webnovel

Bertemu kembali dengan Agya

Pukul 15.30. Almira sudah siap-siap untuk pulang. Hari yang sangat melelahkan namun hati dan perasaannya begitu sangat lega karena semua pekerjaannya sudah selesai.

Almira sedang berdiri didepan lobby kantor sambil menunggu taksi online yang baru saja dipesannya. "Semoga Drivernya cepet sampai nih soalnya aku udah enggak sabar buat sampai di rumah," batin Almira yang ingin segera membaringkan badannya yang terasa sangat lelah itu.

Sesekali ada beberapa staf kantor yang sama seperti dirinya belum pulang dari kantor. Diantara mereka banyak yang menyapa Almira dengan sangat ramah dan Almira juga membalasnya dengan sangat ramah pula tidak lupa dengan senyuman manis di pipinya yang sempat hilang ketika ditempa berbagai macam masalah sebelum akhirnya ia bisa bangkit lagi dan kuat seperti sekarang.

"Hari pertama masuk kantor lagi cukup menyenangkan meskipun melelahkan. Ya setidaknya di kantor aku bisa melupakan semua yang telah terjadi," batin Almira yang memang ketika di kantor pikirannya fokus sepenuhnya pada pekerjaannya namun ketika ia di rumah ia selalu saja teringat bayang-bayang kejadian paling memilukan dalam hidupnya.

Suasana kantor sudah mulai sepi dan tiba-tiba saja ada genggaman seorang laki-laki yang menarik tangannya. "Eh!" seru Almira kesal ketika tangannya tiba-tiba ditarik.

Ternyata orang yang menarik tangannya adakah Agya. Orang yang sangat ia benci.

"Kamu?" tanya Almira dengan raut wajah memerah ketika ia menengokan kepalanya ke belakang.

Almira buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman Agya. "Ngapain kamu ke sini?" tanya Almira dengan nada sinis sambil mengangkat alisnya, berjuta-juta rasa kecewa ia tunjukkan dalam raut wajah cantiknya ketika berhadapan dengan laki-laki yang sangat dibencinya itu.

"Mira, aku disini mau minta maaf sama kamu sekaligus aku mau jemput dan anterin kamu pulang ke rumah."

Dengan wajahnya yang seolah-olah tidak memiliki rasa bersalah sama sekali Agya berani berucap seperti itu pada wanita yang hatinya sudah ia hancurkan.

"Apa kamu bilang? Ingat ya kita itu udah enggak ada hubungan apa-apa lagi!" tandas Almira yang berusaha tegar meskipun hatinya begitu sakit melihat wajah pria yang telah menghancurkan hatinya itu.

"Kamu jangan bilang gitu Mira, aku masih sayang dan cinta sama kamu."

Namun Almira berusaha untuk tidak mendengarkan apa yang keluar dari mulut laki-laki itu.

"Ayo aku anterin kamu pulang," ajaknya lagi.

"Enggak usah!"

Akhirnya taksi online yang dipesan oleh Almira datang dan ia segera bergegas pergi dengan berlari. Setelah ia masuk kedalam mobil itu Agya terus mengejarnya dan mengetuk-ngetuk kaca mobil agar Almira mau turun.

"Almira tolong turun, aku mau bicara sama kamu. Aku masih sayang banget sama kamu!" teriak Agya.

"Cekatan pergi, Pak," titah Almira pada Driver itu.

Driver itu langsung menganggukkan kepalanya lalu ia segera menyetir dan meninggalkan Agya yang terus meminta Almira untuk turun.

Selama dalam perjalanan pulang Almira merasa sangat kesal dengan ulah Agya yang datang menemuinya. "Ngapain kamu temuin aku lagi? Apa belum puas kamu hancurkan hidup aku?" lirih Almira dalam hatinya.

Air mata tidak terasa menetes begitu saja. Perasaannya yang tadinya sudah bisa bahagia kini kembali bersedih lagi ketika laki-laki yang sangat dibencinya itu muncul dihadapannya.

Dalam hatinya kini hanya tersisa rasa penyesalan saja mengapa ia harus kenal dengan laki-laki seperti Agya. Laki-laki yang tidak bertanggung jawab sama sekali dan semua kata-kata yang keluar dari mulutnya hanyalah dusta. Hal yang paling disesalkan dari dirinya adalah ia terus berpikir jika mungkin saja jika ia tidak kenal dengan Agya maka ia tidak akan pernah kehilangan wanita yang sangat dicintainya itu.

"Aku trauma dan enggak mau ketemu kamu lagi Agya! Kamu adalah laki-laki paling aku benci di dunia ini dan aku enggak mau berurusan lagi sama kamu! Kamu udah bikin aku hancur!" seru Almira.

Tidak terasa akhirnya, mobil yang ditumpanginya sudah berhenti. Almira segera mengusuap air mata yang ada di pipinya lalu setelah itu ia segera membayar taksi itu dan segera turun untuk masuk ke rumahnya.

Saat sudah sampai didepan pintu rumahnya, Almira segera masuk kedalam kamarnya. Medina yang ada di ruang tamu sambil mengerjakan beberapa tugas perkuliahannya langsung mengerutkan keningnya melihat sang kakak. "Hari ini adalah hari pertamanya Kak Almira masuk kerja lagi tapi kok kayaknya dia sedih gitu? Apa yang sudah terjadi?" batinnya yang langsung menutup laptopnya dan ia segera berniat untuk menemui Almira didalam kamarnya.

Medina segera mengetuk pintu kamar sang kakak sebelum akhirnya ia langsung masuk dan menemui Almira.

Saat masuk ia langsung terkejut saat mendapati Almira yang tengah menangis. "Kak Mira? Apa yang terjadi Kak? Kenapa Kakak nangis?" tanya Medina khawatir.

"Enggak kok," balas Almira sambil tersenyum menutupi kesedihannya.

"Kak. Aku ini adik kamu loh, Kak. Cerita aja? Apa Bos di Kantor Kakak marah? Atau apa Kak?"

"Enggak kok, Bos di kantor Kakak justru baik banget sama Kakak."

"Lalu apa Kak?"

Almira mencoba untuk menenangkan diri sendiri agar ia bisa bercerita tentang apa yang terjadi saat sebelum ia pulang ke rumah.

"Jadi tadi Kakak ketemu sama Agya dan dia nyamperin Kakak di kantor," jelas Almira sambil terus mengusap air mata yang terus mengalir.

"Astaga! Laki-laki itu lagi? Ngapain sih dia temuin Kakak lagi!" seru Medina yang ikut-ikutan kesal mendengar nama itu.

"Kakak juga enggak tahu tapi hati Kakak sakit banget lihat wajah dia yang merasa enggak bersalah sama sekali. Kakak merasa sangat menyesal udah kenal sama dia," ucapnya.

Medina segera memeluk Almira dan mencoba mengusap punggung sang kakak. "Kakak yang sabar ya lagian aku juga kesel banget tapi kok dia bisa-bisanya nyamperin Kakak ke kantor. Enggak tahu malu banget emang tuh orang," gerutu Medina.

"Aku ngerti banget perasaan Kak Almira sekarang, kasihan banget dia. Pasti juga enggak mudah buat lupain laki-laki yang udah lama bersama dia," batin Medina.

Sekarang Medina benar-benar berperan penting untuk menguatkan Almira. "Medi, Kakak minta maaf ya sama kamu."

"Minta maaf? Kakak enggak salah kok ngapain minta maaf?"

"Maaf karena Kakak selalu saja merepotkan kamu dengan semua masalah-masalah yang Kakak punya."

Medina langsung menatap wajah sang kakak. "Lihat aku, Kak. Aku itu adik Kakak satu-satunya dan sudah sewajarnya kita saling support. Pokonya kalau ada apa-apa Kakak jangan pernah sungkan untuk cerita sama aku ya Kak."

Almira langsung mengangguk pelan. "Aku bersyukur banget punya adik yang sangat baik kayak kamu Medi. Bagi aku kamu bukan hanya sekedar adik tetapi peran kamu itu sangat besar dalam hidup aku apalagi disaat-saat seperti ini. Aku enggak tahu lagi gimana jadinya kalau enggak ada kamu yang selalu menguatkan aku," jelas Almira sambil menatap wajah sang adik dengan tatapan yang sangat tulus.

"Kak, Kakak itu perempuan spesial. Aku juga bersyukur banget punya Kakak baik dan selalu mencintai aku," balas Medina.

Setelah kepergian Mama Alda memang keduanya semakin dekat dan akrab. Mungkin setelah semua permasalahan datang menghampirinya itu membuat mereka berdua bisa bersikap dewasa.

Meskipun mereka sekarang hanya tinggal berdua di rumahnya namun kehangatan itu tetap terasa meskipun kadang-kadang rasa sepi dan dingin itu ada disaat mereka benar-benar lelah dan merindukan sosok ibu yang selalu ada disamping mereka.