webnovel

Episode 5: Kenangan dan Keraguan

Jam 10 pagi Juleha baru kembali dengan membawa kopi dan makanan ringan lainnya, sebelum menemui suaminya di kebun matanya melirik kepada Hendarto dan Rio yang bertelanjang dada.

Bulu dada ayah dan anak itu membuat Juleha tidak tahan, tapi dia tidak bisa melaju itu karena dia sudah mempunyai Udin.

"Kang Udin? Teh Anita?" Teriak Juleha.

Tidak ada jawaban dari Udin ataupun anita, hal itu membuat Juleha agak curiga. Hingga akhirnya dia mencari asal suara yang membuatnya penasaran.

Dari kejauhan dia melihat Udin dan Anita sedang bersama memilih terong dibarengi tawa.

"Kang Udin, aku teriak masa gak dengar sih?" Tanya Juleha.

"Maaf Leha, akang tadi lagi ngitung jadi gak di jawab." Jawab Udin.

"Oh, nih kopinya." Ujar Juleha.

"Teteh mau ke saung dulu ya, panas sekali hari ini jadi haus!" Ujar Anita.

Juleha sama sekali tidak curiga dengan keringat yang mengucur dari dahi dan leher Anita, bahkan di celana dalam yang dipakai oleh Anita ada lelehan sperma Udin.

***

Malam harinya Anita ingin langsung istirahat dan ingin cepat tidur seolah dia merencanakan sesuatu untuk hari esok.

Sebelum dia tertidur pulas, dia masih ingat kejadian di kebun tadi. Pemerkosaan Udin menjadi nikmat tiada tandingannya, kemaluan Udin yang hitam penuh bulu keluar masuk ke dalam kemaluannya.

Aroma ketiak Udin benar-benar membuat Anita tidak berdaya, dia merasakan rangsangan yang hebat tak kala ciuman di bibir dan genjotan dari arah kemaluannya bersatu padu.

Mungkin yang membuat Anita sangat suka adalah bagaimana Udin hendak berejakulasi dan Juleha memanggil nama mereka, untung saja mereka dengan cepat membereskan hasil hubungan intim mereka berdua. Aroma badan Udin yang menyengat seolah biasa bagi Juleha, hal itu jelas menjadi keuntungan bagi Udin yang berhasil menggagahi kakak iparnya.

"Bu, bapak ke warung dulu mau beli rokok!" Ujar Hendarto.

Tidak ada jawaban dari Anita karena dalam bayang-bayangnya masih selalu ingat kejadian tadi siang.

Memang jam 8 malam di daerah mereka tinggal sudah sangat sepi, rumah dengan posisi berjauhan membuat mereka sulit untuk bersosialisasi jika di malam hari.

Tiba-tiba pintu di ketuk dari arah luar, rupanya Juleha datang ke rumah Anita.

"Siapa?" Tanya Rio yang belum tidur.

"Ini bibi, teh Anita sudah tidur belum? Ada yang mau bibi bicarakan." Tanya Juleha dari arah luar.

Mendengar hal itu Anita tersadar, dia yakin kalau kelakuan Udin sudah diketahuinya. Tapi siapa yang tahu apa yang mereka lakukan tadi siang.

"Ada Leha, masuk saja?" Tiba-tiba Anita berteriak kepada Juleha.

Juleha pun masuk dan langsung menemui Anita di kamarnya, terlihat matanya berbinar-binar seolah ingin menangis.

"Kenapa Leha?" Tanya Anita.

"Kang Udin selingkuh teh." Jawab tegas Juleha.

"Astaga, kamu tahu darimana dia selingkuh?" Tanya Anita.

"Ada tanda merah di dadanya, Leha tahu betul kalau itu dibuat sama wanita lain." Ujar Juleha.

"Besok teteh tanya sama dia, kamu mau tidur disini biar teteh tidur sama mas Hendarto di luar?" Anita menawari hal yang sulit di tolak Juleha.

"Apa gak apa-apa?" Balik tanya Juleha.

Anita tidak menjawab dan membereskan tempat tidur untuk Juleha, Ria sendiri sudah tidur dan tidak mendengarkan percakapan mereka berdua. Tapi Rio jelas mendengar semuanya.

Sebenarnya alasan Anita tidur diluar adalah diapun memiliki banyak tanda merah payudara dan dadanya, Udin dan Juleha begitu aktif ketika bersenggama siang tadi.

Jam 10 malam Hendarto baru pulang, dia segera membuka celana panjangnya dan hanya memakai celana dalam dan sarung dengan kaos oblong.

"Lho Bu, kenapa tidur diluar?" Tanya Hendarto.

"Leha nginap disini." Jawab Anita setengah tersadar.

Kemudian Hendarto melihat Juleha dan Ria yang tidur bersama, tidak disangka dia bisa melihat paha Juleha yang tersingkap. Juleha sendiri malam itu memakai rok selutut dan kaos pendek.

Hendarto yang agak penasaran masuk ke kamarnya, dia melihat Ria dengan tubuh yang sangat menggoda. Payudaranya nampak siap untuk di remas, tiba-tiba Juleha bergerak dan kali ini Hendarto bisa melihat bulu ketiak Juleha yang tidak di urus.

Seketika itu nafsu Hendarto langsung hilang, rupanya dia enggan melihat wanita dengan bulu ketiak yang tidak di urus. Beda dengan Ria dan Anita yang tidak memiliki bulu ketiak, alhasil dia sangat bernafsu kepada keduanya.

***

Pagi harinya Udin langsung di panggil oleh Hendarto, mengetahui apa yang diperbuat oleh Udin.

"Ada apa mas?" Tanya Udin.

"Masuk!" Seru Hendarto.

Maka Udin pun masuk, disana sudah terlihat adanya Juleha, Anita, Ria dan Rio.

"Mas, mau tanya apa benar kamu sudah selingkuh?" Tegas Hendarto.

Udin tidak bisa menjawab pada saat itu, matanya melirik kepada Anita seolah dia akan membongkar semuanya.

"Jawab!" Bentak Hendarto.

Anita baru melihat suaminya bisa membentak seperti itu, Rio dan Ria juga baru pertama kali melihat ayahnya bisa keras seperti itu.

"I...iya mas!" Jawab Udin.

"Plakk"

Hendarto menampar pipi kanan Udin, terlihat Udin meringis kesakitan.

"Kurang ajar, sudah numpang hidup masih selingkuh juga. Tidak tahu di untung sekali kamu Udin!" Ujar Hendarto yang terlihat emosi.

Memang Udin adalah orang yang di tolong Juleha dari nasibnya yang tidak menentu, Juleha yang sudah menjadi janda muda dinikahi oleh Udin. Kematian suami Juleha dan perhatian Udin di awal kepada anaknya yang baru berumur 5 tahun membuat Juleha kepincut kepadanya.

Menjalani pernikahan hampir 10 tahun bersama Juleha, mereka berdua belum dikaruniai seorang anak dari hasil pernikahan mereka. Walau bagaimanapun Udin sangat setia sampai adanya Anita yang menggoda.

"Sa..saya minta maaf mas." Ujar Udin.

"Siapa selingkuhan kamu itu?" Tanya Hendarto.

Jantung Anita sudah berdebar sangat kencang, nampaknya Udin akan membongkar semuanya. Keringat dingin sudah menjalar ke seluruh tubuhnya, Anita menyesal telah terlena dan ikut menikmati persetubuhan dengan Udin.

"Siapa?" Bentak Hendarto kepada Udin yang belum menjawab juga.

"Dia orang kampung sebelah mas!" Jawab Udin.

"Astaga kang Udin, apa wanita gatal itu masih akang datengin?" Tanya Juleha dibarengi tangisan.

Anita meras berdosa karena telah bertukar cairan dengan suaminya, dia tidak menyangka kalau adiknya bisa seperti itu.

"Maafkan akang Leha." Pinta Udin.

"Begini saja, kamu putuskan hari ini. Kamu pilih Juleha atau perempuan gatal itu?" Tanya Hendarto dengan bijak.

"Saya pilih Juleha mas, saya janji tidak akan bertemu dia lagi." Jawab Udin.

"Tapi kang Udin sudah tidur dengannya, kang Udin tinggal di rumah sendiri, Leha disini." Tegas Juleha.

"Gimana Din, nampaknya istri kamu perlu ketenangan." Ujar Hendarto.

Udin hanya bisa pasrah dengan keputusan yang diambil oleh Juleha, dalam hatinya dia bahagia karena kakak iparnya dapat dia bodohi. Selain itu dia bisa bermain lebih gila bersama Anita karena di rumahnya hanya dia seorang saja.

Anita sudah memutuskan untuk tidak lagi melakukan kegilaan bersama Udin, padahal hari itu setelah usai bersenggama mereka berdua akan melakukannya lagi di kebun. Tapi setelah melihat Juleha yang sangat terpukul, dia enggan melakukannya lagi.

Hari ini saja sudah selamat dia sudah bersyukur karena Udin tidak menyebut namanya ketika di interogasi.

***

Setelah masalah Udin dan Juleha selesai, maka keluarga Hendarto segera pergi ke kebun dan sawah. Seperti biasa hanya Ria yang tidak ikut ke sawah, dia ditugaskan untuk menjaga rumah saja.

Usai semuanya pergi Ria kembali membereskan rumah dan kembali masuk ke kamar Rio, tapi kalo ini tidak ada celana dalam yang berbau pandan.

Tiba-tiba saja di mendengar suara orang menggerutu dari kamar sebelah, itu adalah kamar Juleha dan Udin yang ada di rumah sebelah.

"Kenapa kamu buat tanda merah banyak sekali, padahal kita bisa melakukannya lagi."

Udin terdengar sangat kecewa dan Ria yang penasaran membuka lubang yang tertutup koran tersebut, matanya langsung terbelalak tak dia melihat Udin sedang memainkan kemaluannya.

Ria bergidik melihat kemaluan Udin yang hitam dan berurat serta berbulu lebat. Ria semakin penasaran karena Udin sedang melakukan kegiatan mengocok batang kemaluannya sendiri dibarengi beberapa kali erangan.

Ria yang menyaksikan hal itu hanya bisa menelan ludah, kali ini dia bisa melihat kemaluan laki-laki selain milik ayahnya sendiri.

"Oh an.."

Erangan Udin terhenti tak kala di berejakulasi, semburan sperma memenuhi bagian perut bawahnya.

Ria yang dari tadi mendengar bagaimana Udin mengerang sambil mengocok kemaluannya hampir saja mendengar nama ibunya disebut. Tapi karena Udin keburu ejakulasi, dia tidak bisa tahu hal yang sebenarnya.

Karena terangsang oleh Udin, makan Ria melakukan apa yang dia lakukan kemarin yaitu melakukan masturbasi. Hanya saja di sebatas colek bibir kemaluannya dan tidak berani memasukkan jarinya.

Tapi pagi itu Ria begitu menikmati pemandangan bagaimana Udin ejakulasi, hingga tanpa sadar jari telunjuknya mulai menyeruak masuk sedikit demi sedikit.

"Astaga." Ria langsung mencabut jarinya dan buru-buru memakai celana dalamnya.

Hatinya degdegan dengan apa yang dia lakukan, penasaran tapi ketakutan itulah yang dirasakan olehnya pada itu.

Bersambung