"Itu hanyalah mimpi, makhluk jahanam dan sadis seperti mereka tak akan pernah mau berdamai dengan kita" jawab Shaman dengan tegas.
"Benar katanya, Demon King yang sekarang tidak akan mungkin berdamai bahkan meski pun orang di sekelilingnya berusaha membunuhnya. Itu sudah lumrah di kalangan mereka" ujar Hart membenarkan perkataan dari Shaman.
Shaman maupun Hart tak yakin akan keinginan dari Phoenix yang menginginkan bahwa bahwa Ras Human dan Ras demon hidup berdampingan, karena itu adalah hal yang sangat mustahil bagi kedua belah pihak untuk bersatu dengan mudah.
Pada awalnya Ras Human hidup rukun sebelum kedatangan Ras demon melakukan Invasi ke kampung halaman para Human, bahkan sekarang yang menguasai kerajaan Human adalah para Demon itu sendiri, sedangkan para penduduk pribumi sedang di jajah dan paksa melakukan pekerjaan tanpa upah.
Tapi meski pun begitu, Phoenix tetap berharap bahwa mereka bisa hidup berdampingan suatu saat nanti, karena sudah pasti mereka memiliki alasan untuk melakukan sesuatu kepada mereka.
"Jika aku tak yakin dengan perkataan Ayahanda, lalu siapa lagi yang akan mempercayai dan mengemban tekadnya itu, bukti kecilnya adalah dengan kita sekarang, bisa hidup berdampingan dengan paman ini seolah kita bukanlah dari Ras yang berbeda" ujar Phoenix membalas perkataan mereka.
"Buka itu yang aku pikirkan, aku hanya merasa bahwa yang seharusnya terjadi bukanlah itu saja, karena setela ini kita tak tahu apa yang akan di lakukan pada kita dan orang lain di luar sana, bisa jadi dia diam dan tidak menyerang kita karena dia merasa masih bisa memanfaatkan kita, jika nanti dia sudah mendapatkan semua apa yang dia butuhkan, kemungkinan besar dia akan membunuh kita di sini"ujar Shaman dengan sedikit nada tinggi kepada mereka dan langsung pergi keluar.
"Shaman, Shaman, Shaman, kau mau kemana, di luar sudah gelap dan berbahaya" ujar Phoenix menahan Shaman agar tidak pergi terlalu jauh.
"Temani saja paman itu di sini, aku akan mengejarnya" ujar Alcha dan terus mengikuti Shaman dari belakang.
Yang tersisa hanya mereka berdua sekarang, Hart dan Phoenix melanjutkan obrolan mereka.
"Kenapa kau tidak mengejarnya, bukankah dia saudaramu" ujar Hart dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Sebenarnya kami bertiga bukanlah saudara, orang tua kami adalah sahabat. Demi menyelamatkan kami dari amukan para Demon kami di kirim ke sini mengadu nasib di tengah hutan belantara, dan orang tua kami tak pernah kembali menemui kami menandakan bahwa mereka sudah tak lagi hidup dalam peperangan 7 tahun silam" Phoenix sedikit menceritakan kisahnya.
"Jadi begitu rupanya, wajar jika dia sangat membenci kami para Demon" jawab Hart sambil mengusap wajahnya.
"Bukan hanya itu, sebenarnya di antara kami bertiga dia adalah orang yang menyaksikan bagaimana Orang tuanya di bunuh di depan matanya bahkan kakak perempuannya di perkosa di hadapannya lalu di pancung dengan kejam oleh pasukan Demon yang waktu itu menyerang desa nya, sehingga ketika Ayahku memungutnya waktu itu dia tampak seperti tak ada niat untuk hidup, dan sajak saat itu dia berambisi untuk menjadi kuat dan terus berlatih menggunakan pedang dan cara bertarung untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya dan kakaknya" Phoenix menambahkan ceritanya kepada Hart yang saat ini masih terkapar sakit dan tak berdaya karena lukanya.
"Jadi bagaimana bisa paman di buru oleh mereka, dari lencana yang terlihat paman ini sepertinya seorang admiral dan berpangkat tinggi dalam pasukan, jika hanya membantu para Human seharusnya bukanlah hal yang membuat paman di buru seperti ini bukan?" lanjut Phoenix bertanya pada Hart.
"Baiklah, akan ku ceritakan kebenarannya padamu, anggap saja ini tambahan khusus buat mu karena telah membela dan mempercayai ku" ujar Hart dan langsung memulai menceritakan banyak hal tentangnya kepada Phoenix.
"Seperti yang kau katakan, aku adalah admiral dalam pasukan, aku adalah orang terpandang yang menjunjung tinggi keadilan, aku sudah di hormati sejak aku belum datang ke tempat ini, aku hanyalah seorang yang bodoh dalam membedakan mana perintah dan mana larangan karena terlalu menjunjung tinggi keadilan ku. Hingga pada suatu saat aku di utus oleh markas pusat untuk membantu Invasi ke kampung halaman kalian, aku akhirnya mendapatkan banyak prestasi dan di akui oleh semua orang. Sampai pada suatu waktu aku mengetahui bahwa mereka buka hanya ingin menginvasi tempat itu, melainkan untuk memusnahkan seluruh Ras Human seutuhnya. AKu yang mendengar hal itu tentu saja menolak gagasan mereka karena aku sangat menyukai banyak hal tentang kalain mulai dari perbedaan adat dan budaya, berbagai macam tradisi dan keunikan yang hanya ada di dalam Ras kalian para human. Aku bahkan mulai bergerak sendiri membantu beberapa tawanan melarikan diri dari tempat tahanan, bahkan aku membiayai perjalanan mereka, aku berharap mereka yang berhasil melarikan diri bisa selamat sampai ke negeri seberang dan meminta pertolongan, Namun siapa sangka di antara mereka justru ada mata-mata dan melaporkan kejadian itu kepada Tuan Satan yang sedang menjadi pemimpin baru saat ini" cerita Hart tiba-tiba berhenti dan terdengar isak tangis dari bibirnya yang pucat itu.
"Aku tak pernah tahu ada cerita seperti itu" ungkap Phoenix kepada Hart.
"Bukan hanya itu, mereka yang ketahuan melarikan diri langsung di penggal di tempat, sehingga ketika aku mendengar hal itu aku langsung merasa seperti dunia ini tak lagi ku pijak, langit tak lagi ku pandang, mereka yang seharusnya ku selamatkan akhirnya terbunuh karena ulahku" lanjut Hart menceritakan kepada Phoenix
"Jadi sejak saat itu Paman di buru oleh mereka?" tanya Phoenix.
"Saat itu aku masih belum di curigai sebagai pelakunya, itu di anggap sebagai insiden melarikan diri" jawab Hart.
"lalu bagaimana bisa Paman di buru seperti ini jika bukan itu penyebabnya?" tanya Phoenix lagi.
"Iya, sejak saat itu aku memikirkan cara menyingkirkan pengkhianat di antara Ras Human, sehinga berbulan-bulan lamanya para petinggi tak menerima laporan apapun tentang hilangnya para tahanan secara tiba-tiba, dan sejak saat itu juga Tuan Satan melakukan pergerakan secara diam-diam dan memata-matai setiap orang oleh orang kepercayaanya. Sehingga aku dan para rekan ku yang satu pemikiran mulai di curigai dan di jebak oleh mereka, satu persatu dari kami mulai di eksekusi di depan umum dengan brutal dan sadis. Bahkan siapapun yang membantu kami akan di ancam untuk di eksekusi juga, sehingga kami merasa terpojok dan berniat melarikan diri, namun semua rekan dan bawahanku yang satu pemikiran dengan ku mulai tertangkap satu persatu hingga tersisa hanya aku seorang dan berhasil melarikan diri sampai ke hutan ini, aku tak menyangka akan di tolong oleh anak remaja seperti kalian"
BERSAMBUNG....