webnovel

Episode 7: Kecolongan

Anita nampak sumringah dengan yang telah dilakukannya bersama Udin, kewanitaannya terasa berkedut tak kala menyatu dengan penis milik Udin.

"Wa?"

Terlihat seorang lelaki muda bersama Udin datang menyapanya.

"Ini siapa?"

"Masa wa lupa, saya Kosim."

"Astaga maaf wa lupa."

Dibalik senyuman dan keramahtamahan Kosim rupanya dia menyimpan sejuta pertanyaan untuk Udin dan Anita, karena dengan tepat dia menyaksikan Anita keluar dari rumahnya dengan rambut acak-acakan. Belum lagi saya dia bertemu dengan Udin keringat nampak terlihat dari sekujur tubuhnya, pasalnya saat itu Udin hanya memakai sarung saja usai bersenggama dengan Anita.

"Oh ya Din, teteh mau ke sawah dulu mengantarkan makanan buat mas Hendarto."

"Iya teh."

Udin masih tampak kikuk dengan kehadiran Kosim yang masih berusia 15 tahun, dia masih bertanya-tanya apa yang melatarbelakangi kehadiran Kosim.

----

Ria nampak semangat membantu ayahnya yang berada di sawah, tubuh gempal Hendarto menjadi daya tarik tersendiri untuknya. Belum lagi siang itu Hendarto tidak memakai baju, maklum cuaca sangat panas sekali siang itu.

"Panas banget ya pak?"

"Iya, kalau mandi enak kayanya."

Ria semakin senang saja dengan ayahnya yang semakin menarik.

Sementara Juleha ditemani oleh Rio di kebun, Rio yang seorang cowok terang-terangan berbicara kalau gak mau panas-panasan.

Tiba-tiba saja Anita datang dengan rantang berisi makanan.

"Ayo makan dulu semuanya!"

Hendarto agak ketus saat kedatangan Anita.

"Jam berapa ini?"

Kesalnya Hendarto bukan tanpa alasan itu dikarenakan Anita baru datang ke area pesawahan sekitar jam 2 siang, sementara orang-orang sudah menunggu.

"Maaf mas, tadi ada Kosim jadi mengobrol dulu."

"Kosim?"

Juleha yang ada pun nampak kaget dengan apanyang yang diucapkan oleh Anita, pasalnya Kosim yang dia pesantrenkan tidak dipanggil.

"Oh sudah datang dia, mas yang panggil dia."

Semua menatap Hendarto dan tentunya bertanya-tanya ada apa Hendarto memanggil Kosim.

---

"Bapak tahu, Kosim kecewa sama bapak. Ema kurang baik apa sama bapak sampai bapak selingkuh."

"Maafkan bapak nak, bapak juga gak nyangka bisa begini.

"Sekarang antarkan Kosim ketemu sama selingkuhan bapak."

"Ta... Tapi nak."

Udin tidak bisa berbuat banyak karena mana mungkin dia memberi tahu kalau Anita adalah selingkuhannya, diapun kebingungan jikalau harus membawa orang lain dalam masalahnya.

"Ayo pak!"

"I...iya nak."

--

Semua melongo tak kala Hendarto memberi tahu kalau dia memanggil Kosim guna mengabari kalau ayahnya telah selingkuh, keringat dingin kembali dialami oleh Anita.

"Apa itu gak terlalu berlebihan mas?" Tanya Juleha.

"Leha, suami kamu itu harus diberi pelajaran agar dia kapok. Mudah-mudahan dengan hadirnya Kosim dapat membantu keadaan yang sedang dia hadapi."

Tiba-tiba saja Ria mengeluh sakit perut dan ingin berak.

"Sakit perut ih."

"Gak sopan kamu itu, masa lagi makan bicarakan kaya gitu." Tegas Hendarto.

"Maaf pak."

Karena sudah jam tiga sore maka semua memutuskan untuk pulang, akan tetapi Ria sudah tidak tahan ingin buang hajat.

"Pak, Ria gak tahan."

"Ya sudah bapak antar ke sungai dibawah. Kalian duluan saja."

Semua pergi dan kini Hendarto dan Ria menuju sungai dibawah, disana nampak sepi dan yang membuat risih Ria adalah tidak ada batu ataupun penghalang.

"Tuh, kamu berak disana. Bapak tunggu disini."

"Iya pak."

Ria berjalan perlahan menuju sungai dan dia tidak jauh dari posisi Hendarto yang ada di area semak, Ria yang dasarnya penakut memilih untuk menghad ke arah Hendarto agar bisa memastikan ayahnya ada.

Hendarto sendiri memalingkan muka ke arah pesawahan agar tidak melihat apa yang seharusnya dia lihat, tapi dia sendiri tidak mengetahui kalau Ria jongkok menghadap ke arahnya.

"Sudah belum Ria?"

Hendarto membalikkan badannya dan matanya terbelalak ketika menyaksikan bagaimana Ria jongkok dan kebetulan saat itu dia sedang pipis, bulu yang rimbun terlihat dari vagina anak perempuannya.

Sontak pada saat itu penis Hendarto mengambil alih dan tugasnya dimulai untuk segera ereksi.

"Belum pak."

"Maaf, maaf Ria."

Hendarto malu bukan main, tapi matanya seolah terbayang akan bentuk vagina anak perempuannya. Hendarto memang tidak tahan kalau ada wanita seperti Ria bugil, pasalnya dulu saja Anita dia gagahi jauh-jauh hari sebelum ada kata sah dalam acara pernikahan.

Anita memang tidak tahan akan rayuna dan aroma kejantanan Hendarto, dia rela menyerahkan keperawanannya kepada sang pejantan yang menjadi suaminya saat ini.

-

Malam harinya semua berkumpul di kediaman Hendarto, nampak Udin dengan wajah penuh malu.

"Bagaimana tadi Kosim?" Tanya Hendarto.

"Malu sekali rasanya wa, bapak langsung dimaki-maki oleh bapak perempuannya."

"Terus?"

"Dia bilang anaknya itu gak mau sama bapak kamu yang mata keranjang, mikir lagi kalau mau fitnah selingkuh."

"Terus kalau bukan dia siapa wanita itu Din?"

Udin nampak tidak dapat berkata apa-apa lagi, dirinya kini benar-benar terpojok dan hampir tidak punya alasan untuk mengelak kalau Anita adalah selingkuhannya.

"Leha, gini aja kamu masih mau terima Udin atau gak?"

Tiba-tiba saja Anita buka suara dalam keheningan sesaat tersebut.

Juleha nampak kebingungan dengan pertanyaan dari Anita.

"Iya teh."

"Iya apa?"

"Iya, Leha masih mau sama kang Udin. Tapi untuk beberapa hari ini boleh Leha tinggal disini dulu. Leha pingin nenangin diri dulu."

"Kamu dengar itu Udin?"

"Iya teh."

Hendarto masih penasaran dengan wanita selingkuhannya Udin, kalau bukan bukan wanita dari desa sebelah lalu siapa.

Anita ke dapur diikuti oleh Kosim yang izin ke kamar mandi.

"Wa, tadi ngapain siang sama bapak?"

Pertanyaan dari Kosim secara berbisik membuat Anita benar-benar mati kutu.

Next episode kita bakalan open POV setiap karakter.

Zodes_Zotocreators' thoughts