Yumna tampak gelagapan karena lebih dulu ditodong dengan pertanyaan itu. Matanya spontan bergerak melirik Azka, seolah mempersilakan Azka untuk menjawab, tapi tatapan Azka tampaknya masih meruncing pada Devano.
"Gua minta tolong Azka nemanin gua nyari kamera, soalnya kan dia lebih ngerti soal kamera," jawab Yumna akhirnya. "Kalau kalian?" Ia melempar bola panas itu ke Candy.
Giliran Candy yang gelagapan. "Gua…" Ia tampak memikirkan alasan. "Gua mau nyari buku. Eh, kebetulan ketemu Devano," jawabnya asal.
"Oooh." Yumna tampak mengangguk-angguk. "Oh ya, gua dan Azka kayaknya mau langsung balik sekarang. Kalian?"
"Ya, duluan aja, Yum," sahut Candy cepat dengan senyum ia tampak dipaksakan.
"Oke, daaah." Yumna melambaikan tangan sekilas pada Yumna dan Devano lantas meninggalkan tempat itu bersama Azka yang tidak bersuara sedari tadi.
Begitu dua sosok itu pergi, Candy langsung menghembuskan napasnya yang terasa tertahan sedari tadi. Kembali ia merasakan ada sesuatu yang membakar hatinya. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Apa sebenarnya hubungan Yumna dan Azka?
"Ehm." Devano berdehem, menyadarkan Candy tentang keberadaannya di sana.
Mata Candy kembali melotot menatap sosok itu. Kali ini ia menghembuskan napas jengah. "Lo pulang deh sekarang, mood gua lagi nggak baik," cetusnya.
"Bagaimana mungkin saya tega ninggalin kamu sendirian di sini, apalagi dalam kondisi mood yang tidak baik." Devano membalas dengan lugasnya.
"Terserah, deh," dengus Candy sambil bersiap pergi, namun Devano kembali menahan tangan gadis itu untuk yang kedua kalinya, yang lagi-lagi ditepis oleh Candy.
"Apa lagi sih, Devano?" ujar Candy setengah berteriak.
"Pembicaraan kita tadi belum selesai, Candy," terang Devano.
"Pembicaraan yang mana lagi?" protes Candy.
Devano tampak menghela napas, Candy seolah menantangnya untuk mengulang pertanyaan yang pernah ia ajukan tadi. "Kamu mau nggak jadi pacar saya?" ucap Devano dengan hati-hati.
Candy terdiam beberapa detik seolah kembali tersadarkan dengan topik sebelumnya. Andai saja waktunya tepat, barangkali Candy akan bergetar mendengar pertanyaan itu. Namun kini pikirannya tengah terpecah belah. Separuh dari dirinya masih sibuk bertanya perihal Yumna dan Azka, sementara separuh lagi gelagapan dengan pernyataan dan pertanyaan Devano yang tiba-tiba.
Devano menaikkan alis, menanti jawaban Candy. Candy merasa semakin tersudutkan. Ia merasa dilema. Akhirnya Candy memilih meninggalkan Devano begitu saja tanpa menjawab pertanyaan yang telah diajukan lelaki itu. Devano menatap punggung Candy dengan sedikit kecewa, namun beberapa detik berselang ia tampak mengusahakan senyum. Candy belum memberi jawaban, itu artinya ia masih punya banyak kesempatan.
***
Candy melempar tubuhnya di tempat tidur. Selalu begitu, setiap kali ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, gadis itu hanya ingin berbaring sambil menatap langit-langit rumah. Ia kembali teringat dengan Azka dan Yumna. Apakah Yumna menyukai Azka? Candy mencoba mengingat-ingat segala kejadian yang pernah terjadi, termasuk percakapannya dengan Yumna sepulang dari rumah Azka beberapa hari yang lalu. Sepertinya memang begitu, Yumna memang menyukai Azka. Tapi apakah Azka juga menyukai Yumna?
Dada Candy merasa sesak ketika benaknya kembali memutar memori saat Azka dan Yumna kompak mengerjakan miniature bersama, Azka memberikan hadiah pada Yumna, serta Azka menemani Yumna membeli kamera. Itu bisa saja disebut sebagai tanda-tanda. Tapi, bukankah tempo hari Candy melihat sendiri bahwa Azka mengoleksi foto Candy di ponselnya. Azka yang selalu menolong dan membela Candy. Bukankah itu bisa juga disebut sebagai tanda-tanda, bahwa Azka sebenarnya menyukai Candy?
Candy tampak mengusap dahinya sendiri. Ia merasa geli sendiri punya pemikiran seperti itu. Apa lagi jika mengingat ia dan Azka sudah mengenal dari kecil. Candy merasa gengsi jika harus mengakui hatinya yang cemburu setiap kali melihat Azka bersama gadis lain. "Duuhh… Kenapa jadi mikirin Azka mulu sih, Can?!" Candy mengomeli dirinya sendiri.
Beberapa menit ada jeda kosong, hingga bayangan Devano mulai mengisi kekosongan itu. Kali ini Candy teringat akan pernyataan dan pertanyaan yang diajukan Devano padanya tadi siang. Sebenarnya dari awal Candy juga sudah menduga bahwa laki-laki itu ingin mendekatinya, gelagat Devano terlalu kentara. Ia pun tentunya tidak ingin memungkiri bahwa ia pernah terpana beberapa kali dengan ketampanan dan kelembutan Devano. Bahkan Candy pernah merasa berbunga-bunga setelah pulang nontong bareng Devano beberapa hari yang lalu. Tapi, untuk pacaran dengan Devano…-
Tok! Tok!
"Candy!" seru Gita sambil mengetuk pintu.
"Ya, Bun?" sahut Candy dengan malas-malasan.
"Ada Yumna, nih. Bunda suruh masuk aja ya!" balas Gita.
Candy langsung tersentak duduk mendengar nama itu.
'Klek!'
Pintu terbuka, tampaklah Yumna yang menyapa Candy dengan sumringah. "Hai, Can! Segitu kagetnya ngelihat gua datang. Kayak ngelihat hantu aja," celutuk Yumna sembari duduk di atas tempat tidur Candy.
"Gua… nggak nyangka aja. Soalnya udah lama juga kan lo nggak main ke sini," lirih Candy. "Ada apa?"
"Nggak ada apa-apa sih sebenarnya. Cuma pengen ngobrol-ngobrol aja," jawab Yumna.
"Oooh," sahut Candy. "Bentar ya, gua ambilin minum dulu."
Yumna justru tertawa mendengar hal itu. "Lo kaku banget, kayak lagi kedatangan tamu agung aja," sindirnya.
Candy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lo kan anaknya Om Agung, ya jelas tamu agunglah," cetusnya asal.
Yumna tertawa lagi. "Gua sih sebenarnya kepo aja tentang lo dan Devano," ucap Yumna beberapa menit berselang.
Candy tampak menghela napas. "Semuanya nggak seperti yang lo pikirkan, Yum. Gua sama Devano nggak jalan bareng kok, semuanya cuman kebetulan," terang Candy.
Yumna menyipitkan matanya pada Candy. "Lo nggak akan pernah bisa bohong ke gua, Can!" ucapnya kemudian. "Lagian apa salahnya sih cerita ke gua? Gua bisa kok jadi tim netral tanpa harus mihak lo, Bianka, atau Gladys," lanjutnya.
"Kok jadi bahas Bianka dan Gladys segala sih, makin lebar aja topiknya," dengus Candy dalam hati. Tapi memangnya Bianka juga terlibat dalam hal itu. Seandainya Bianka tidak menggilai Devano dari awal, mungkin Candy akan lebih merespon laki-laki satu itu.
"Lo mau tahu satu hal yang paling up to date nggak? Fresh banget ini, belum ada gua bocorin ke orang lain," ucap Candy beberapa menit berselang.
"Apa tuh?" sahut Yumna yang tampak penasaran.
"Devano tadi nembak gua," jawab Candy sambil menundukkan kepalanya, tidak berani mengatakan hal itu sambil menatap mata Yumna.
Yumna justru menganga mendengar pernyataan Candy. "Lo seriusan, Can? Secepat itu?"
Candy menganggukkan kepalanya. "Tapi gua belum jawab sih," lirih Candy lagi. Kali ini kelopak matanya sudah kembali terangkat menatap Yumna. "Gua sebenarnya nggak enak banget sama Bianka. Kan dia yang ngincar Devano dari awal. Tapi Devano malah ngedeketin gua," lanjut Candy lagi.
"Yang namanya perasaan ya nggak bisa dipaksalah, Can. Orang Devano sukanya sama elo ya Bianka bisa apa," balas Yumna. "Sekarang, perasaan lo ke Devano gimana? Lo suka juga nggak sama dia?" Yumna menaikkan alisnya tanpa melepaskan pandangan dari mata Candy.
Candy terdiam, napasnya tertahan.