"Tidak, dihatiku sudah ada orang lain. " Ujar Adnan mantap sambil membayangkan wajah tembamnya Bilqis yang menurutnya sangat imut apalagi suaranya.
~New Chaps~
Waktu istirahat pun tiba semua siswa-siswi berhamburan keluar menuju kantin karena cacing-cacing di perutnya sudah konser, begitu juga dengan sepasang sahabat itu. Namun ketika baru saja beberapa langkah tiba-tiba pria berkulit tan menghentikan langkahnya.
"Kalian tidak mengajakku?" Tanya pria itu sendu padahal itu hanya pura-pura.
"tidak, " Sahut Bilqis ketus.
"loh kenapa? " Beo Rey heran.
"tanyakan saja kepada sahabat licikmu," Sahut John menimpali, yang tiba-tiba sudah berada didepan mereka.
"yasudah jika Evans tidak boleh ikut, aku juga tidak jadi ikut, " Ujar Rey.
"siapa juga yang mengajakmu? " Tanya Bilqis acuh.
"ayo Na, kita ke kelas bang Gibran dulu setelah itu ke kantin, " Ucap John.
Gadis mungil itu mengernyitkan keningnya seakan bertanya 'kok bisa'?
"bang Gibran yang memintanya," Sahut John sambil tersenyum tipis, padahal itu hanya alibinya saja.
Bukankah kebohongan untuk kebaikan itu tidak masalah?
"Aku tidak diajak nih?" Tanya Bilqis sambil menunjuk diri sendiri.
"ya tentu saja kau ikut, " Jawab Anna. "boleh ya bang? Supaya ada temannya juga, masa iya aku perempuan sendiri, " Sambungnya meminta persetujuan dari sepupunya.
Pria berlesung pipi itu hanya menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum tipis yang membuat gadis mungil itu bersorak senang karena sahabatnya diperbolehkan ikut.
Kemudian ketiga makhluk berbeda jenis kelamin itu segera beranjak menuju kelas 12A dimana pria berkulit putih pucat itu duduki.
Sesampainya disana Gibran terlihat mengangkat satu alisnya seakan bertanya tentang kehadiran dua gadis cantik yang mengekor dibelakang saudara kandungnya.
"begini bang, aku sengaja mengajak Anna untuk bergabung karena pria brengsek itu selalu mencari kesempatan dalam kesempitan, " Jelas John. "dan soal Bilqis, Anna sendiri yang meminta agar menemaninya, " Sambungnya.
"yasudah, tak masalah, " Sahut Gibran sambil tersenyum tipis. "jangan harap kau bisa menyentuh Anna lagi, " Sambungnya dalam hati.
"yasudah kalau begitu ayo kita ke kantin, " Ajak Adnan.
Mendengar interupsi dari pria berbahu lebar itu membuat mereka mau tak mau segera melangkahkan kakinya menuju kantin, seperti biasanya sepanjang koridor kelima makhluk berbeda jenis kelamin itu menjadi pusat perhatian siswa-siswi.
Terutama pria berkulit putih pucat yang merangkul mesra sepupu adiknya, sedangkan John hanya sesekali melirik nya dengan tatapan yang sulit diartikan begitu juga dengan pria berbahu lebar yang mencuri-curi pandang kepada Bilqis yang berjalan disampingnya.
Bisikan-bisikan netizen pun mulai bersuara.
"๐๐ฆ๐บ ๐ช๐ต๐ถ ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ-๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ ๐ฌ๐ข๐ฌ ๐๐ช๐ฃ๐ณ๐ข๐ฏ ๐ข๐ต๐ข๐ถ ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ? "
"๐ธ๐ฉ๐ข๐ต ๐ฅ๐ฆ๐ฎ๐ช ๐ข๐ฑ๐ข ๐ช๐ต๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฌ ๐๐ช๐ฃ๐ณ๐ข๐ฏ? "
"๐๐ฌ๐ถ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ค๐ข๐บ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต๐ฏ๐บ๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ด๐ช๐ฌ๐ข๐ฑ ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ช๐ด ๐ฌ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข ๐ด๐ฆ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ธ๐ข๐ฏ๐ช๐ต๐ข ๐ญ๐ข๐จ๐ช, "
"๐๐๐ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ด๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ต ๐ช๐ณ๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ฆ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐ข๐ฏ ๐ช๐ต๐ถ, "
"๐ฑ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ฏ ๐จ๐ข๐ฏ๐ต๐ช๐ช๐ฏ ๐ฑ๐ฐ๐ด๐ช๐ด๐ช๐ฏ๐บ๐ข, "
"๐ฑ๐ข๐ด๐ต๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ฆ๐ญ๐ฆ๐ฉ ๐ด๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ช๐ณ๐ช ๐ฌ๐ข๐ญ๐ข๐ถ ๐ฅ๐ข๐ฑ๐ข๐ต ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ฉ๐ข๐ต๐ช๐ข๐ฏ ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ช ๐ช๐ต๐ถ, "
"๐๐ข๐ฌ ๐๐ฅ๐ฏ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐๐ช๐ญ๐ฒ๐ช๐ด ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ช๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐ฎ๐ข๐ด๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ต๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ฆ๐ฉ, "
"๐๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ช๐ถ๐ฎ ๐ฃ๐ข๐ถ-๐ฃ๐ข๐ถ ๐ข๐ณ๐ฐ๐ฎ๐ข ๐ต๐ฉ๐ฆ ๐ญ๐ฐ๐ท๐ฆ ๐ต๐ณ๐ช๐ข๐ฏ๐จ๐ญ๐ฆ, "
"๐ฌ๐ฐ๐ฌ ๐ฃ๐ช๐ด๐ข? "
"๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต ๐ด๐ข๐ซ๐ข ๐ด๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ช๐ณ๐ช, ๐๐ฐ๐ฉ๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ช ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ค๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ณ๐ถ ๐ฅ๐ช๐ข๐ฏ๐ต๐ข๐ณ๐ข ๐ฌ๐ข๐ฌ ๐๐ช๐ฃ๐ณ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐จ๐ข๐ฅ๐ช๐ด ๐ช๐ต๐ถ, "
"๐ธ๐ข๐ฉ ๐ฌ๐ข๐ถ ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข, "
Dan masih banyak bisikan-bisikan yang lainnya.
~Kantin~
Sesampainya disana mereka masih menjadi pusat perhatian para ๐ฉ๐ถ๐ฎ๐ข๐ฏ, namun mereka menghiraukannya dan lebih memilih untuk segera mencari meja yang masih kosong, kebetulan mereka mendapatkannya yang paling sudut, sehingga tidak akan tersenggol oleh pengunjung lainnya tak lupa pula segera memesan makanannya.
"Ibu pesan bakso dan orange juice masing-masing 5," Ucap John ramah kepada wanita paruh baya berperawakan tambun yang diketahui sebagai pemiliknya.
"oke, " Sahut Ibu Ijah sambil tersenyum ramah.
Kemudian Ibu Ijah pun segera menghilang dibalik pintu dapur, sedangkan kelima makhluk berbeda jenis kelamin itu berbincang-bincang sambil menunggu pesanan datang.
"Bang John, Bilqis, kenapa barusan kalian melarang Evans ikut dengan kita? " Tanya gadis mungil itu ragu.
"karena jika dia diperbolehkan ikut, nanti wajahmu murung seperti kemarin, " Sahut Bilqis sambil tersenyum tipis.
"Bilqis benar, selain itu kamu lebih banyak diam tanpa sepatah katapun, " Timpal John.
"loh bang John tahu darimana? " Tanya Anna heran.
"tak perlu diberitahu pun sudah terlihat dari perubahan sikapmu Na, " Jawab John mantap.
"Kau tak perlu takut lagi, karena aku akan selalu menemanimu, " Ujar pria berkulit putih pucat itu sambil tersenyum tipis.
"Kak Gibran apa kau yakin hanya dirimu? " Tanya Bilqis tak percaya.
"emm_anu_ maksudku kita semua, " Sahut Gibran gelagapan.
"Aku mencium aroma jatuh cinta nih, " Sindir Adnan sambil tersenyum jahil kepada sahabatnya.
"memangnya aku jatuh cinta kepada siapa? " Pertanyaan bodoh itu spontan keluar dari bibir Gibran dengan mulus.
"padahal aku hanya menebak saja loh, tapi kenapa kau bertanya seperti itu? Oh aku tahu atau jangan-jangan_ mphhhh, " Ucapan Adnan terpotong karena bibirnya dibungkam dengan tangan kekar sahabatnya.
"Aku hanya salah bicara, jadi kau jangan berkata yang tidak-tidak, " Ucap Gibran kesal setelah itu kembali melepaskan tangannya.
"ya, ya, ya terserah kau saja, " Jawab Adnan malas.
"tapi aku sangat berterimakasih kepada kalian karena sudah peduli kepadaku, " Ucap gadis mungil itu sambil tersenyum penuh arti.
"iya Na, itu sudah menjadi tugasku_ eh ralat kita sebagai orang-orang terdekatmu. Benar kan John, Kak Gibran dan Kak Adnan? " Sahut Bilqis sambil meminta persetujuan dari ketiga pria tampan tersebut yang segera diangguki oleh mereka.
"tapi mungkin sekarang bagiku berbeda, dia adalah sosok yang spesial dihidupku, " Bathin??
Baru saja selesai berbincang, Ibu Ijah datang dengan membawa makanan yang dipesan oleh mereka.
"ini pesanannya dan selamat menikmati, " Ucap Ibu Ijah sambil tersenyum ramah.
"terima kasih bu, " Sahut Anna sambil membalas senyumannya.
Setelah itu mereka segera menyantap makanannya dengan suasana hening.
Disisi lain, terlihat pria berkulit tan itu sedang berpura-pura merasa sebal kepada gadis mungil itu didepan Rey, karena memang tujuannya adalah menghasut pria berparas maskulin itu yang hanya dianggap 'sahabat palsu' agar membenci mantan (kekasih) nya.
"ck, aku sebal kepada mereka pakai segala melarangku kekantin bersama, padahal aku berniat untuk berteman, " Gumam Evans sambil berdecak sebal.
"sabar ya Vans, " Ucap Rey prihatin.
"tidak bisa Rey, aku yakin pasti ini ulahnya Anna, " Sahut pria berkulit tan itu berapi-api.
"Anna? Setahuku dia tidak begitu, " Ujar Rey ragu.
"kau tak tahu sifat dia yang sebenarnya, " Jawab Evans dengan memasang wajah jengkel.
"memangnya bagaimana? " Tanya Rey penasaran.
"rupanya Rey mulai termakan dengan ucapanku, " Smirk Evans dalam hati.
"begini Rey, dia sebenarnya sombong waktu masih sekolah di Bogor, Anna selalu berkata bahwa aku tidak pantas untuk bergabung dengan sahabat dan juga dirinya, " Tutur Evans dengan wajah sulit diartikan.
"serius? " Tanya Rey tak percaya.
"iya Rey, aku serius. Maka dari itu aku sangat yakin bahwa ini pasti ulahnya dia, " Sahut Evans meyakinkan 'sahabat palsu' nya.
"Aku tak menyangka ternyata dia mempunyai sifat buruk, mentang-mentang berprestasi jadi sombong begitu, " Ucap Rey kesal.
"hahaha akhirnya Rey percaya dengan bualanku, ternyata mudah juga membohongi orang sepertinya, " Bathin Evans sambil tertawa puas.
~^_^~
Tak lama kemudian waktu pulang pun tiba, semua siswa-siswi segera beranjak kerumahnya masing-masing termasuk Anna dan kedua pria tampan itu, namun ketika mereka hendak naik kendaraan roda empat tersebut tiba-tiba pria berkulit tan itu mendekat, wajah gadis mungil itu berubah murung seketika.
"Kak Gibran, John, bolehkah aku meminjam Anna hanya hari ini saja? sekalian ingin membicarakan sesuatu, " Ujar Evans dengan wajah ramah yang dibuat-buat.
"Aku janji akan mengantarkan dia pulang kerumah kalian dengan selamat, " Sambungnya meyakinkan mereka.
"tidak bisa, dia harus belajar, " Jawab Gibran datar.
"lagi pula apa yang ingin kau sampaikan belum tentu penting, " Sahut John menimpali.