webnovel

PLAYBOY VS ICE QUEEN

“Mom, are you kidding me?” tanya Arabella tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Maria–Wanita paruh baya yang ia panggil Mom itu. “No, honey. I’m not kidding” Jawab sang mama santai sambil menatap kearah putrinya yang menampilkan wajah kesal setengah mati. Maria yakin, putrinya saat ini berusaha keras untuk mengontrol emosinya agar tidak dilampiaskan padanya. “Lagi pula ini amanat dari mendiang papamu agar kau harus sudah menikah sebelum ulang tahunmu yang ke 27 tahun, dan ingat hari itu hanya tinggal 2 bulan lagi” lanjut Maria tersenyum puas saat melihat ekspresi kekalahan dari putri tunggalnya itu. ***** “Mama mau awal bulan depan kamu HARUS menikah dengan wanita pilihan mama dan papa” ucap Sandra tanpa basa-basi. Sam yang mendengar nada perintah dari mamanya itu seketika menoleh kearah dimana mamanya duduk. “WHAT???... Mama becandakan?” tanya Sam dengan raut yang sangat shock. “Mama ngga bercanda sama sekali, dan kamu harus melakukannya” jawab Sandra tegas. Dan Sam tau bahwa mamanya saat ini memang serius. “Tapi Mah... kenapa harus tiba-tiba seperti ini? Lagian Sam ngga kenal sama sekali sama wanita itu” ucap Sam masih tidak terima. “Pah...” Sam menoleh ke arah papanya meminta bantuan. Namun sayang, bantuan yang diharapkan Sam dari papanya tidak pernah datang. “Ini bukan keputusan yang tiba-tiba, kami sudah merencanakan hal ini jauh sebelum kamu lahir” jawab Sandra dengan santai. Sam menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh mamanya ini. “Lagian, kamu sudah cukup bersenang-senangnya dengan berbagai wanita. Kamu mau terjangkit virus mematikan itu jika terus-terusan celup sana celup sini?” timpal Mikhael–papa Sam dengan kata-kata vulgarnya.

Yustieyuss · perkotaan
Peringkat tidak cukup
15 Chs

Tatapan Sam

Setalah Arabella menenangkan diri dan berhasil mengontrol perasaannya, ia pun keluar dari bilik dan menuju wastafel untuk mencuci tanga sebelum kembali ke ruangan yang mereka tempati.

Arabella kembali bergabung dengan dua pria yang masing-masing memiliki posisi penting dalam hidupnya, yang satu kekasihnya dan yang lainnya adalah suaminya.

Ken dan Sam tampak begitu akrab, padahal ini adalah pertemuan pertama mereka. Mungkin karna umur mereka yang sebaya makanya obrolan mereka bisa mengalir dengan sendirinya. Arabella masih tetap diam, ia tidak berniat masuk dalam percakapan mereka.

Dering dari ponsel Arabella menginterupsi kedua pria yang berada diruangan tersebut. Arabella merogoh ponselnya yang berada di tas tangannya dan memeriksa ID sang penelpon.

Arabella mengerutkan keningnya setelah melihat ID sang pelenpon yang ternyata adalah Joe, sahabatnya.

"Ada apa?" tanya Arabella setelah menerima panggilan tersebut.

"Astaga Ra, bisa tidak kalau nerima telponku itu basa-basi dulu" gerutu Joe diseberang sama "salam dulu kek terus tanya kabar dulu, bukannya langsung to the point"

Ken menatap kearah Arabella untuk bertanya siapa yang sedang menelponnya. "Siapa?"

"Joe" jawab Arabella singkat, dan Ken hanya mengangguk tanda mengerti.

"Ada apa Joe?" tanya Arabella sekali lagi karna belum mendapat jawaban dari sahabatnya itu.

"Kamu lagi sama siapa?" tanya Joe tak menghiraukan pertanyaan sang sahabat.

"Lagi sama Ken, dan.... temannya" jawab Arabella, sekilas ia melihat tatapan aneh dari Sam yang ditujukan padanya saat ia hanya menyebutkan nama Ken dan tidak dengan namanya.

"Ken? Kenneth?" tanya Joe kaget " dia udah balik?"

"Memangnya berapa banyak Ken yang kamu kenal yang berhubungan dengan ku?" tanya Arabella jengah.

"Oh" balas Joe "besok aku kesana, dan kamu harus jemput aku" ucap Joe mengatakan tujuannya menelpon Arabella.

Arabella mengerutkan keningnya mendengar ucapan sahabatnya itu seakan menyuruhnya untuk menjemputnya besok. "besok aku sibuk, kenapa bukan Jess yang jemput?" tolak Arabella. Enak saja ia disuruh menjemput Joe dibandara.

"By the way Jess lagi di seattle kalo kamu lupa" jawab Joe enteng. " aku ngga mau tahu, besok kamu yang jemput atau rahasiamu akan ku sebar ke aunty Maria" lanjutnya dengan nada setengah mengancam.

"Baiklah" jawab Arabella terpaksa. Ia mengakhiri sambungan teleponnya tanpa menunggu balasan dari sahabat menyebalkannya itu. Ia kemudian kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas dan meraih gelas minumannya dan meneguknya hingga habis untuk membasahi tenggorokannya yang seketika kering saat berbicara dengan Joe

"Ada apa? Sepertinya kau sangat kesal, apa joe mangatakan sesuatu?" tanya Ken lembut setelah melihat Arabella sudah mulai tenang.

"Tidak ada, dia hanya memintaku untuk menjemputnya besok" jawab Arabella.

"Bukankah dia sedang berada di London?" tanya Ken lagi dan diangguki oleh Arabella.

Sam hanya dia memperhatikan interaksi antara Ken dan Arabella, ada sedikit rasa kesal dihatinya saat melihat sikap ramah yang ditampilkan istrinya itu pada orang lain, sangat berbanding terbalik jika itu dengan dirinya.

Tak ingin menjadi orang ketiga diantara Ken dan Arabella, Sam berdehem sebentar untuk meminta perhatian kedua pasangan tersebut.

"Sepertinya saya harus pamit lebih dulu, masih ada beberapa urusan yang harus saya kerjakan" ucap Sam sambil memeriksa jam mahal yang melingkar indah di pergelangan tangannya.

Sam kemudian beranjak dari posisi duduknya diikuti oleh Ken dan Arabella. "Senang bertemu dengan anda" ucap Sam sambil mengulurkan tangannya pada Ken dan disambut pula oleh Ken.

"Senang bertemu anda juga" balas Ken.

"Nona Bella, senang bertemu dengan anda" kali ini Sam mengulurkan tangannya ke arah Arabella. Arabella tidak langsung menyambut uluran tangan Sam, namun hanya menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi. Sam sampai merutuki wajah datar istrinya itu.

"Senang bertemu dengan anda juga tuan Johanson" ucap Arabella dan membalas uluran tangan Sam. Sam mengeratkan genggaman tangannya pada telapak tangan Arabella yang sedang menjabatnya dan menatap pada istrinya dengan tatapan yang sulit Arabella tafsirkan tatapan apa itu sebenarnya.

Setelah semenit tangannya di tahan oleh Sam, Arabella kemudian menarik paksa tangannya namun tetap tidak terlihat oleh Ken.

Entah mengapa, saat Arabella menarik tangannya dari genggaman Sam, Sam merasa sedikit kehilangan. Sekali lagi ia menatap kearah Arabella dengan tatapan yang sama dan Arabella menyadarinya.

"Baiklah, saya permisi dulu" ucap Sam untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan ruangan tersebut dan menyisakan Ken dan Arabella.

"Ken, aku juga harus pamit" ucap Arabella setelah Sam menghilang dari pandangan mereka.

"Apa ada suatu hal yang penting?" tanya Ken heran dan menatap ke arah Kekasihnya itu.

Arabella menggeleng dan tersenyum simpul "tidak ada, aku hanya harus memperbanyak istirahat. Beberapa hari ini kondisi kesehatanku sempat terganggu" ucap Arabella jujur dengan kondisi kesehatannya.

"Kau sakit?" tanya Ken dengan tatapan khawatir "kalau kau sakit, kenapa harus memaksakan diri untuk datang?" Ken mengangkat tangannya dan mengelus pipi Arabella yang sedikit lebih tirus dan pucat. Tadi Ken tidak memperhatikan wajah pucat Arabella, namun sekarang ia telah menyadarinya, ada sedikit rasa bersalah dihatinya karna tidak mengetahui kondisi sang kekasih.

"Tidak apa-apa, aku hanya perlu banyak istirahat." Jawab Arabella sambil menggenggam tangan Ken yang masih berada di pipinya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengantar mu pulang" ucap Ken sambil meraih tas tangan Arabella yang masih tergeletak di kursinya.

"Tidak perlu, aku akan pulang sendiri" kata Arabella menolak tawaran Ken.

" Kau tidak boleh mengemudi sendirian dengan keadaan seperti ini, bagaimana jika di perjalanan terjadi sesuatu yang tidak ingin aku bayangkan terjadi pada mu?" ucap Ken tidak mau menerima penolakan Arabella.

Inilah salah satu sifat Ken yang membuat Arabella jatuh hati padanya, perhatian dan sikap berlebihannya jika sudah menyangkut masalah kesehatan Arabella, dan Arabella menyukainya.

Entah mengapa, melihat perhatian dan kecemasan berlebihan yang di tampilkan Ken membuat Arabella seketika mengingat apa yang juga di lakukan oleh Sam, suaminya beberapa hari lalu. Arabella menggeleng pelan menepis pikirannya tersebut. Kenapa juga ia harus mengingat kejadian beberapa hari yang lalu? Pikir Arabella.

"Kau tenang saja, aku membawa Supir" kata Arabella tetap menolak tawaran Ken. Ia kemudian meraih tas tangannya yang berada di genggaman Ken.

"Baiklah" ucap Ken mengalah, ia sangat hafal dengan kekeras kepalaan kekasihnya itu dan tidak akan pernah menang melawannya. "tapi kau harus menghubungiku setelah sampai di rumah" lanjutnya.

"Baiklah, aku akan menghubungimu setelah aku sampai" jawab Arabella.

Ken meraih tangan Arabella dan menggenggamnya, lalu kemudian mereka beranjak dan meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah mereka sampai di depan mobil Arabella, Ken melepaskan genggamannya dan menarik tubuh Arabella kedalam pelukannya.

"Sebenarnya aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu, I do miss you" ucap Ken mempererat pelukannya seakan tidak rela membiarkan Arabella pulang.

Arabella hanya tersenyum simpul dan membalas pelukan Ken sambil mengusap punggung kekasihnya itu pelan. "Aku juga. Tapi jika sampai Joe mengetahui jika aku tidak mematuhi perintahnya untuk lebih banyak beristirahat, dia akan mengomeliku dan bahkan bisa membuatku tidak keluar rumah sedikitpun" ucap Arabella memberitahu.

"Aku akan membuat perhitungan pada keparat itu" ucap Ken, sambil melepaskan pelukannya.

Arabella terkekeh pelan setelah mendengar ucapan yang baru saja di katakan oleh Ken. Ia masih ingat jika memang hubungan antara Ken dan Joe tidak pernah akur, selalu saja ada perdebatan konyol setiap mereka bertemu.

"Baiklah, aku pamit dulu" ucap Arabella kemudian, ken membukakan pintu penumpang bagian belakan untuk Arabella dan mempersilahkan kekasihnya itu masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati dijalan" ucap Ken untuk terakhir kalinya sebelum menutup pintu mobil tersebut. Arabella hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Ken.

Mobil Arabella segera meluncur meninggalkan pelataran parkir tersebut dengan diiringi oleh tatapan Ken hingga mobil tersebut hilang dari pandangannya. Setelah itu Ken kemudian beranjak kearah mobilnya dan mengikuti jejak mobil Arabella meninggalan tempat tersebut.

Dari kejahuan, tanpa sepengetahuan Ken dan Arabella, Sam menyaksikan semua kejadian tersebut dengan tatapan rumit.

Ia sama sekali tidak pernah mengira jika wanita yang ia nikahi sebenarnya memiliki kekasih, lalu mengapa Arabella menerima perjodohan mereka? Apakah hubungannya dengan Ken ditentang oleh keluarganya? Hanya itu yang bisa Sam simpulkan untuk saat ini.

Dan setelah kedua mobil tersebut telah menghilang dari pandangannya, Sam pun meninggalkan tempat tersebut.