"Arsen?!"
Laki-laki itu tersenyum. Bukan, lebih tepatnya menyeringai. Aku sudah seperti tertangkap basah, apalagi dengan kondisi Naren tertidur tanpa atasan. Aku memegang kedua kepalaku. Pusing.
"Bangunkan dia, Mbak."
Arsen beranjak menuju salah satu kursi di sana.
Sekali lagi aku menoleh pada Naren yang masih pulas. Tanganku terulur hendak menggoyangkan badannya, namun urung saat melihat dengan teraturnya dada bidang itu naik turun.
Aku gunakan telunjukku untuk membangunkannya. Ku tekan-tekan lengannya yang terbuka.
"Naren, bangun."
"Mbak, dia nggak akan bangun kalo cara banguninnya kayak gitu."
Jadi, gimana dong? Aku nggak mau menyentuhnya. Kulihat Arsen menggelengkan kepalanya. Lalu kembali berdiri.
"Okeh, kalo gitu aku pergi aja, Mbak. Kalian ditunggu Mama sama Papa di bawah untuk sarapan bersama."
Hah?!
Mataku melebar. Namun belum sempat aku menanyakan sesuatu, Arsen sudah pergi dan masuk ke lift.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com