webnovel

Pulangkan Aku

Alianna adalah gadis mahasiswi semester pertama yang rajin, dan pekerja keras, ketika terbangun dari tidur nya tiba-tiba dia sudah berada di tubuh orang lain dan berada di dunia lain yg sangat asing bagi nya. Tubuh baru nya itu bernama Calista Ferdinand seorang gadis bangsawan muda yang cantik dari keluarga Marquess Ferdinand. Alianna yang tak terima dg kenyataan bahwa dirinya telah berada di tubuh gadis bangsawan yg bernama Calista itu. Dia terus memberontak dan memikirkan segala cara agar bisa kembali ke dunia asal nya. Sampai suatu ketika dia bertemu dengan seorang pria yang terkenal berdarah dingin dan tak segan membunuh siapa saja yang mengusiknya. "Apa ini?" "Itu permen beracun yg akan membunuh mu secara perlahan." Kata Pria itu, netra perak nya menatap lekat pada gadis yg terlihat berbinar senang menerima permen tersebut. "Benarkah ini racun?" "Kau harus memakannya setiap hari, agar aku puas melihat mu menderita kesakitan." "Dengan senang hati akan aku makan." Riang gadis itu dengan senyuman lebar. Alis pria itu berkerut menatap heran dengan ekspresi wajah yang di tunjukkan Calista. "Apa sebegitunya kau tidak takut mati?" "Tentu saja aku takut mati." "Lalu?" "Aku hanya ingin pulang." "Pulang?" Akankah Alianna yang berada di tubuh gadis Calista itu bisa kembali ke tubuh asli nya? Atau akan terjebak selamanya dalam tubuh gadis yang bernama Calista itu? Langsung saja ke ceritanya yuk...

Alizayas · Fantasi
Peringkat tidak cukup
1 Chs

Satu

Catatan : Kalimat yang di beri tanda bintang, merupakan perkataan si tokoh dalam pikirannya.

--------------------------------

Malam itu udara begitu terasa sangat dingin berhembus menerpa permukaan kulit, seorang gadis yang berambut panjang baru saja keluar dari sebuah bangunan restoran bergaya eropa tempat dia bekerja. Wajah nya terlihat lesu karena beberapa hari ini dia terus menghabiskan waktu dengan bekerja tanpa mengenal istirahat demi mendapatkan hari cuti.

Gadis itu bernama Alianna Ceresha, seorang mahasiswi rantau. Dia mahasiswi yang cukup pintar, rajin dan pekerja keras.

Saat ini dia tengah berjalan di kegelapan malam menyusuri trotoar jalanan yang basah akibat guyuran hujan beberapa menit lalu.

"Aaah lelah nya," gumam dia menangkupkan kedua tangan untuk memberinya kehangatan. Hingga tak terasa dirinya telah sampai di depan pintu sebuah kamar kosan, dia memasukkan gagang kunci ke lubang kunci.

Ceklek.

Suara pintu kamar sebrang terbuka, dari pintu itu tampak seorang Pria berbaju santai dengan celana selutut keluar sembari mendorong sebuah kotak berukuran cukup besar.

"Kamu baru pulang yah Ann." Sapa Pria jangkung itu.

Alianna menoleh. "Eh, iya."

Pria itu tersenyum memangku kotak dan memberikannya ke Anna. "Tadi tukang kurir datang mengirim barang mu, karena kamu belum pulang jadi aku ambil alih deh."

"Makasih, Kak Joe." Menerima barang tersebut seraya tersenyum.

Joenta menatap lekat wajah Anna sampai mendekat. "Kau kurang tidur yah? Atau kecapekan karena kerja?"

"Ah, benar juga. Beberapa hari ini insomnia ku kambuh lagi."

"Aku ada obat tidur, mau coba?"

Segera Anna menggelengkan kepala. "Nggak, aku masih ada stock di rumah."

Manggut-manggut kecil. "Kalo gitu cepat istirahat gih, udah larut malam juga."

"I-iya Kak, sekali lagi makasih. Malam Kak." Pamit Anna memutar kenop pintu dan memasuki kamar.

"Hemm. Malam juga." Sahut Joe tersenyum menatap Anna sampai pintu kamar tertutup rapat.

Kriing... kriing... kriing.

Baru saja dia meletakkan kotak ke atas lemari sandal, suara dering ponsel membuat gerakannya sejenak terhenti.

Dia merogoh benda pipih dari dalam saku mantel lalu mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat nama yang tertera di layar.

"Hallo."

"Anna, syukurlah akhirnya di angkat juga sudah beberapa kali Mama telepon baru nyambung sekarang." Ucap seorang wanita dari sebrang telepon terdengar lega begitu mendengar suara Anna.

Alianna berjalan masuk ke dalam kamar, tak lupa dia mengunci pintu kemudian ia mengganti sepatu dengan sandal rumah baru memasuki kedalaman kamar.

"Hmm, maaf Mah. Ponsel nya baru ku aktifkan lagi."

"Iya nggak apa-apa. Yang penting kamu baik-baik saja. Gimana sayang, besok jadi pulang kerumah kan?"

Gadis itu membawa kotak ke atas meja ruangan, lalu merebahkan tubuh ke atas sofa. "Tentu saja jadi dong Mah. Kan sudah satu tahun nggak bertemu, Anna kan jadi rindu beraat."

Gelak tawa dari sebrang telepon membuat Anna tersenyum tulus seakan rasa lelah yang di rasa perlahan memudar.

"Kalo gitu cepat pulang supaya nggak berat lagi rindu nya."

"Aaah Mama, oh iya. Papa mana Mah?"

"Ada nih, mau ngomong sama Papa?"

"Papa nggak mau ngobrol, suruh cepat tidur dia." Terdengar suara teriakan pria yang menyuruh cepat tidur dari sebrang telepon lagi-lagi membuat Anna tersenyum.

"Nggak ah, nanti di ceramahi."

"Hahaha... yaudah cepat tidur gih sayang, sudah malam juga."

"Iya Mah, Anna tidur dulu." Lalu panggilan pun berakhir.

Alianna melirik kotak yang berada di atas meja dengan senyuman terulas di bibir.

"Semoga Mama suka dengan microwave ini. Jadi gak sabar melihat senyuman Mama." Gumam Alianna mengusap permukaan benda itu. Dia langsung membeli barang itu setelah mendengar microwave milik sang Mama rusak.

"Haah!" Dia menghela napas panjang sembari beranjak ke kamar mandi. "Sebaiknya aku bersiap tidur."

Beberapa saat kemudian.

Malam semakin larut bahkan telah melewati jam dua belas malam, suasana ruangan itu begitu hening nan dingin hanya suara denting jarum jam memecah keheningan. Di atas kasur dengan ruangan yang berselimut kegelapan temaram, Alianna masih terbaring membuka mata menatap lurus ke depan.

"Aku benar-benar tak bisa tidur... Aaarrgh, apa boleh buat." Gumam Alianna bangkit setengah terbaring, dia menyambar botol obat dan gelas di atas nakas.

Anna mengeluarkan beberapa pil obat dari dalam botol lalu menenggaknya. "Aku ingin tertidur tenang."

Kemudian dia kembali terbaring di atas kasur menaikkan selimut sampai leher dan memejamkan mata mencoba tenang agar bisa tertidur hingga seperkian menit akhirnya kesadaran dia mulai menghilang seiring perasaan panas tiba-tiba menyerang tenggorokkannya.

Perasaan sesak perlahan menyergap dada membuat dia sulit bernapas seakan tercekik.

*Apa ini? Ada apa dengan ku...*

Tubuhnya bergetar hebat menggelepar bagaikan ikan yang terlempar ke daratan, kejang-kejang butuh bernapas. Dia terus memegang tenggorokkannya yang terasa panas tercekik itu hingga perlahan pandangannya mengabur menggelap dan tak sadarkan diri.

*Akh!*

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Alizayascreators' thoughts