webnovel

Pernikahan yang Ku Sesali

Lydia Minora Tan adalah seorang wanita muda cantik dan sukses, di usia 25 tahun dia sudah mendapat berbagai gelar mentereng seperti B.A, MBA, PhD. Diusia 16 tahun dia sudah lulus SMA karena 2 kali ikut program kelas akselerasi di SMP dan SMA. Sebagai anak orang terkaya di daerah Jogja, dia juga mewarisi banyak perusahaan dari ayahnya. Prestasi cemerlang di pendidikan berbanding terbalik dengan kehidupan percintaannya. Lydia sama sekali belum pernah pacaran. Sebagai penganut kristiani yang sangat ketat dan taat, keluarganya tidak memperbolehkan ia berpacaran karena takut terjerumus ke dalam dosa. Lydia yang baru berusia 25 tahun sudah menjabat sebagai direktur utama di salah satu anak perusahaan milik keluarganya. Sebagai keluarga kaya dan terhormat, Hariyanto Tan, ayah Lidya, sangat menjaga citra keluarganya. Sehingga diusia 25 tahun, merupakan usia wajib sudah menikah bagi wanita di keluarga Tan. Begitupun dengan Lydia, dia pun diharuskan menikah dengan laki-laki pilihan keluarganya apabila ingin mendapat jatah warisan keluarga. Sebagai anak satu-satunya di keluarga Hariyanto Tan, mau tidak mau mengikuti perintah ayahnya untuk menikah dengan Ardi, anak angkat dari William Wongso. Walaupun Ardi hanya anak angkat, tetapi William sangat sayang kepada Ardi, itu dikarenakan Ardi adalah anak dari adik perempuan Wiliam yang meninggal bersama suami dan anak bungsunya karena pesawat yang ditumpangi mengalami kecelakaan. Selain itu William yang juga ditinggal meninggal oleh istri dan anak perempuan semata wayangnya akibat tersapu tsunami saat liburan di Puket tahun 2004 membuat Ardi menjadi satu-satunya ahli waris William apabila dia meninggal. Namun Ardi yang dari luar terlihat sempurna sebagai seorang dokter yang baik dan penuh perhatian rupanya aslinya adalah seorang playboy kelas kakap dan egois. Setelah 2 tahun menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita, sifat Ardi yang sebenarnya mulai muncul Apakah yang akan dilakukan Lydia? Apakah akan mempertahankan pernikahannya demi nama baik keluarga atau bercerai dengan Ardi?

Aprock410 · perkotaan
Peringkat tidak cukup
14 Chs

Pertemuan pertamaku dengan Mas Budi

"Selamat malam, penumpang sekalian. Ini adalah pengumuman untuk penumpang Maskapai Garuda Indonesia Airlines dengan nomor penerbangan GA dua empat delapan tujuan Jogja. Kami mengundang para penumpang bangku bisnis untuk melakukan boarding terlebih dahulu. Mohon persiapkan pas naik dan kartu identitas anda. Terima kasih" petugas Bandara memberikan pengumuman pada kami yang menunggu di ruang tunggu tunggu eksekutif.

Mendengar itu aku, Papa, Mama dan Koko Ardi segera bangun dan kami dipandu oleh petugas pesawat untuk masuk kabin pesawat yang akan mengantar kami menuju Jogja. Berbeda dengan ruang tunggu regular, ruang tunggu eksekutif hanya bisa dimasuki oleh pemilik kartu kredit tertentu atau yang mau membayar. Sehingga kami diprioritaskan untuk naik pesawat lebih dahulu apalagi kami berada di kelas bisnis, tentu kami lebih diprioritaskan.

Setelah menunjukan tiket pesawat kami diarahkan ke tempat duduk yang sudah tertulis di tiket pesawat. Disebelah kiri Ardi duduk wanita cantik, memakai kaus berkerah warna hitam dan celana jeans, wajahnya sangat terawat dan warna kulitnya kuning langsat sepertinya dari muka dan warna kulitnya perempuan ini kemungkinan dari keturunan Jawa. Dia duduk santai dan asik sendiri mendengarkan earphone yang terhubung dengan iphone 5snya.

‐-------

Waktu keberangkatan sudah dekat, namun penumpang yang harusnya duduk disebelah ku belum juga datang, sempat aku berharap agar penumpang itu memang tidak datang tapi tepat 1menit sebelum pesawat akan terbang, tiba-tiba dari pintu pesawat datang seorang laki-laki kurus sekitar usia 29-30 tahun dengan pakaian kemeja hitam dan celana bahan coklat yang kelihatannya sudah lama tetapi masih rapih dan terawat yang dipakainya dengan rambut disisir klimis kebelakang datang tergopoh-gopoh memasuki pesawat.

"Permisi"ujarnya sopan saat melewatiku untuk duduk dibangkunya.

"Silahkan mas"ujarku membiarkannya melewatiku untuk duduk. Aku agak mencuri-curi pandang ke penumpang yang baru duduk, kalau dilihat-lihat lebih cermat, walau penampilannya sederhana akan tetapi laki-laki itu sangat rapih dan bersih, wajahnya juga termasuk tampan dengan hidung mancung, pipi berlesung pipit dan alis tebal.

"Ke Jogja dalam rangka apa Ci?" tanya pria itu tiba-tiba kepadaku.

"Pulang mas" jawabku singkat.

"Oh.. Sehabis jalan-jalan di Jakarta Ci?"

"Iya.." Jawabku singkat lagi karena sebenarnya agak malas untuk berbicara dengan orang asing yang belum aku kenal dan juga karena masih kesal karena tidak bisa duduk bersebelahan dengan Koko Ardi.

"Jalan-jalannya sendiri?"

"Dengan orangtua" jawab ku singkat sembari menghela nafas. Sepertinya laki- laki yang duduk disebelahku cukup peka dan mengerti kalau aku tidak tertarik untuk berbincang-bincang dengannya, sehingga setelah aku menjawab, dia pun diam melihat-lihat keluar melalui jendela pesawat.

‐-------

Aku merogoh- rogoh semua saku celanaku mencari permen saat pesawatku yang kutumpangi sedang melakukan manuver naik ke angkasa karena telingaku terasa sakit akibat perubahan tekanan udara. Semua saku sudah ku rogoh namun tidak satupun permen aku temukan. Setelah berpikir sejenak aku baru ingat kalau permen yang disajikan oleh pramugari sudah aku habiskan semua.

Menyadari aku tidak punya permen tersisa, aku hanya bisa mengelus-elus kupingku berharap dengan tindakanku itu bisa mengurangi sakit di kedua telingaku ini. Laki-laki yang duduk disampingku memperhatikan tingkah lakuku, lalu dia ikut merogoh saku kantung celananya. Setelah itu dia mengeluarkan beberapa permen yang ada didalam saku celananya, ada permen sugus strawberry, alpenliebe, kopiko dan mentos.

"Mau permen Ci?" tawar penumpang laki- laki yang duduk disebelahku.

"Terimakasih" jawabku sembari mengambil permen sugus.

"O iya, kita belum berkenalan, nama saya Budi" ujarnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku saat aku sudah selesai mengambil permen yang ditawarkan kepadaku.

"Lydia"jawab ku.

"Nama yang cantik, secantik mukanya" ujar Budi kepadaku.

"Ah mas-nya bisa aja"ujarku tersipu dan kaget mendengar pujian yang dilontarkan Budi.

"Beneran kok Ci, saya kira saya ketemu bidadari" lanjutnya lagi memujiku.

"Masnya pinter banget deh gombalnya. Saya tar jadi melayang ni" jawabku

"Lho bukannya kodrat bidadari memang bisa terbang? Hahaha.." canda Budi berusaha mencairkan situasi denganku.

Aku meresponnya candaan Budi dengan ikut tertawa juga.

"Mas Budi sendiri ke Jogja dalam rangka apa?" tanyaku padanya

"Saya mau mudik mbak, hehehe" jawab Budi cengengesan.

"Ih ditanya serius juga.." ujarku agak kesal karena tingkah cengegesannya.

"Bener kok mba, memang mau mudik, sudah 2 tahun saya ga pulang kampung di Jogja.. Mbaknya ojo nesu-nesu tho.., ntar cantiknya hilang" jawab Budi melihat raut muka saya agak berubah

"Iiiih.. Sopo sing nesu.." jawabku kepadanya menyangkal.

*Nesu (bahasa jawa) mempunyai arti Marah/kesal, ojo (bahasa jawa) mempunyai arti Jangan, Sopo (bahasa jawa) mempunyai arti siapa, sing (bahasa jawa) mempunyai arti yang*

"Lah iku rai e' medeni.. Yo wis, kulo nyuwun pangampunten yo Ci.. Wis yo.. Ojo nesu-nesu, mesem wae Ci biar dadi ayu maneh." ujar Budi dengan bahasa jawanya yang kalau diartikan lah, itu mukanya nyeremin gitu, ya sudah, saya minta maaf Ci, sudah ya, jangan marah-marah , senyum ya Ci biar jadi cantik kembali. Mendengar gombalannya aku agak senyum.

" Kalau boleh tau, kemarin di Jakarta ngapain Ci? Liburan?" tanya Budi padaku.

"Ada acara keluarga, mas Budi sendiri 2 tahun di Jakarta ngapain? Kerja?"

"Sebetulnya saya baru sampai Jakarta tadi pagi Ci..Saya dua tahun belakangan tinggal di London"

"London mas? Sekolah" tanyaku penasaran.

"Iya mbak, sekolah."

"Dimana?"

"University of The Art London"

"Wah keren.. Ambil jurusan apa?

"Illustrator Ci .."

"Wah keren.. Sekolah sampai jauh gitu mas.. Kenapa ga di Indonesia saja?"

"Sebetulnya saya juga ga pengen kuliah jauh-jauh mbak, karena mbok saya sendiri dan sudah tua di kampung.. Tapi sejak saya banyak menang lomba lukis dan lomba seni lainnya baik di dalam negeri maupun di luar negeri akhirnya, gubernur Jogja memanggil saya, beliau bangga dan senang dengan prestasi saya sebagai putra asli Jogja dan menanyakan ingin diberikan hadiah apa atas prestasi saya.. Karena saya ingin sekolah tinggi, akan tetapi karena masalah biaya saya tidak bisa melanjutkan, saya mengajukan permohonan untuk lanjut sekolah ke Kanjeng Sultan Hamengkubuwono x. Beliau menyetujui permintaan saya, dan membantu saya untuk mendapatkan beasiswa sekolah ke London" terang Budi panjang lebar padaku.

"Sebentar-sebentar.. Kalau dilihat-lihat, sepertinya muka mas Budi ini familiar deh.. Jangan.. Jangan.. Ini Mas Budi Saktiono ya? Budi Saktiono yang banyak memenangkan penghargaan di internasional dan mengharumkan nama Indonesia di bidang seni kan? Mas yang mewakili Indonesia untuk lomba mural di Sunny Art Prize 2012 kan?" tanyaku histeris.

"Iya mbak"

"Astaga... Wah mas pelukis ternama banget ni.. Suatu kehormatan buat saya duduk disamping mas" sanjungku kepada Budi.

"Ah mbak terlalu melebih-lebihkan.. Apa yang saya lakukan biasa aja lah" ujar Budi merendah.

"Seingat aku, mas juga pernah mendesain baju batik kan ya?" tanyaku pada Budi.

"Iya pernah beberapa kali, beberapa kali desainnya pernah jadi juara lomba juga kalau ga salah" jawab Budi santai.

"Aku kebetulan punya perusahaan garmen dan, juga aku ada butik baju kecil-kecilan, bagaimana kalau kita bekerjasama mendesain baju batik moderen untuk butikku?" tanyaku menawarkan berbisnis padanya.

"Waduh Ci.. Apa akan laku Ci? Kalau perlombaan atau festival aku biasa, tapi kalau buat jualan jujur aku masih amatir" jawab Budi polos.

"Ya ga papa mas, hitung- hitung nambah uang jajan, kita profesional kok mas, perusahaan garmenku biasa main ekspor ke luarnegeri, sudah gitu butik ku lumayan ada nama di jogja.. Namanya Ori n' All, pernah denger?"

"Hah.. Cici ini pemilik Butik Ori n' All Boutique? Serius? Butik yang baru buka 3 bulan tapi sudah banyak artis dan kalangan atas yang pakai? Yang baju-bajunya ga pernah lebih dari 7 hari sudah out off stock? Beneran Ci? Cici ini Lydia Minora Tan? Pebisnis muda yang sedang diperbincangkan oleh banyak kalangan bisnis karena dalam waktu singkat meraih peningkatan kesuksesan bisnis yang gila-gilaan?" Tanya Budi dengan muka kaget mendengar aku menyebut nama butikku.

"Iya aku Lydia Minora Tan, tapi berita tentang butikku dan pamorku ga kaya gitu lah.. Itu terlalu berlebihan" ujarku merendah.

"Wah Ci.. Boleh lah, kita ketemuan lebih formal mungkin ya di kantor Cici, saya bawa proyek-proyek desain saya yang belum saya publikasikan.. Kalau Cici suka nanti kita baru bicarakan lebih lanjut terkait masalah kerjasamanya" ujar Budi bersemangat.

"Bener y mas? Aku senang banget ni kalau kamu mau serius" tanyaku meminta kepastian Budi.

"Bener Ci.. Aku di Jogja seminggu, besok senin siang aku mampir ke kantor Cici kalau Cici berkenan, kalau Cici suka dengan rancangan desain yang aku usulkan kita lanjut terkait kontrak dan sebagainya.. Kalau akhirnya kita sepakat nanti kita teruskan kerjasamanya via korespodensi via email" tawar Budi.

"Ok besok ya mas.. Jam 2 siang bagaimana?"

"Bisa Ci, besok siang aku kesana."

"Aku bisa minta no kontakmu Mas?"

"Bisa, nanti setelah bisa menyalakan handphone kita tukeran no kontak ya Ci"

"Oke mas Budi"

Rupanya orang yang duduk disampingku adalah seniman ternama yang namanya lagi harum di Indonesia bernama Budi Saktiono. Budi yang hanya lulusan SMA menghasilkan banyak karya seni baik lukisan, seni mural, seni pahat, dan desain-desain baju yang spektakular dan selalu jadi mahakarya dan mendapat banyak penghargaan. Berasal dari keluarga miskin di Gunung Kidul, dia mampu membuktikan kejeniusannya dalam bidang seni. Banyak yang menyebutnya sebagai Budi tangan dewa, karya-karya dipuja puji banyak kritikus dunia, bahkan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono serta Gubernur Jogja memberikan dia kesempatan untuk melanjutkan sekolah tinggi di London karena Budi punya cita-cita sekolah tinggi walaupun sudah mempunyai nama besar agar bisa menaikan harkat derajat martabat keluarganya kalau dikutip dari alasannya ingin bersekolah saat di wawancara di Kick Andy.

Aku dan Budi berbincang tentang seluk beluk seni yang dia cintai dan pengalamannya selama bersekolah di London yang dari ceritanya menyisakan 1 tahun masa studi. Tanpa terasa 1 jam 15 menit di dalam pesawat sudah terlewati, waktunya untuk turun dari pesawat, sebelum kami berpisah aku dan Budi bertukaran kontak.

"Siapa tadi Lyd? Tanya Ardi padaku saat berjalan di dalam Bandara Adi Sucipto setelah turun dari pesawat untuk ke tempat pengambilan Bagasi.

"Koko tau Budi Saktiono, seniman serba bisa yang terkenal sampai manca negara?" aku menjawab pertanyaan Koko Ardi dengan pertanyaan

"Tau.. Kenapa?" tanya Ardi bingung.

"Ya itu orangnya.." terangku

"Hah..!!! yang tadi itu Budi Saktiono??!! Serius kamu, pantasan mukanya familiar. Tapi kok sederhana banget ya pakaiannya?"

"Ya itulah Ko.. Harusnya dengan karya-karya luarbiasanya dia bisa hidup enak, tapi tetap saja dia berpenampilan sangat sederhana"

"Hebat ada orang seperti itu di zaman kaya gini.." puji Ardi.

"Iya Ko.. Ngomong-ngomong itu Papa dan Mamaku sudah memanggil kita tuh, yuk kita ke sana" ujarku saat melihat dari kejauhan papa mamaku melambaikan tangannya di depan konter pengambilan bagasi. Aku dan Ardi memang jalan lebih belakangan dari Papa dan Mama karena aku mampir ke kamar kecil untuk buang air kecil sehingga wajar kalau papa dan mamaku sudah didepan konter pengambilan bagasi