. Ingin sekali ia menghampiri Rain kesana, namun ia melihat sekeliling. Ada banyak teman- temannya disini, ia tak mungkin menghampiri gadis itu sekarang apalagi hanya untuk berkenalan, jujur saja ia ingin sekali mengetahui dan berkenalan dengan gadis tersebut, sekedar tahu nama dan ia di kelas apa karena ia yakin mereka seangkatan dan bertukar nomor Whatsapp pastinya. Melihat ke sekeliling teman-temannya pada memperhatikannya dan ia pun mengurungkan niatnya tersebut.

"Pesanan tiba Tuan Putri" ucap Gevan menggoda Rain dan tak lupa langsung mengambil posisi disamping Rain dan langsung mendudukkan bokongnya di kursi tersebut

"Ih Gevan ngagetin aja deh" jawab Rain dengan wajah terkejutnya

"Lagian lo sih dimana-mana kerjaannya ngelamun mulu. Hobi lo ngelamun ya Cantik?" canda Gevan yang tak henti-hentinya menggoda Rain

"Ih enggak Gevan, aku gak ngelamun. Aku tuh lagi mikirin….." ucap Rain menggantung

"Siapa? Lo mikirin siapa? Lo mikirin gue ya? Ngapain dipikirin sih kan gue ada disini Cantik"

"Iya iya aku gak mikirin kamu deh"

"Oh jadi bener lo tadi mikirin gue?" senyum Gevan

Senyum itu, semua yang ada di diri Gevan selau mengingatkannya dengan sosok Arkannya, lagi dan lagi ia selalu berhalusinasi bahwa Arkannya ada disini. Dan menganggap Gevan adalah pengganti Arkannya. Tak ada hentinya ia selalu memikirikan Arkannya lagi dan lagi

"Hmmm"

"Lo serius Cantik? Lo barusan mikirin gue?" tanya Gevan dengan menggebu dan tak percaya

"Iya Gevan yang Tampan" bohong Rain mengiyakan saja, padahal dalam hati sesungguhnya ia sama sekali tidak memikirkan Gevan, melainkan ia memikirkan Arkan, Arkannya…

Sedangkan Gevan, ia senyum-senyum sendiri dibuatnya. Ia masih tidak percaya bahwa Rain memikirkannya, dan ia berkata,

"Cantik" panggil Gevan

"Hmmmm" jawab Rain sambil menyendokkan mie ayam ke mulutnya

"Gue boleh tanya sesuatu gak Cantik?"

"Tanya aja, asal bisa aku jawab akan kujawab kok Ge"

"Apa lo udah suka sama gue?"

Uhukk uhuukkkk uhukkkk… Rain tersedak dibuatnya, ia tak menyangka Gevan akan menanyakan hal tersebut padanya. Dengan sigap Gevan menyodorkan Es Jeruk milik Rain ke depan wajah Rain. Rain menerimanya dan langsung meminumnya hingga tinggal setengah gelas. Dan melanjutkan makannya lagi. Gevan terdiam dan menunggu jawaban Rain. Namun Rain tak kunjung ,membuka suaranya, ia asyik menikmati makannya. Dan Gevan ikut terdiam. Ia merasakan suasana menjadi canggung diantara mereka, dan Gevan memutuskan untuk berbicara kembali,

"Cantik"

"Hmmmmm"

"Jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Apa lo udah suka sama gue?" ulang Gevan menanyakan pertanyaan yang sama

"Saya tidak tahu Gevan. Semua tergantung waktu, kita hanya perlu menjalaninya" jawab Rain dengan memandang kebawah, ia melanjutkan makannya dan menyuapkan mie ke dalam mulutnya

"Gue tunggu lo Cantik"

"Hah????? Maksudnya?"

"Iya Gue tunggu lo"

"Tunggu apa Gevan?"

"Gue akan tunggu lo, sampai lo suka sama gue" jawab Gevan dengan senyum manisnya

Rain tertegun dibuatnya, senyum itu lagi…senyum yang membuatnya mengingat seseorang lagi, seseorang itu. Seseorang yang Rain tak tahu ada dimana. Seseorang yang telah pergi meninggalkannya tanpa memberikan kabar apapun. Seseorang yang pergi dengan membawa separuh jiwanya dan membuatnya tak bisa jatuh cinta lagi dengan laki-laki manapun. Seseorang itu, iya dia Arkan, Arkannya

Dengan segera Rain menetralkan wajahnya, dan berkata "Saya tidak bisa berjanji Gevan, saya tidak tahu kapan saya bisa suka sama Gevan"

"Gue tahu ini sulit Cantik, tapi gue yakin lo bisa. Lo bisa lupain dia. Ini demi lo, agar lo bisa move on dari masa lalu lo itu, lo harus bisa lupain Arkan demi kesehatan lo. Gue tahu lo sakit, tapi sayangnya gue gak tahu lo sakit apa. dan gue akan caritahu pastinya. Tapi nanti, setelah lo mau lupain masa lalu lo. Ayo Cantik, hidup terus berjalan, lo gak bisa terus-terusan hidup di masa lalu lo Cantik. Lo harus bangkit, gue tahu lo perempuan yang kuat"

Rain hanya tersenyum dan berkata "Makasih untuk semangatnya Gevan, tapi kalau bisa jangan tunggu saya"

"Kenapa?"

"Karena saya tidak bisa berjanji Gevan"

"Lo gak janji aja gue tunggu lo Cantik, gimana kalau lo janji?"

"Tapi Ge…"

"Udahlah Cantik, apapun itu, seberapapun lamanya, kapanpun itu….gue akan selalu ada untuk lo. Gue akan selalu tunggu lo, dan menjadi sandaran lo. Lo gak sendirian, sekarang lo punya gue. Jadi jangan pernah ngerasa sendirian Cantik"

"Terimakasih Gevan" ungkap Rain tulus dengan senyum manisnya

"Cantik….gue boleh minta sesuatu?"

"Minta apa?"

"Jangan terlalu sering senyum Cantik?"

"Kenapa?" bingung Rain

"Kalau lo senyum jantung gue seperti ingin keluar dari tempatnya, saking girangnya"

"Kamu ini Ge, bisa aja. Kamu ini emang juaranya deh"

"Hah?"

"Iya kamu emang juaranya"

"Juara apa?"

"Juara ngegombal" tawa Rain pecah dibuatnya. Dan Gevan hanya bisa terdiam dan mencerna apa yang dikatakan Rain barusan, namun ia tak juga menemukan jawabannya

Saat itu juga ia menoleh kearah dua orang tersebut, sepasang mata itu tak henti-hentinya memperhatikan kearah Rain dan Gevan. Entah apa yang dipikirkan orang tersebut, yang pasti ia punya rencana setelah ini...