webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Fantasi
Peringkat tidak cukup
49 Chs

Care

Dan masih banyak komentar lainnya. Ketika sedang berjalan langkahnya terhenti karena tiba-tiba Nanda bergelayut manja di lengan kekarnya John sedangkan pria berlesung pipi tersebut merasa risih.

~New Chapters~

"John, ayo pergi ke kelasnya denganku saja. " Ajak Nanda manja namun justru terdengar menjijikkan diindera pendengarannya.

"Yakk Nanda lepaskan tanganku aku risih dan malu dilihat banyak orang. " Ujar John kesal.

"Kenapa kau malu? Kau kan milikku." Sahut Nanda tak terima. "Hei j***ng kenapa kau masih disini? Pergi sana." Lanjutnya sambil mengusir gadis mungil itu.

"Kau barusan menyebut Anna apa?" Tanya John dengan suara tidak bersahabat.

" J***ng, memang dia j***ng kan? Dia sudah berani merebutmu dariku? Dia juga selalu tebar pesona kepada pria lain. Kenapa kau terlihat tidak suka? " Cecar Nanda.

"Kau harus sadar diri Nanda kau yang pantas disebut J***NG! Dengan merasa percaya diri kau menyebutku milikmu? Dengar baik baik Nanda, jika aku mendengar mu memanggil Anna dengan sebutan itu lagi, aku tak akan segan segan menamparmu, ingat itu!." Sentak John dengan penuh penekanan disertai death glarenya.

Setelah itu dia menghempaskan tangannya gadis agresif itu dengan kasar dan segera menarik Anna untuk segera masuk ke kelas. Sedangkan gadis mungil itu sendiri merasa sedih karena sudah dipanggil dengan sebutan itu.

Sesampainya dikelas John kembali mengingatkan sepupunya.

"Ingat ya Anna nanti istirahat kekantin nya bersama abang." Ujar John.

"Tapi kenapa bang? tidak biasanya seperti ini." Sahut gadis mungil itu heran.

"Sudah ikuti saja perintahku, jangan lupa ajak Bilqis juga." Titah John tak suka.

"Iya bang." Jawab Anna singkat.

Kemudian gadis mungil itu pun berjalan menuju tempat duduknya, seperti biasanya dia disambut dengan celotehan yang keluar dari mulut Bilqis.

"Na apa benar si Nanda menyebutmu dengan sebutan kasar itu? Kalau memang benar kenapa kau diam saja? Andai saja aku yang berada disampingmu aku tak akan segan segan untuk menampar dan menarik rambutnya keras-keras." Celetuk Bilqis.

"Kau tahu darimana Bil?." Tanya Anna kelewat santai.

"Yakk Anna kau sudah disebut seperti itu masih bisanya kau bersikap santai, hatimu terbuat dari apa Na? Kau jangan terlalu baik kepada orang-orang yang bersifat seperti mereka." Cecar Bilqis kesal.

"Habis mau bagaimana lagi Bil, itu kan sudah terjadi ya meskipun hatiku terasa sedikit nyeri mendengar sebutan kasar itu." Sahut Anna meringis.

"Benar juga sih, tapi lain kali kau jangan diam saja jika dibilang seperti itu lagi." Ucap Bilqis.

"Iya Bil." Sahut Anna singkat. "Oh ya Bil, nanti istirahat kita kekantin nya tidak hanya berdua." Lanjutnya.

"Hah maksudnya?." Tanya Bilqis tak faham.

"Baru saja bang Gibran dan bang John meminta kita untuk gabung dengan mereka, pasti kak Adnan juga ada." Jelas Anna.

"Hmm aneh tumben sekali mengajak kita, apalagi kak Gibran juga meminta nya." Ujar Bilqis.

"Tapi Bil, sebaiknya kita menuruti mereka saja." Sahut Anna.

"Iya Na, siapa tahu kita jadi lebih dekat." Jawab Bilqis.

KRINGGGKRINGGGG

Istirahat pun tiba pria berlesung pipi itu segera mendekat ke arah Anna dan Bilqis, seakan mengerti mereka segera bangkit dari duduknya. Kemudian ketiga makhluk berbeda jenis kelamin itu segera bergegas menuju kelas XII A dimana Gibran duduki sesampainya disana mereka segera masuk kedalam kelas tersebut lalu menemui Gibran dan Adnan.

Tanpa berkata apapun mereka segera beranjak ke kantin, sepanjang koridor banyak yang memperhatikan kelima orang tersebut.

Bagaimana tidak pria berkulit putih pucat itu yang terkenal dingin kepada lawan jenisnya telah luntur dimata siswa siswi sekolah tersebut karena hari ini dia kembali berjalan dengan dua orang gadis sekaligus ya meskipun ada John dan Adnan sahabatnya mereka merasa heran. Namun berbeda bagi kaum hawa yang memuja Gibran, mereka iri melihat Anna dan Bilqis yang kelihatan cukup akrab.

Sebenarnya mereka merasa risih ditatap oleh siswa siswi seperti itu, namun mereka memilih acuh. Sesampainya dikantin pun mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung kantin tersebut, namun sekali lagi mereka acuh dan segera duduk dimeja yang masih kosong. Pria berbahu lebar itu sendiri masih heran dengan keberadaan nya dua gadis cantik itu, tanpa ragu dia bertanya kepada Gibran.

"Gibran apa kau yang mengajak saudaramu dengan temannya? " Tanya Adnan penasaran.

"Apa kau lupa Adnan, bukannya kemarin kau menyuruhku untuk melindunginya?." Ujar Gibran datar.

"Oh iya aku hampir saja lupa, jadi itu yang membuat mu mengajaknya begitu?" Sahut Adnan yang mengerti maksud pembicaraan sahabatnya.

Hatinya merasa lega akhirnya pria berkulit putih pucat itu menuruti perintahnya dan sudah ada sedikit perubahan darinya begitu pikirnya.

"Kalian bicara tentang apa?" Tanya Bilqis penasaran.

"Bukan apa-apa. " Jawab Adnan singkat sambil tersenyum.

Bilqis melirik Anna seakan bertanya, namun sahabatnya tersebut justru mengangkat kedua bahunya karena jujur dia sendiri tidak mengetahui maksudnya.

"Kalian mau pesan makanan apa?" Tanya John yang mencairkan suasana.

"Aku samakan saja denganmu bang." Sahut Anna.

"Bagaimana denganmu Bilqis?" Tanya John.

"Aku seperti Anna juga, samakan saja dengan pesanan mu." Jawab Bilqis.

"Yaudah kalau gitu aku akan memesannya." Ujar John.

"Hei John kau melupakan kami. " Protes Adnan menunjuk dirinya sendiri dan juga Gibran.

"Sudahlah Nan memangnya kau mau ganti menu lain? Biasanya juga sama. " Ujar Gibran datar.

"Oh iya kau benar juga Gib, kok aku jadi pelupa begini ya." Jawab Adnan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Pria berlesung pipi itu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat dari saudara kandungnya lalu dia segera beranjak untuk memesan makanan, sedangkan Anna dan Bilqis terlihat sangat canggung karena mereka tidak terbiasa makan dengan kedua pria tersebut, bahkan duduk pun tidak pernah.

Apalagi Anna meskipun ada hubungan keluarga dengan Gibran namun tetap saja dia merasa canggung, karena pria berkulit putih pucat itu tidak menyukai suasana seperti ini akhirnya mengalah membuka suara.

"Kenapa kalian diam saja?" Tanya Gibran datar pada Anna dan Bilqis.

"Tidak bang, hanya saja kita tidak tau harus bicara apa. " Sahut Anna kikuk.

"Benar kak, apalagi jika aku bicara akan susah mengendalikannya. " Timpal Bilqis.

"Apa kau suka berkata kasar? " Tanya Adnan penasaran kepada Bilqis.

"Bukan begitu kak, maksudku dalam artian susah berhentinya karena aku sangat cerewet. " Jawab Bilqis sambil tersenyum canggung.

"Syukurlah kalau kau mengakuinya. " Ujar Anna.

Sedangkan Adnan hanya menggelengkan kepalanya saja, menurutnya kepribadian Bilqis sangat unik bahkan suaranya pun unik.

"Kalian tak perlu canggung begitu. " Ujar Gibran.

"Iya bang " Sahut Anna singkat.

Tak lama kemudian John membawa nampan yang berisi makanan dan minuman sesuai pesanannya.