webnovel

Queen Candy

Atharazka Xeno Arisadi, seorang lelaki tengil dan pecicilan itu seperti tidak punya ketakutan atas apapun, kecuali satu hal: menyatakan perasaannya pada Queen Candy Titania. Semula Azka berpikir, hubungan pertemanannya dengan Candy adalah zona paling nyaman bagi mereka berdua. Namun, pada akhirnya, Azka menyadari, zona nyaman tidak selamanya aman. Adalah Devano Walker Orizon, seorang pujangga sejuta pesona yang berhasil meluluhkan hati Candy, sekaligus merebut Candy dari genggaman Azka. Apakah Azka akan melepaskan Candy begitu saja? Atau mungkinkah Azka mengungkapkan perasaannya selama ini ia simpan rapat-rapat? Sebuah cerita klasik bertajuk roman picisan yang berjudul Queen Candy akan mengajak kamu menyelami kisah pelik cinta segitiga yang diselimuti rona merah jambu di putih abu-abu.

MerahJambu_00 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
296 Chs

Ojek Langganan

"Ssttt… Can!" Bianka kembali menyenggol lengan Candy saat Buk Siti sedang mencatat di papan tulis.

"Aw!" Candy spontan menjerit karena Bianka kembali menyentuh bekas lukanya. Hal itu pun berhasil Buk Siti menoleh pada mereka berdua dengan tatapan tajam. Bianka dan Candy serentak menunduk dan Buk Siti kembali meneruskan pelajaran.

"Stt.. Can!" bisik Bianka lagi.

"Duh, apaan sih, Bi? Lo mau diusir keluar oleh Buk Siti apa?" balas Candy dengan nada berbisik juga.

"Devano udah follback gua, Can!" Bianka memperlihatkan layar ponselnya pada Candy dari bawah meja.

"Yang mau bisik-bisik silakan bisik-bisik di depan," sindir Buk Siti sambil melirik tajam pada mereka berdua.

Bianka bergegas menyembunyikan ponselnya dan Candy kembali fokus ke papan tulis. Tiba-tiba,

Brukkk….!

Seisi kelas kaget dan melihat ke belakang, tampaklah Azka yang jatuh dari tempat duduk karena ketiduran.

"Hikhikhik!" Kevin bersusah-payah menyamarkan suara tawanya.

Tatapan tajam Buk Siti pun beralih pada Azka yang masih sempoyongan. "Azka! Kalau mau tidur di rumah, jangan di sekolah!" hentak Buk Siti.

"Iya, Buk," Azka mengucek-ngucek matanya kemudian mengusap kepalanya yang kejedot kaki meja. "Sakit, woy!" bisiknya pada Boni.

"Azka!" ujar Buk Siti lagi. "Kerjakan soal nomor tiga ke papan tulis!"

"Boleh yang nomor satu aja nggak, Buk?" balasnya setelah memastikan bahwa di buku tugas Boni sudah tertera jawaban nomor satu.

"Pakai nawar lagi," celutuk Kevin dari barisan paling pojok sambil cekikan sendiri.

"Kevin, kerjakan soal nomor tiga ke papan tulis!" perintah Buk Siti pada Kevin.

"Lho, kok jadi saya sih, Buk?"

"Kerjakan sekarang!" tegas Buk Siti.

Kevin pun menelan ludah kemudian maju ke papan tulis sambil menyesali celutukannya tadi.

"Makan tuh soal nomor tiga!" sorak Azka sambil kembali duduk di kursinya.

"Siapa yang nyuruh kami duduk, hah?" Tatapan Buk Siti kembali meruncing pada Azka.

Azka bergegas berdiri kembali.

"Keluar dari kelas sekarang juga! Saya nggak mau ngajar orang yang nggak mau belajar," cetus Buk Siti.

"Baik, Buk," sahut Azka, kemudian keluar dari kelas.

"Enak banget si Azka hukumannya cuman diusir keluar, kalau gitu mah gua juga mau," gumam Boni yang juga tertangkap oleh pancaindara Buk Siti.

"Kamu kerjakan soal yang nomor empat ke papan tulis sekarang!" perintah Buk Siti pada Boni.

Seisi kelas sakit perut karena menahan tawa.

***

Yumna mencari Azka ke kantin, ternyata laki-laki itu tengah tiduran di bangku taman belakang sekolah. Yumna menghembuskan napas sebelum menghampiri Azka.

"Buk Siti udah keluar dari kelas," ucap Yumna memberitahu.

"Ohh," sahut Azka tanpa beranjak sedikit pun.

"Sebentar lagi Buk Melinda akan masuk. Buruan ke kelas gih, daripada absen lagi," ujar Yumna.

Azka mendelik pada teman sekelasnya itu. "Kok lo jadi ngatur-ngatur gua?"

Yumna pun gelagapan. "Terserah lo, deh!" dumelnya kemudian kembali ke dalam kelas. Ternyata guru keseniannya itu sudah ada di dalam kelas.

"Maaf, Buk, saya barusan dari toilet," ucap Yumna di depan pintu.

"Silakan masuk!" ujar Buk Melinda sambil tersenyum ramah.

"Terima kasih, Buk!" Yumna pun duduk di tempat duduknya yang berada di sebelah Gladys.

"Lo dari toilet yang mana? Gua juga dari toilet, tapi nggak ngeliat lo," bisik Gladys.

"Dari toilet kantin." Yumna menjawab asal.

Usai mencek kehadiran siswa, Buk Melinda pun memulai pembelajaran. "Baiklah anak-anak, minggu ini dan selama tiga minggu ke depan kita akan masuk ke salah satu cabang kesenian lagi, yaitu Seni Rupa. Tapi sebelum itu…-"

Tok! Tok! Tok! Azka mengetuk pintu.

"Darimana kamu Azka? Ibu sudah lima belas menit lho di dalam kelas," tegur Buk Melinda dengan nada yang ramah.

"Maaf, Buk, saya dari toilet, susah keluar, Buk," cetus Azka.

Seisi kelas langsung tertawa mendengar pernyataan itu. "Pakai sabun nggak tuh?" seru Kevin dari pojok belakang.

"Pakai tangan nyokap lo, puas?"

"Hahahaha." Ketawa Boni terdengar paling keras.

"Apa sih kalian pada mesum semua!" semprot Fani.

"Sudah. Sudah," lerai Buk Melinda. "Azka, cepat kembali ke tempat duduk kamu! Ibuk akan melanjutkan pelajaran!" perintahnya kemudian.

"Baiklah, ibuk lanjutkan. Di minggu pertama ini ibu akan menjelaskan materi tentang seni rupa, di minggu kedua, kalian akan membuat suatu karya seni rupa, dan pada minggu ketiga kita akan melakukan pameran di lapangan sekolah," terang Buk Melinda yang disambut dengan antusias oleh siswa-siswanya.

"Tapi sebelum itu, ibuk akan membagi kalian dalam beberapa kelompok. Silakan dicatat. Kelompok pertama: Kevin, Azka, Yumna, dan Candy."

Yumna langsung tersenyum begitu tahu ia satu kelompok dengan Azka, sementara wajah Candy langsung berubah masam.

***

"Lo yakin nggak mau pulang bareng gua aja?" Yumna kembali menawarkan tumpangan untuk Candy.

"Yakin, Yum. Lagian Bunda juga udah mau otw jemput gua, kok," balas Candy.

"Ya udah, hati-hati ya."

"Siap!" sahut Candy.

Yumna meninggalkan sekolah sementara Candy masih duduk di teras sekolah menunggu jemputan sang bunda. Devano yang baru keluar dari kelasnya pun melihat Candy yang duduk sendirian, lantas memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

"Hei, kenapa belum pulang?" tegurnya.

"Hmmm… lagi nunggu jemputan," jawab Candy sambil tersenyum tipis.

"Bareng saya aja, yuk! Biar saya antar pulang!" ucap Devano kemudian

"Hmm… Makasi tawarannya. Tapi bentar lagi jemputan gua juga datang, kok." Candy menolak sopan.

"Ohh gitu." Devano justru duduk di sebelah Candy, membuat gadis itu semakin merasa tidak karuan. "Saya temani di sini deh sampai jemputan kamu datang," ucapnya.

Candy kembali dibuat melongo. Tidak lama berselang ia melihat Azka yang baru keluar dari kelas. "Itu jemputan gua udah datang. Azka!" teriaknya sambil melambai-lambai pada Azka.

Mendengar namanya dipanggil Azka pun membalikkan badan dan mengerutkan dahi melihat Candy yang sedang duduk bersama si anak baru.

"Gua di sini!" teriaknya.

"Hah?" Azka semakin heran.

"Itu jemputan kamu?" tanya Devano yang juga memandangi Azka dengan kening berkerut.

"Iya, ojek langganan," jawab Candy. "Gua duluan, ya. Bye!" Gadis itu bangkit berdiri dan terpincang-pincang mendekati Azka.

"Oh, mau pamer pacar baru?" cetus Azka, ekor matanya masih melirik Devano sesekali.

Candy sama sekali tidak menghiraukan ucapan Azka. "Anterin gua pulang, ya! Bunda masih lama deh kayaknya!" pinta Candy.

"Heh? Tumben-tumbennya lo minta anterin sama gua," balas Azka.

"Lo nggak lihat apa kaki gua lagi sakit. Lagian gua kayak gini kan juga gara-gara lo. Mau lo gua aduin ke bokap gua atau ke Om Ari?" Candy malah mengancam.

"Apaan sih lo, tukang ngadu, kayak bocah aja!" dumel Azka. "Ya, udah, buruan! Tapi gua nggak bawa dua helm. Kalau ketemu polisi di jalan, lo gua tinggal, ya!"

"Terserah lo deh!" dengus Candy sambil menyeret tangan Azka menuju parkiran.