webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · perkotaan
Peringkat tidak cukup
11 Chs

Camping

Hari keenam aku diBangka, Jana dan Abang Zikri memutuskan untuk mengajakku camping dipantai sambil mencari udang. Aku semangat karena ini akan jadi pengalaman baru bagiku. Aku jadi punya ide untuk membuat foto prewedding mereka. Meskipun telat, menreka berdua setuju malah senang. Lian dat

ang membawa tas Cartier besar.

"Nih.. udah lengkap semua Bang" Lian menjelaskan kepada Abang Zikri sambil menepuk nepuk tasnya.

"Oke sip..."

"Hil.. gimana, udah siap? Jana menanyaiku, aku masih dikamar mempersiapkan beberapa keperluan. Seperti kamera dan tripod.

"Oke siap.." Aku menenteng tas keluar.

"Banyaknya bawaan mu Hil.." Abang Zikri berkomentar.

"Ini keperluan buat kalian berdua" Sambil aku menunjuk kepada Jana dan Abang Zikri bergantian. Mereka tertawa malu.

Sekitar Jam empat sore kami berangkat menggunakan motor, perjalanan kira-kira setengah jam dari rumah Jana. Dijalan Lian menceritakan bahwa dia memiliki bisnis sampingan menyewakan alat-alat camping.

Aku senang mendengarkan ceritanya, dia bercerita apa adanya dan tidak terasa seperti sedang menyombongkan diri.

"Cuma kecil Hil, karyawannya juga cuma satu" katanya.

"Nggak papa.. dulu aku juga apa-apa sendiri dari desain, jahit sampe jualnya"

"Berapa lama kamu sendiri Hil? Lian bertanya lagi

"Sekitar satu setengah tahun, beberapa kali gagal dan harus mulai dari awal lagi, baru-baru ini aja udah agak stabil"

"Berati jalan ku masih panjang" Kata Lian.

***

Tenda sudah berdiri, Jana dan Abang Zikri mulai bersiap untuk pemotretan. Ini adalah foto prewedding yang tertunda. Suasananya sangat cocok, matahari terbenam dengan langit berwarna jingga yang indah. Aku mempersiapkan kamera ku, Lian mempersiapkan kelopak bunga, entah bunga apa yang tadi kami petik dijalan. warnanya kuning dan putih ada juga pink bercampur.

Sesi pertama dimulai, Jana dan Abang Zikri berbaring di atas tabuaran kelopank bunga, aku mengarahkan mereka untuk menempelkan kepala satu sama lain.

"Siippp..." mereka mendekat padaku bergerumbul melihat hasil foto.

"Bang.. aku juga mau foto kayak gitu" Lian mengambil kamera dari tanganku, memberikan pada Abang Zikri dan menarik tanganku ketempat taburan bunga tadi. Aku melongo dan tiba-tiba telmi (telat mikir) menyerangku.

Entah bagaimana urutanya aku lupa, tiba-tiba aku sudah berbaring dengan ujung kepalaku menempel pada kepala Lian.

"Hila.. Senyum.." Jana memberiku intruksi, aku menurut.

"Ckrek, cirek, ckrek.."

"Udah..." kata Abang Zikri, kami mendekat.

"Abang ni.. gini amat jadinya..." Lian ngomel-ngomel melihat hasil foti kami.

"Nggak papa nanti bisa diedit" Aku memberi solusi.

Hari sudah mulai gelap, kami mulai merasa lapar, Lian mengeluarkan kompor portabel dan alat alat masaknya dan merebus mie instan.

Lian membagi "piring" daun pisang pada kami. Pantai sepi hanya kami berempat, semakin malam ada beberapa orang datang untuk mencari ikan atau udang

Kami menikmati Mie instan dengan sunyi tanpa kata.

***

"Jadi gimana bisa tau kalo ada udang" Aku bertanya pada Lian

"Arahin sentermu ke air, tuh.. keliatan pantulan mata merah, itu udang" Lian menjelaskan padaku.

Aku mengangguk dan mulai menggiring udang agar masuk ke jaring kecilku. Aku menaruh hasil tangkapan ku ditabung yang disangkutkan dipinggang Lian.

"Kamu hebat juga" Lian memujiku

"Jelas...." Jawabku jumawa

Dia menyipratkan air kemukaku, aku membalasnya, dia mendekat memiting leherku, mengusap pipiku dengan pasir, aku berusaha meloloskan diri, kucubit perutnya tanpa ampun.

"Agghhh..." dia melepasku. Aku lari, dia mengejar ku sambil menciptakan air padaku.

"Diem kalian..., Kabur semua udangnya.." Jana ngomel sambil mengacungkan jaring pada kami, kami diam seperti anak kecil dimarahi ibunya karena ketauan memecahkan bedak.

Kami kembali mencari udang, Lian melirikku aku melirik Lian kami tertawa seketika.

"Udah yok.. udah banyak ini" Abang Zikri mengajak kami menepi.

Lian dan Abang Zikri mulai membuat api unggun, aku dan Jana mengganti pakaian kami karena basah, Baju Jana hanya basah sedikit bajuku basah kuyup karena ulah Lian.

Setelah selesai aku dan Jana mengambil alih tugas menusuk udang untuk kami bakar, gantian Lian dan Abang Zikri yang bergsnti pakaian.

Lian keluar dari tenda membawa jaket, membuka resletingnya dan memakaikan kepunggungku.

"Tengkyu..." Aku mengacungkan jempol padanya.

Lian tersenyum dan duduk disampingku. Memperhatikan mukaku lama hingga aku kikuk dibuatnya.

"Mau nggak jadi pacarku"

Aku tidak banyak berekspresi, aku seperti sedang salah dengar. Abang Zikri yang sedang meneguk air mineral seketika menyemburkan tanpa ampun. Jana yang sedang mengigit kemplang seketika lupa mengunyah, mulutnya menganga, kemplangnya jatuh ke tanah.

Aku lihat lagi wajah Lian, kulihat matanya, sepertinya dia serius. Tapi mana mungkin, kita baru lima hari yang lalu bertemu, memang sih.. dia selama ini amat sangat memperhatikanku, bahkan mantan-mantan ku pun tidak ada yang seperhatian dia. Kalo ditanya bagaimana perasaanku padanya, Jujur dari segi fisik dan perhatiannya selama enam hari ini aku tersentuh. Tapi apa iya ini cinta? Bisa jadi ini cuma perasaan sesaat yang besok lusa akan hilang.

"Bahkan kita tidak tau nama panjang masing-masing" aku menjawab cuek

"Ala Balian" Jawab Lian

"Kita Baru kenal enam hari" Aku melanjutkan.

"Baiklah sepertinya kamu menolakku" dia diam membolak balik udang, mengambil yang sudah matang dan memberikan padaku. Aku menerima dengan ragu.

Dia mengambil tiga lagi dan dibagi bagikan kepada Abang Zikri dan Jana. Mereka menerima tanpa kata.

Suasana jadi canggung, kami tidak tidak banyak bercerita, hanya Abang Zikri dan Jana yang sesekali bercanda dan bermesraan. Aku dan Lian banyak diam. Malam sudah larut, setelah bergantian buang air kecil aku masuk ke tenda. Merapikan barang-barang, resleting tenda dibuka dari luar, tapi Lian yang masuk.

"Kamu salah tenda"Aku mengingat kan Lian.

"Enggak kok.."Dia masuk dan duduk dihadapanku.

"Maaf ya Hil..., aku nggak bisa tidur kalo nggak dipeluk Abang Zikri wkwkwkw.." Jana berteriak dari tendanya. Aku melihat Lian, dia mengangkat bahu.

Lian mulai menggelar kantung tidurnya, aku mengobrak-abrik tas ku, tidak kutemukan kantung tidurku. Sepertinya tertinggal.

"Pakai ini aja.." Lian memberikan kantong tidurnya padaku.

"Kamu?" Aku menghawatirkannya.

"Nggak papa.." Lian segera berbaring miring membelakangiku, hanya menggunakan jaket dan menyelimuti kakinya dengan jaket yang tadi diberikan padaku, tapi tidak bisa menitupi kakinya.

Angin menghembus diluar tenda, terasa dingin meski sudah didalam tenda, aku tidak bisa tidur melihat Lian meringkuk, kubuka kantong tidur ku agar melebar seperti selimut. Aku mendekat kepadanya dan kuselimuti dia bersamaku.

Ku pejamkan mata meski tidak bisa tidur. Berlahan dia membalik badan kearahku, aku masih terus menutup mata, sekian menit berlalu, tidak ada gerakan, kubuka mataku berlahan. Dagunya tepat sejajar dengan mataku, aku sedikit mendongak agar bisa melihat seluruh wajahnya, dia terpejam. Aku perhatikan wajahnya, mata lentiknya sangat menarik bagiku, mungkin karena bulu mataku tidak selentik miliknya.

Dia mendekatkan wajahnya sambil melihat bibir ku. Jantungku berdebar kencang, mendadak dia berhenti.

"Kamu boleh menghindar, kalo nggak mau"

Tapi aku diam dia mulai mengecup bibirku, berhenti, menatap mataku, lalu melanjutkan menciumku lagi, kali ini aku membalasnya, membalasnya dan membalasnya lagi. Aku berhenti, aku mundur dan berbalik badan membelakanginya. Berlahan dia mendekat dan memeluku sambil mengecup kepalaku.