webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistis
Peringkat tidak cukup
312 Chs

Dia dan kenangan

"Aksara kamu adalah berkah tuhan terbaik untuk hidup ibuk dan abah. Tumbuh jadi orang yang bertanggung jawab ya? Turuti semua kata orang tua. Jangan seenaknya sendiri," sore itu, Aksara tengah bercengkrama di teras rumah bersama abah dan kakak kakaknya. Hangat seperti biasa. Di tambah dengan seduhan teh buatan ibuk yang tiada tanding enaknya.

Aksara yang saat itu masih berusia sembilan tahun segera mengangguk mengiyakan apa kata abah.

"Aksara kalau sudah besar mau jadi apa?" tanya ibuk yang datang seraya membawa beberapa toples berisi camilan.

"Mau jadi penjahat," jawan anak itu polos.

Ibuk dan abah tertawa kecil mendengar jawaban itu.

Arjuna sedikit mengernyit, "Kamu nggak boleh jadi penjahat. A Ajun gamau anggap kamu adik lagi kalo kamu jadi penjahat Rah,"

Ibuk tersenyum kecil, membelai kepala Arjuna dengan lembut, "Kenapa Aksara mau jadi penjahat?"

"Karena penjahat itu keren,"

"Tapi jadi pahlawan lebih keren," sahut Mas Abim.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com