webnovel

Queen Candy

Atharazka Xeno Arisadi, seorang lelaki tengil dan pecicilan itu seperti tidak punya ketakutan atas apapun, kecuali satu hal: menyatakan perasaannya pada Queen Candy Titania. Semula Azka berpikir, hubungan pertemanannya dengan Candy adalah zona paling nyaman bagi mereka berdua. Namun, pada akhirnya, Azka menyadari, zona nyaman tidak selamanya aman. Adalah Devano Walker Orizon, seorang pujangga sejuta pesona yang berhasil meluluhkan hati Candy, sekaligus merebut Candy dari genggaman Azka. Apakah Azka akan melepaskan Candy begitu saja? Atau mungkinkah Azka mengungkapkan perasaannya selama ini ia simpan rapat-rapat? Sebuah cerita klasik bertajuk roman picisan yang berjudul Queen Candy akan mengajak kamu menyelami kisah pelik cinta segitiga yang diselimuti rona merah jambu di putih abu-abu.

MerahJambu_00 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
296 Chs

Miniatur Stik Es

Bilqis membukakan pintu begitu mendengar suara bel. Tampaklah seorang gadis manis yang sudah berdiri di depan rumahnya.

"Assalamualaikum, Tante! Saya Yumna, teman sekolahnya Azka." Yumna memperkenalkan diri.

"Ooh... Teman sekolahnya Azka, Tante kirain siapa. Ayo masuk, Nak. Azka-nya masih tidur, Tante bangunin sebentar, ya," ujar Bilqis.

"Baik, Tante."

Bilqis pun memasuki kamar Azka, benar saja, anaknya itu masih tertidur pulas. "Xeno… Xeno, bangun!"

"Mmmhh… apa sih, Ma… Sekarang kan hari libur," balas Xeno dengan mata yang masih terpejam.

"Ada teman kamu di luar," ujar Bilqis lagi.

"Suruh pulang aja deh, Ma. Ngapain bertamu pagi-pagi gini, ganggu aja."

"Eh, nggak boleh gitu. Teman kamu yang di luar itu perempuan lho."

Azka mulai membuka matanya. Keningnya berkerut. Teman perempuan?

"Cuci muka dulu sana! Mama bikini minum dulu buat dia. Jangan tidur lagi, ya!" Bilqis pun keluar dari kamar.

Tanpa mencuci muka terlebih dahulu, Azka pun turut keluar dari kamarnya dan menemui tamunya itu di ruang tamu. Kerutan di keningnya semakin menjadi-jadi begitu melihat Yumna. "Ngapain lo ke sini?" tanyanya.

"Lo nggak baca grup, ya? Kan kita udah sepakat buat ngerjain tugasnya Buk Melinda di rumah lo," balas Yumna.

"Hah? Grup apaan?" Azka menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Seiring dengan itu, ia pun melihat Kevin dan Candy yang baru datang. Azka menyusul ke luar.

"Pada ngapain sih kalian ke rumah gua?" ujar Azka.

"Mau hajatan hahaha," jawab Kevin. "Rese banget si Yumna udah nelpon gua pagi-pagi. Nah.. nah.. udah di sini aja nih orang," ujar Kevin begitu melihat Yumna.

"Kalau nggak gua bangunin, bisa-bisa lo bangun jam satu siang. Ujung-ujungnya batal deh bikin tugas," sahut Yumna.

"Eh… ada Candy juga," ujar Bilqis yang mengantarkan minuman buat Yumna. "Sebentar ya, Tante ambilkan minuman lagi."

"Ada saya juga, Tante," timpal Kevin.

"Hehe iya. Xeno! Teman-temannya diajakin masuk, dong!" ujar Bilqis pada putranya sebelum kembali ke dapur.

Kevin dan Candy pun masuk tanpa dipersilakan oleh Azka.

"Kenapa harus di rumah gua, sih?" dumel Azka kemudian.

"Apa salahnya sih? Lagian lo kalau protes tadi malam dong, jangan sekarang," semprot Candy.

Tidak lama berselang Bilqis pun kembali membawa minuman dan camilan.

"Makasi banyak, Tante!" ujar Kevin, Candy, dan Yumna hampir bersamaan.

"Mau bikin tugas kelompok, ya?" tanya Bilqis kemudian.

"Iya, Tante. Tugas kelompok seni rupa," jelas Yumna.

"Bagus kalau gitu. Soalnya Tante nggak pernah ngelihat Azka ngerjain tugas," balas Bilqis lagi.

"Dia mah langganan kena hukum, Tan," sahut Candy.

"Apa sih lu!" dengus Azka sambil mendelik tajam pada Candy.

"Ya, sudah, Tante ke belakang dulu, ya!" Bilqis pun kembali meninggalkan empat remaja itu.

"Jadi dimana nih kita ngerjainnya? Gua pengen cepat-cepat kelar, soalnya ntar sore gua juga ada janji ngedate sama cewek gua," ujar Kevin.

"Belagu amat mentang-mentang punya pacar!" cibir Yumna.

"Can, lo ajak mereka semua ke pandopo, deh. Gua mau cuci muka dulu," ujar Azka pada Candy.

"Ini makanannya gua bawa, ya!" sahut Candy.

Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di pandopo yang terletak di halaman samping rumah Azka. Yumna mengeluarkan stik es yang sudah dibelinya sebagai bahan utama prakarya yang akan mereka buat. Candy juga mengeluarkan gunting, spidol, dan perekat.

"Yakin nih kita bikin mau bikin miniatur dari stick es?" Kevin memainkan salah satu stik e situ dengan ujung jarinya.

"Iya. Kalian tenang aja, gua juga udah pernah bikin beginian waktu SMP, kok," terang Yumna.

"Kalau gitu kenapa nggak lo aja yang bikin sendiri?" celutuk Kevin lagi.

"Gua kerjain sendiri, trus nilainya buat gua sendiri, mau lo?"

"Hehee… galak amat sih, Yum!" Kevin nyengir.

"Eh, Azka! Lo jangan diam aja! Itu bantuin motong-motong stik es-nya sesuai pola yang udah gua bikin!" perintah Candy.

Azka pun mengambil gunting dan memotongnya secara asal.

"Woi, bego! Nggak gitu caranya bloon! Lo ngikutin pola yang udah gua bikin aja apa susahnya, sih," semprot Candy lagi.

"Ngerusak hari libur gua aja nih kalian semua," sungut Azka.

Tidak lama berselang, Ari, papanya Azka pun datang bersama Alexa dan Adisti. Wajah ketiganya tampak berkeringat.

"Pagi, Om!" sapa Yumna, Kevin, dan Candy hampir bersamaan.

"Eh, ada apa, nih? Tumben rame-rame," balas Ari dengan senyuman hangat.

"Ini, Om, lagi bikin tugas prakarya," jawab Kevin.

Ari pun mengangguk-angguk. Kemudian pandangannya beralih pada Candy. "Gimana kaki kamu, Candy?"

"Baret-baret nih, Om, karena kelakuannya si Azka!" jawab Candy.

"Lo yang bego bawa motor kenapa gua yang disalahin, sih," dumel Azka.

"Kalau lo nggak ngajakin gua balapan, gua juga nggak bakal jatuh," balas Candy.

"Salah lo sendiri kenapa mau," ujar Azka.

"Udah salah, nggak mau minta maaf lagi!" sungut Candy.

"Kalian berdua berantem mulu dari kecil, ntar ujung-ujungnya jodoh lo," celutuk Alexa.

Candy dan Azka saling tatap. "iiii… Ogah!" ucap keduanya serentak. Alexa dan yang lainnya pun tertawa, kecuali Yumna.

"Ya, sudah, Om ke dalam dulu, ya!" ujar Ari kemudian.

"Ya, Om!"

Kevin menyenggol bahu Azka. "Saudara lo produk unggul semua. Bening-bening," bisiknya yang direspon Azka dengan mendelik tajam.

"Itu kakak lo udah punya pacar belum, sih?" tanya Kevin lagi.

"Kalaupun kakak gua jomblo, dia juga nggak bakal mau sama elo!" Azka menempeleng kepala Kevin. "Lo gantiin gua nih motong-motongin stik, biar gua yang nempel-nempel bareng Yumna," ujar Azka kemudian.

Yumna melongo mendengarnya.

"What? Nempel-nempel ke Yumna?" celutuk Kevin dengan tatapan jahilnya.

"Nempelin miniaturnya, bego!" semprot Azka sambil pindah duduk ke sebelah Yumna.

Yumna merasakan jantungnya berdegup lebih kencang begitu Azka duduk di sebelahnya. Itu adalah pertama kalinya ia berada dalam jarak sedekat itu dengan laki-laki pujaannya.

"Diapain dulu nih, Yum?" tanya Azka.

"Diputer… dijilat… dic-"

Azka melempar sebuah stik es ke wajah Kevin.

"Ini, Ka. Gua udah bikin desainnya kayak gini, jadi kita bikin kerangkanya dulu," terang Yumna yang berusaha menyamarkan rasa kikuknya.

"Oh, oke." Azka manggut-manggut.

Diam-diam Candy melirik dua orang itu, melirik pada keduanya yang duduk begitu dekat, sesekali tangan keduanya pun saling bersentuhan. Entah kenapa, dada Candy terasa panas. Ia sudah berusaha mengalihkan pandangannya, namun ekor matanya terus bergerak tanpa ia minta.

"Woi, Can!" Kevin menepuk bahu Candy.

"Ih, apa sih lo?" balas Candy sewot.

"Ngapain lo bengong aja? Polanya mana?" ujar Kevin.

"Lo ngatain gua lelet?" Candy membelalakkan matanya. "Ya, udah, lo kerjain aja nih sendiri!" Candy bangkit berdiri dan pindah ke ayunan di sebelah pandopo itu.

Ketiga temannya pun saling pandang dan saling heran.