"barang siapa yang menjadikan burung gagak sebagai dalil,maka ia akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing"
(iman Asy Syafi-i)
Tiga hari selang peristiwa pertempuran dengan ratu kuntilanak.
Siang itu aku menerima telpon dari sesorang .
"hallo ...assalamualaikum" jawabku.
Walaikum salam "ini pak Dinar kah? iya bu,ada apa ya bu?,"gini pak saya saya disuruh pak wardin dari jambi menghubungi bapak,katanya dia tidak bisa datang Ke Bengkulu,mendengar nama itu aku langsung tau kalau ini adalah masalah gaib.minimal ngobatin orang sakit.
"dia memberikan nomor hp bapak ke saya,iya bu memang ibu ada masalah apa? Panjang ceritanya pak,ini masalah suami saya,sekarang dia lagi sakit,apa bpk bisa datang kerumah saya sekarang? oh,iya bu ini saya lagi kerja saya bisa datang nanti malam habis isya bu gimana?, baiklah pak tidak apa-apa nanti say sms kan alamatnya,benar ya pak kami tunggu dirumah kami,baik bu, timpal ku.
Jam 4 sore aku sudah pulang dari kerja,aku berpikir sebaiknya aku menelpon pembimbingku dulu untuk meminta petunjuk darinya karena ini adalah informasi dan rujukannya. Panjang lebar kami berbincang banyak saran-saran yang kudapatkan darinya yang belum tentu aku dapatkan dari seorang guru sekalipun,ternyata bagiku bukanlah hanya sekedar pembimbing tapi lebih bahkan sepatutnya dia menyandang gelar guru bagiku.
Dinar!..ini ada petunjuk dari kanjeng sunan kalijaga yang juga merupakan guru saya,nanti setelah sholat magrib kamu duduk sebentar dan siapkan hp dan headset,saya akan mentransfer ajian cakra manggilingan,yang dulu saya dapatkan dari beliau,mungkin auranya agak panas,saya akan mentransfer separuh dari energi ajian cakra manggilingan dan untuk memperkuatnya nanti kamu lakukan sendiri.
"baik dang" jawabku.
Hati-hati dalam deteksi gaib,malam ini lawanmu lumayan berat,bila perlu gunakanlah ajian cakra manggilingan itu, apa lagi kalau nanti lawanmu banyak.
Aku bersiap-siap untuk menuju rumah ibu yang menelponku tadi siang,benar saja ternyata aku sudah di tunggu oleh keluarga besar mereka,kulihat di ruangan tamunya agak ramay tapi itu semua anggota keluarganya. Di sebelah dinding ruangan kulihat ada sebuah tempat tidur dan di atasnya ada seorang lelaki paruh baya yang seperti sedang sakit,aku langsung di suruh menghampiri lelaki yang terbaring itu. lelaki itu tidak tidur iya selalu mengigau tapi tidak jelas apa yang dikatakannya,tangannya mengipas-ngipas seperti kepanasan,sorotan matanya kosong,rupanya dia sudah tidak bisa mengenali orang lagi.
Aneh juga padahal katanya baru tiga hari iya sakit tapi sudah tidak bisa mengenali orang-orang terdekatnya,kalau melihat dari fisik ia masi cukup sehat,badanya tidak kurus,masi gempal dan perutnya pun masi buncit normal dan tidak keras,hanya saja kulitnya memang sudah sangat pucat apalagi kalau memang dia tergolong mempunyai kulit putih.
Kucoba meminta air segelas dan kualiri dengan tenaga murni,air tersebut kusuruh diminumkan dan diusapkan kedadanya,ternyata sangat sulit untuk menyuruhnya minum setengah gelas saja,terpaksa pakai sendok makan seperti bayi,dan dadanya setelah di usap dengan air tersebut menimbulkan warna merah,melihat hal itu aku langsung mundur dan meminta istrinya untuk menceritakan awal mula kejadiannya,kemudian istrinya bercerita.
Suaminya baru pulang dari umroh ke tanah suci,tapi dia berangkat tidak pamitan dengan keluarganya orang tua,istri dan anak-anaknya.
Dan setelah pulang nyampai rumah tiba-tiba dia ambruk dan sampai sekarang belum bisa sadar pikirannya.
Mendengar cerita tersebut aku mencoba menembus ke dalam bathin lelaki tersebut,yang kudapatkan hanya pemandangan aneh,sebuah padang pasir yang sangat luas,cahaya matari terik,tak ada tanda-tanda kehidupan di sana,langsung kututup penerwanganku,sepertinya orang ini sudah mati pikirku,tapi siapa yang ada didalam jasadnya? kenapa dia masih seperti bernafas walaupun tersengal-sengal dan sesak,secara kasat mata dia masi hidup.
Terus apakah mungkin aku mengatakan keluarganya kalau dia sudah mati sedangkan menurut penglihatan mereka dia masih hidup,tentu nantinya aku yang mereka bilang sakit bukan suaminya.
Jadi bingung harus mengatakan apa,sejenak aku berfikir sambil terdiam...akhirnya aku beranikan memberi penjelasan,"bu...keberadaan saya disnin ditugaskan pembimbing saya untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini,tapi hasilnya nanti saya tidak bisa memprediksi karena semua sudah ada yang maha menentukan hasil setiap usaha yaitu gusti Allah,bapak bisa saja sembuh tapi bisa juga tidak,dan kemungkinan terburuk bapak akan meninggal,apa ibu dan keluarga siap menerima semua kemungkinan itu,karena pada dasarnya bapak ini di siksa jin dari timur tengah karena dia kualat dengan perbuatannya yaitu pergi ketanah suci dengan niat ibadah tapi tanpa ridho keluarga dan orang tua,jadi mereka marah kepada bapak.
"Kami siap bang,apapun yang terjadi kami ikhlas kalau itu sudah di gariskan yang maha kuasa"
"baiklah bu..tolong siapakan sebuah sajadah karena saya mau sholat hajat dahulu,dan tolong nanti selama saya duduk berzikir jangan ada yang mengganngu apa lagi sampai membangunkan saya"
"baik bang" kata istrinya,lalu aku kebelakang dan berwudhu dan mereka segera menyiapkan tempat tempat sholatku di sebuah ruangan atau kamar.
Aku pun langsung sholat sunnah dan berzikir untuk berkonsentrasi kusalami seruni agar segera datang kuletakkan cupunya mustikanya di depanku,dan berdo'a
"ya Allah yang maha kuasa,tolong bukakan tabir ghaib agar hamba bisa menyelesaikan tugas hamba"dan belum lama setelah kulepaskan do'a suasana dingin dan hembusan angin sayup sudah mulai terasa menerpaku tiba-tiba blas....aku sudah berada di sebuah padang pasir.
Suasana terik dan panas,dari kejauhan terlihat sebuah tonggak kayu di atas padang pasir,aku dan seruni melangkah kearah tonggak tersebut,kulihat seruni dengan kulitnya yang kuning mulus,bersih hanya menggunakan kemben sebatas dada,dan sebuah selendang terikat di pinggangnya,sedikit rasa melankolis ku timbul,demi menemaniku dia seperti tidak merasakan panas terik ini,owh..kasihan juga gadis secantik ini harus ikut merasakan teriknya matahari di padang pasir,ingin rasanya aku membuka bajuku dan kuselimutkan padanya untuk mengurangi rasa terik yang seakan bisa membuat otak di kepala kita mendidih.
Seruni kembali membuka suara"aku hanya akan menemani dan melihat kamu bertarung,kali ini aku tidak diperbolehkan ikut bertarung itu pesan dari panglima sepuh sriwijaya,keluarkanlah semua kemampuanmu dan menangkan sukmanya,ingat musuh didepan jauh lebih kuat dari ratu kuntilanak itu"
"hmmmm..."aku akan bertarung sendirian,sedangkan kulihat di depan ada segerombolan jin padang pasir yang bertubuh-kekar dan rata-rata berkepala botak,berkulit hitam. Kembali rasa keraguan itu muncul di bathinku,untuk menghilangkan suasana mengerikan ini aku mencoba bercanda kepada seruni.
"seruni bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan dinda? dan kamu memanggilku kanda atau kakang?"
Tidak ada jawaban dari seruni, malah berkata seolah tidak mendengar pertanyaanku
"melangkahlah kedepan mereka sudah menunggumu"
Sebuah pemandangan mengerikan ada di depanku sekelompok mahluk bertampang kasar,badan kekar hitam dan berkepala botak, hmmmm...baru aku mau membuka mulut mau bertanya,tiba-tiba hembusan angin kencang bercampur kabut pasir mengarah padaku,kabut itu sudah ada di depanku penglihatanku kabur dan dari kabut itu bermunculan jin-jin padang pasir yang langsung mengarahkan berbagai macam senjata padaku,tombak,pedang,tasbih semua ada ditangan mereka.
Tanpa ada komando dan aba-aba mereka langsung menyerangku.
Gerak karomatullah ku langsung aktif semua hunusan tombak,pedang bisa ku tepis hingga beberapa waktu aku belum bisa merbohkan satu pun diantara lawanku,aku sedikit menggerutu seandainya seruni ikut bertempur tentu aku tidak akan serepot ini,tapi apa boleh buat ini adalah pertempuranku.
Terpaksa aku memanggil perisai kala cakraku,dengan munculnya perisai ku aku lumayan terbantu beberapa sudah tumbang dan hilang saat terkena hantaman perisaiku yang terus berkeliling mengelilingi,hingga akhirnya mereka semua hilang. Belum sempat datang lagi dengan tiba-tiba segerombolan jin padang pasir,kali ini mereka tidak langsung melakukan serangan,mereka seperti membentuk sebuah formasi perang. mereka menyerangku satu persatu satu dua seranbgan lalu mundur masuk formasi lagi,begitu seterusnya secara bergantian,hmmmm...aku berpikir kalau seperti ini tidak akan ada ujungnya,mereka tidak berkurang satu pun.
Teringat olehku pesan panglima sepuh sriwijaya,mungkin saat inilah aku menjajal keukuatan ajian cakra manggilingan yang baru dititipkan padaku. Aku langsung melompat mundur sekita 10 meter,Aku berdo'a agar di berikan kekuatan ajian cakra manggilingan, Kuangkat tanganku keatas dengan posisi jari terbuka,tiba-tiba tanganku bergetar kencang dan terasa panas sekali karena di selubungi oleh sinar energi berwana merah menyala seperti api,dan kuhempasn tangan ku ke tanah pasir, dengan tiba-tiba timbullah sebuah gelombang energi sepanjang 50 meter,persis seperti ombak laut yang menerjang karang di pantai,gelombang energi itu menyapu gerombolan yang ada di depanku laksana gelombang sunami yang maha dahsyat,mereka semua terpental dan mnghilang seiring dengan hilangnya mereka,nampaklah olehku tonggak tempat sukma pasienku di tahan.dan di ikat dengan kondisi yang sangat lusuh dan lesu,lantas kulepaskan ikatannya dan kupapah kearah seruni yang tadi hanya berpartisipasi sebagai penonton.
Seruni tersenyum melihatku,dia pegang tanganku pertanda kalau kami akan kembali kedunia nyata,kurasakan tangannya dingin sekali seakan dia sedang mengalirkan semacam energi murni lewat tanganku,energi itu menjalar ke seluruh badanku,sampai suasana terik dan panas ini menjadi terasa sejuk bagiku. owh...ternyata dia baik juga pikirku,serasi dengan parasnya yang cantik hatinyapun cantik. Lalu seruni mengibas-ngibaskan selendangnya sehingga membentuk sebuah kabut pasir memutar disekeliling kami semakin lama kabutnya semakin pekat,lebih pekat lagi dan,...blas kami sudah berada kembali diruangan tadi,aku langsung membuka mata dan mengusap mukaku kulihat dupa yang tadi aku nyalakan sudah hampir habis. Akupun berdiri meninggalkan ruangan gelap itu.
Dengan langkah terburu-buru tanpa berkata-kata dengan orang-orang yangberada di ruangan itu,aku menghampiri lelaki yang terbaring itu,kulihat kedalam bathinnya tanda-tanda kehidupan memang sudah tidak adalagi,aku beranikan untuk mengeluarkan mahluk gaib padang pasir yang ada ditubuhnya,dengan tanpa perlawanan sepertinya dengan ikhlas mahluk itu keluar dan berpamitan untuk pulang kenergeri asalnya dan berjanji tidak akan mengganggu anak manusia lagi.
Niatku ingin memasukkan kembali sukma yang kubawa pulang ini,tapi tentulah nanti dia akan keluar lagi karena di dalam jasadnya sudah tidak ada unsur utama kehidupan yaitu roh...tubuh lelaki didepanku sudah tidak bergerak lagi,pertanda sudah tidak ada tanda kehidupan,hmmmm..dengan berat hati aku ceritakan kepada istrinya bahwa suaminya sebenarnya sudah meninggal 3 hari sejak iya masih di tanah suci,dan yang berada didalam bandanya selama ini adalah mahluk halus bangsa jin sakti dari timur tengah.
Mereka menahan salah satu sukmanya dan menggantikan dengan bangsa mereka sehingga jin itu bisa menopang jasad seperti masih hidup. Inilah sebuah pelajaran jika kita berniat beribadah terutama umrah dan bahkan haji sekalipun, berangkatlah dengan restu,istri,anak,orang tua,keluarga,dan bahakan tetangga,dengan harapan do'a restu tersebut bisa membantu keselamatan kita dalam perjalanan hingga kembali lagi kerumah.
Bagiku malam itu sungguh terasa berat,banyak sekali makna yang terkandung dalam proses pengobatan yang aku lakukan malam ini.