webnovel

Queen Candy

Atharazka Xeno Arisadi, seorang lelaki tengil dan pecicilan itu seperti tidak punya ketakutan atas apapun, kecuali satu hal: menyatakan perasaannya pada Queen Candy Titania. Semula Azka berpikir, hubungan pertemanannya dengan Candy adalah zona paling nyaman bagi mereka berdua. Namun, pada akhirnya, Azka menyadari, zona nyaman tidak selamanya aman. Adalah Devano Walker Orizon, seorang pujangga sejuta pesona yang berhasil meluluhkan hati Candy, sekaligus merebut Candy dari genggaman Azka. Apakah Azka akan melepaskan Candy begitu saja? Atau mungkinkah Azka mengungkapkan perasaannya selama ini ia simpan rapat-rapat? Sebuah cerita klasik bertajuk roman picisan yang berjudul Queen Candy akan mengajak kamu menyelami kisah pelik cinta segitiga yang diselimuti rona merah jambu di putih abu-abu.

MerahJambu_00 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
296 Chs

Kepo

Candy kembali menundukkan kepalanya. "Gua belum tahu," lirihnya.

"Kok bisa belum tahu sih, Can? Masa lo nggak ngerti sama perasaan lo sendiri?" protes Candy yang seolah mendesak.

"Ya, gua benar-benar nggak tahu, Yum. Gua sama sekali nggak punya pikiran soal itu." Candy membela diri.

"Hufftt.." Yumna menghembuskan napas. "Iya, sih. Devanonya juga terlalu gercep. Masa seminggu kenal udah ngajak jadian."

Candy diam saja, enggan membalas pernyataan itu.

"Oh ya, kalau soal Bianka, lo nggak usah mikirin ya, Can. Biar gua ya coba ngobrol sama Bianka. Kalaupun lo sama Devano jadian, gua yakin Bianka juga setuju-setuju aja. Daripada Devano jadiannya sama Viola kan," lanjut Yumna.

Candy tampak mengerutkan dahinya. Kenapa Yumna seolah begitu ingin Candy pacaran dengan Devano? Apa agar ia lebih mudah mendekati Azka?

"Lo sama Azka gimana, Yum?" Akhirnya Candy memuntahkan satu pertanyaan yang sudah ditahannya sedari tadi.

Mendengar nama Azka, seutas senyum langsung terbit di wajah Yumna. Wajahnya langsung berseri. "Gua sama Azka belum gimana-gimana sih," lirihnya.

"Tapi, lo suka kan sama Azka?" tanya Candy lagi. Seusai mengajukan pertanyaan itu, Candy merasa menyesal sendiri. Buat apa ia mempertanyakan sesuatu yang sudah ia ketahui jawabannya? Buat apa ia mempertanyakan sesuatu yang tidak ingin ia dengar jawabannya.

Dan, seperti dugaan Candy. Yumna pun menganggukkan kepalanya sembari tersipu malu. "Nggak tahu kenapa ya, Can, si Azka tuh makin sweet aja sekarang. Kayak tadi deh tuh, dia nawarin buat nemanin gua beli kamera. Padahal kan selama ini si Azka tuh cuek banget ke semua cewek," ucap Yumna dengan mata yang berbinar-binar, yang tanpa ia sadari membuat Candy semakin terbakar.

"Oh ya, lo kan kenal Azka udah dari kecil, menurut lo, Azka ada rasa nggak sih ke gua?" lanjut Yumna kemudian.

Bola mata Candy kontan melotot mendengar hal itu. Namun beberapa detik berselang ia bergegas membuang pandangan ke arah lain. Bagaimana mungkin ia bisa menjawab pertanyaan satu itu.

"Hmm.." Candy tampak mencari-cari jawaban. "Azka tuh emang nggak bisa ditebak sih orangnya. Kadang cuek, kadang care, kadang baik, kadang nyebelin. Nggak bisa dijadiin patokan juga." Candy berusaha mematahkan asumsi Yumna dengan hati-hati.

"Tapi kan Azka nggak pernah ngelakuin itu juga ke cewek lain, Can," bantah Yumna yang masih ingin mendengar Candy menyetujui asumsinya.

"Yaaa, gua nggak paham juga sih. Walaupun kenal Azka dari kecil, kan lo tahu gua juga nggak dekat-dekat amat sama dia, malahan sering berantem," balas Candy.

Yumna tertawa kecil. "Oh ya, kalau gua jadian sama Azka, kira-kira lo setuju nggak?" Yumna kembali meminta pendapat Candy.

Saat itulah Candy kembali merasakan napasnya tertahan. "Enggak! Gua nggak akan setuju, Yum. Gua cemburu ngelihat lo sama Azka. Lo ngerti nggak sih?" jerit batin Candy.

Namun yang keluar dari bibirnya justru kata-kata yang bertolak belakang dengan isi hatinya. "Gua setuju-setuju aja sih. Kalau kalian saling suka, ya apa salahnya," ucap Candy. Betapa pahit lidahnya ketika mengatakan kalimat itu.

Yumna tampak malu-malu lagi. Dan Candy sungguh muak melihat pemandangan itu.

"Candy! Ajak Yumna makan dulu! Ini Bunda udah masakin!" seru Gita dari luar.

Candy merasa lega mendengar seruan sang bunda, karena begitu akhirnya ia bisa mengelak dari topik yang tidak diinginkannya sedari tadi.

"Yok, Yum, makan dulu," ajak Candy.

"Wah, masakan Bunda emang yang paling top, aromanya aja udah kecium sampai ke sini," balas Yumna.

Candy menanggapi dengan senyum tipis.

***

"Dek, pinjam hp dong!" Azka menyelonong masuk ke kamar adisti, adiknya.

"Emangnya hp Bang Azka kemana?" tanya Adisti.

"Disita sama papa," jawab Azka.

"Kok bisa disita sih?" tanya Adisti lagi.

"Udah deh, anak kecil jangan banyak tanya. Buruan sini mana hp-nya!" desak Azka.

Adisti yang sedang duduk di meja belajarnya pun mulai berdiri untuk mengambilkan ponselnya di atas tempat tidur. "Jangan dipakai buat main game ya, Bang!" Adisti mengingatkan.

"Enggak, kok. Cuman mau browsing doang bentar." Azka merebut ponsel itu dari tangan Adisti, kemudian ia duduk di tempat tidur.

Jari-jari Azka langsung menari-nari di layar ponsel tersebut. Ia masuk ke halaman mesin pencarian, lantas mencari berita tentang penangkapan Rangga dan teman-temannya yang lain. Dalam hitungan detik, berita yang ia cari pun muncul.

Azka terdiam membaca berita dalam format elektronik itu. Ternyata Rangga, Rio, dan Virgo memang sudah ditangkap polisi karena kedapatan tengah mengkonsumsi narkoba. Selain mereka bertiga, polisi juga mengamankan lima perempuan lainnya. Azka yakin perempuan itu pastilah perempuan-perempuan yang sering dibawa teman-temannya ke basecamp.

Azka tercenung. Di satu sisi ia merasa kasihan dengan teman-temannya. Namun di sisi lain ia merasa beruntung karena tidak berada di sana pada saat itu. Karena kalau tidak, tentunya Azka juga sudah berada dalam jeruji besi sekarang. Namun Azka benar-benar tidak mengetahui bahwa teman-temannya itu mengkonsumsi narkoba. Selama ini ia memang hanya datang ke basecamp untuk latihan musik, main game, atau ikutan balapan liar. Azka memang tidak tertarik dengan hal lain seperti main perempuan atau mabuk-mabukkan. Pernah satu kali ia minum wine bersama teman-temannya itu. Sepulang dari sana ia justru disiram mamanya dengan air dingin.

"Xeno!" Terdengar sang mama berseru dari luar.

"Ya, Ma," sahut Azka yang langsung bergegas keluar dari kamar Adisti dan menghadap sang mama.

Bilqis mengerutkan dahi. "Kamu ngapain di kamar Adis?" tanyanya.

"Minjam hp kok, Ma," jawab Azka.

"Jangan karena mentang-mentang hpmu lagi disita kamu jadi mainin hp adikmu, ya!" tegas Bilqis.

"Cuma browsing doang, kok, Ma," jawab Azka. "Browsing tugas sekolah." Azka buru-buru menambahkan penjelasan sebelum sang mama semakin menyelidiki.

Bilqis tampak menyipitkan matanya, namun ia juga enggan untuk bertanya lebih lanjut.

"Oh ya, ada perlu apa mama manggil Xeno?" tanya Xeno yang berusaha mengalihkan perhatian mamanya.

"Hmm ini, mama mau minta tolong kamu anterin kado ini ke Tante Gita, ya!" ujar Bilqis sembari menyodorkan sebuah kotak.

"Apa ini, Ma?" tanya Azka saat menerima kotak itu.

"Kado ulang tahun pernikahan untuk Tante Gita dan Om Gugun," terang Bilqis.

"Ooh," sahut Azka. "Trus gimana Xeno nganterinnya, Ma? Motor Xeno kan juga disita sama papa," protes Azka kemudian.

"Kamu anterin pakai mobil mama." Bilqis menyerahkan kunci mobilnya pada Azka.

"Ma, bujukin papa dong buat ngembaliin hp sama kunci motor Xeno. Masa iya Xeno kalau ke sekolah harus pakai ojol terus. Apalagi kalau nggak ada hape kan ribet, Ma," rengek Azka lagi.

"Makanya kamu harus nunjukin ke papamu kalau kamu benar-benar nurut sama perkataannya waktu itu," tandas Bilqis. "Pokoknya kamu anterin kado ini dulu ke Tante Gita, entar kita ngobrol lagi," tegas Bilqis.

"Ya, Ma," sahut Azka, lantas bersiap pergi.