webnovel

Pintu Takdir

Sebuah mimpi membawanya ke dimensi lain, di mana sihir dan pertarungan adalah hal yang wajar di sana. Baginya itu semua adalah hal gila, dengan sebuah tekad dia berusaha mencari cara untuk keluar dari tempat itu. Tapi ada sebuah alasan kenapa dia terjebak dalam dimensi itu dan kenyataan bahwa bukan dia saja yang mengalaminya. Apakah akhirnya mereka bisa kembali ke dunia mereka?

Park_Keyza · Fantasi
Peringkat tidak cukup
20 Chs

Berpisah

Tidak ada oksigen yang masuk ke dalam tubuhnya, rasanya sesak dengan kedua kaki yang masih di tarik ke dasar sungai. Terdengar suara teriakan Theo yang panik akan dirinya, tapi dia sendiri tidak bisa bergerak menghampiri orang cerewet itu.

Maniknya yang masih terbuka mulai menutup, tubuhnya terasa panas dan sesak karena tidak mendapat oksigen. Pandangannya mulai mengabur sebelum dia melihat Theo yang masuk ke dalam air. Damian hanya terus berusaha naik dengan sisa-sisa kesadaran yang menipis, tidak ada satupun usahanya yang berhasil.

Tapi Damian tidak menyerah, maniknya berusaha menatap ke bawah dimana sesuatu menariknya. Dia bisa merasakan tangan Theo menariknya ke atas tapi kedua kakinya terus di tarik ke bawah, merasa ada yang mengganggu Theo langsung mengeluarkan pedangnya.

Dia berenang ke bawah mendekati kaki Damian dan langsung memotong tentakel yang menarik Damian. Jelas ini adalah kraken dan mereka berdua bisa merasakan air dasar sungai yang terlalu asin untuk di katakan sebagai sungai. Ini jelas air laut tapi bagaimana bisa tidak saling bercampur.

Jelas sangat aneh tapi Theo tidak mau ambil pusing, dia langsung berenang ke atas dengan Damian yang dia tarik. Tapi tentakel kraken itu kembali muncul dan berniat membawa mereka berdua, merasa sudah mencapai batasnya Damian langsung tidak sadarkan diri membuat Theo semakin sulit untuk bergerak.

Theo berdecak mengeluarkan sihirnya untuk menyerang kraken itu, tidak mudah karena dia tidak bisa bergerak bebas. Tapi tidak ada cara lain selain dia berusaha untuk menyerang saat ini, Theo masih berusaha sebaik mungkin memberikan serangan demi serangan pada kraken itu.

'Tidak ada waktu' batin Theo merasa mulai kehabisan nafas.

Theo menggenggam tangan Damian dengan tangan kirinya dan tangan kanannya terus menggerakkan pedangnya yang menciptakan berbagai kilatan merah menyala. Sihir itu berbeda dengan elemen, mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan kelebihan pengguna sihir adalah mereka bisa menggunakan sihir untuk banyak hal.

Berbeda dengan elemen yang hanya fokus pada satu elemen itu saja. Dan Theo langsung bergerak ke atas mengabaikan kraken yang masih berusaha mengejar mereka. Mereka selamat dengan Theo yang menarik Damian menuju pinggiran sungai. Theo bahkan terlihat lelah dengan raut wajah yang kesal.

Jelas sekali dia tidak menyukai hal seperti ini, rasanya Theo ingin meninggalkan Damian yang selalu saja membawanya dalam kesialan. Jika di ingat sepertinya dia sudah cukup banyak membantu pria bodoh itu. Dengan raut wajah malas, Theo menarik tubuh Damian menuju mulut gua. Alasannya cukup jelas, jika mereka masih di pinggiran sungai pasti kraken itu akan menyerang lagi.

Dia tidak mau menyerang di dalam air dan dia sangat benci saat tubuhnya tidak bisa bergerak bebas "kenapa kau begitu menyusahkan!!" bibir Theo tidak bisa berhenti menyumpahi Damian.

Dia jelas merasa seperti pengawal Damian sekarang, padahal niatnya bukan seperti ini. Theo menghembuskan nafasnya kasar melirik Damian yang masih saja tidak sadarkan diri. Merasa kasihan Theo langsung memberi pertolongan pertama, tentu saja dia tidak akan melakukan hal bodoh dengan memberinya nafas buatan.

Sangat menjijikkan, dan Theo hanya membantu memompa paru-paru Damian saja untuk bisa bernafas dengan baik. Dan benar saja tidak perlu waktu lama Damian langsung terbangun dengan air yang menyembur mengenai wajahnya. Theo berteriak marah menendang tubuh Damian tanpa ampun.

"Yak.. orang gila!! Sakit tau!!" Damian kebingungan bagaimana bisa, dia yang hampir mati di tendang saat baru sadar. Ternyata status Theo pada Damian akan bertambah dari waktu ke waktu.

"Kau itu yang gila, sejak kemarin aku terus saja sial. Kau itu memang pembawa sial" sahut Theo menatap tajam manik Damian yang mendengus kesal.

"Ya mana aku tau aku akan terus mengalami kesialan, memangnya aku bisa memprediksi kapan bahaya itu datang padaku. Hei.. orang dungu, jangan-jangan kau berpikir aku ini tidak memikirkan keselamatanku sendiri" Damian tentu saja marah, siapa juga yang mau dirinya di anggap pembawa sial. Memangnya dia orang bodoh apa yang dengan mudahnya mengiyakan ucapan tidak berdasar dari orang gila di hadapannya.

"Tapi nyatanya kau memang gila dasar bodoh!!"

Damian menghela nafas memilih untuk bangkit mengabaikan Theo yang masih mengucapakan umpatan untuknya. Dia berjalan menuju buku miliknya yang dia taruh asal di gua tadi, lalu pergi mengabaikan Theo yang terkejut akan tindakannya.

"Hei... Kau mau kemana? Yak!! Dasar bodoh jangan pergi sendiri!" teriak Theo mengambil tasnya dan langsung mengikuti Damian.

Damian tidak bicara sama sekali dia hanya berjalan melewati jalanan yang dia tidak tau benar atau tidak. Tapi Damian tidak peduli asalkan dia tidak akan bertemu dengan orang bodoh seperti Theo. Tapi baru beberapa langkah dia pergi Theo terus meneriakinya yang berusaha keras untuk berpikir ke arah mana dia harus pergi.

"Kau mau kemana?" masih dengan pertanyaan yang sama tapi Theo lebih halus sekarang walau tidak sehalus itu.

"Bukan urusanmu!" jawab Damian dengan nada kasar menandakan bahwa dia memang tidak peduli dengan Theo lagi.

"Kau marah? Ah.. Jangan seperti ini kau itu seperti anak kecil saja" ucapan Theo membuat Damian berhenti, raut wajah tanpa ekspresi itu menatap ke arah Theo dengan tenang.

Theo menjadi takut, entah kenapa dia takut pada raut wajah tanpa ekspresi itu ketimbang wajah kesal Damian. Damian sendiri dengan mudahnya mengeluarkan sihirnya dan mengikat tubuh Theo untuk di ikat di atas pohon. Theo terkejut dengan tubuh memberontak menatap Damian yang berjalan pergi meninggalkan dirinya.

"Jadi ini ucapan terima kasihmu, wah.. ternyata manusia di duniamu tidak punya sopan santun" teriak Theo berusaha membuat Damian mau melepaskannya, tapi bukannya Damian menoleh dan melepaskan dirinya. Tapi Damian langsung berjalan cepat mengabaikan semua macam suara dari Theo

"Yak!! Aku tidak mau mati di makan monster!" teriak Theo lagi dengan harapan yang sama seperti tadi.

Damian bukannya tidak suka akan apa yang di katakan Theo tapi dia malah merasa bersalah karena membuat Theo terus dalam bahaya. Jika dia pergi sendiri mungkin Theo tidak akan terus sial bersamanya, dan itu lebih baik dari pada mereka yang selalu bertengkar tidak jelas setiap saat.

Jika di ingat sudah berapa kali dia adu mulut dengan orang asing itu, sepertinya dia mulai terbiasa dengan hal itu. Tapi dia tidak sebodoh itu dengan membawa orang yang tidak dia kenal dalam masalahnya. Setelah cukup jauh Damian langsung melepaskan sihirnya pada Theo, dengan begini dia tidak akan bertemu Theo lagi dan dia tidak harus adu mulut dengan orang itu "sangat mudah bukan.."