webnovel

Pernikahan Paksa : Pengantin Pengganti

“Savvana Naddeline. Apakah kau bersedia menjadikan Nicholas Muis sebagai pendamping hidupmu? Baik dalam suka maupun duka. Baik saat sehat ataupun sakit. Dan baik itu kaya maupun miskin. Kau akan bersedia mencintai dia selamanya dan melanjutkan hari-harimu hanya dengannya hingga maut memisahkan kalian?” “Ya. Saya bersedia,” Dengan berat hati Savvana harus menyetujui pernikahan kontraknya dengan Nicholas. Laki-laki dengan sudut pandangnya yang merendahkan Savvana, memaksanya melanjutkan pernikahannya dengan Savvana setelah gagal menikah dengan Arianna, sahabat terbaik Savvana sekaligus saudara angkatnya. _____ Pernikahan ini terjadi semata-mata hanya untuk melindungi Arianna dan keluarganya dari masalah. Setelah Arianna bersikeras menolak pernikahannya dengan Nicholas. Lalu kabur bersama Edward, kekasihnya. Dan meminta Savvana untuk menggantikannya sementara di hari pernikahan. Savvana Naddeline justru terjebak dalam pernikahan singkatnya bersama anak haram keluarga Handerson. Pada awalnya, Savvana sama sekali tidak tahu kalau Nicholas ternyata memiliki pelik masalah keluarga yang rumit. Dia adalah anak diluar pernikahan putra pertama generasi ketiga keluarga Handerson. Seorang pebisnis terkemuka yang terus menurunkan dari kakek sampai cucunya, kemampuan mendesain yang luar biasa. Entah itu perihal arsitektur bangunan, interior atau desain grafis. - Story n Cover by Jessclace -

jessclace · perkotaan
Peringkat tidak cukup
21 Chs

001 Gantikan Aku

"Kau pasti bercanda. Bagaimana mungkin aku bisa menggantikanmu untuk menikah dengannya? Membantumu kabur bersama dengan Edward, kekasihmu? Dan kau ingin mengorbankan aku untuk bisa menghindari pernikahan?"

Pilihan ini adalah pilihan paling bodoh yang seharusnya tidak Savvana lakukan dalam hidupnya. Demi untuk membantu sahabatnya. Savvana sengaja mengacaukan pernikahan Arianna atas permintaan sang calon pengantin wanita.

Dimana Savvana dan Arianna memang sudah bersahabat sejak kecil. Telah menjadi sangat dekat seperti saudara kandung akibat berbagai faktor.

Apapun yang Arianna suka. Savvana menyukainya. Apapun yang Arianna tidak sukai. Savvana dengan tegas juga mengatakan bahwa dia tidak menyukainya.

Seperti kembar namun tidak mirip. Dan seperti saudara namun tidak memiliki ikatan darah. Keduanya hanya sekedar beruntung karena tidak menyukai pria yang sama. Namun, kedekatan itu membuat Savvana sangat sulit untuk menolak permintaan Arianna.

Berulang kali enggan untuk menyetujuinya. Namun berulang kali juga ragu untuk menolak. Pada akhirnya Savvana menyanggupi permintaan Arianna yang tulus memohon padanya.

"Vana. Aku mohon padamu kali ini saja. Edward sudah mengatur semuanya untuk kami dan aku tidak bisa menolaknya. Jika aku ingin kabur dan bahagia bersama dengannya. Hanya ini satu-satunya hal yang bisa kami lakukan demi kebahagiaan kami."

Arianna berulang kali mengatakan keinginan terbesarnya untuk menemukan kebahagiaan. Namun benarkah ini akan menjadi kebahagiaan Arianna? Dan pada akhirnya harus mengorbankan sahabatnya sendiri untuk menggantikannya?

Menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak yang lain?! Inikah yang sepantasnya Savvana terima demi sebuah hutang budi?

"Itu terlalu berbahaya, Rinna. Kamu tahu sendiri bagaimana tegasnya keluargamu. Dan kamu tahu seberapa besar niat mereka untuk bersanding dengan keluarga calon suamimu. Sudah memutuskan pilihan ini jauh-jauh hari. Lalu kau mendadak berencana melakukan kegilaan ini. Maka, apa kiranya yang nanti akan mereka lakukan terhadapku jika aku terlibat denganmu? Tidakkah kau cemas mereka akan melakukan hal yang nekat padaku?"

Arianna menggeleng lemah. Lalu meraih tangan Savvana untuk meyakinkannya.

"Mereka tidak akan mungkin berbuat jauh padamu, Vana. Mereka juga menyayangimu. Mereka pasti akan tahu, kamu melakukan semua ini hanya karena paksaan dariku. Maka dengan begini, mereka mungkin akan menyerah untuk menikahkan aku dengan laki-laki pilihan mereka. Atau mungkin lebih tepatnya, tidak akan bisa. Karena aku pasti sudah kabur jauh. Sejauh mungkin, agar mereka tidak bisa menemukanku."

Savvana langsung saja menyentuh keningnya yang sama sekali tidak bisa diajak berkompromi. Terlalu lelah dengan semua permintaan dan penjelasan itu. Namun masih ingin terus mendengarkan.

Savvana akhirnya berkata dengan separuh iba.

"Aku bukan tidak ingin membantumu, Rinna. Tidak. Namun aku tidak tahu bagaimana tanggapan calon suami nanti jika kalian gagal menikah. Bagaimana jika dia menghukumku dengan berat? Dan bagaimana jika dia sampai memenjarakan aku karena telah menipunya? Tidakkah hal ini yang juga perlu kau perhitungkan dan cemaskan, selain dirimu sendiri?"

Arianna yang sudah dibutakan oleh cintanya pada Edward, tak menunjukkan tanda-tanda goyahnya. Dia percaya segalanya akan berjalan baik selama dia, sebagai pembuat onar pertama, menyingkir dan tak berhasil ditemukan.

Arianna lagi-lagi membuai Savvana dengan kata-kata meyakinkannya.

"Itu tidak mungkin, Vana. Karena berdasarkan apa yang aku dengar. Calon suamiku adalah pria yang baik dan senang ber-derma. Pria dengan kekayaan yang tidak pernah habis. Namun seorang duda yang belum memiliki anak. Karena istrinya meninggal akibat sakit, satu tahun yang lalu."

Savvana lalu menatap Arianna dengan tatapan sangat terkejut.

"Pria semacam itu yang akan orang tuamu jodohkan padamu?!" Savvana memekik ngeri.

Siapa yang tidak akan terkejut? Dan siapa yang tidak akan frustasi karena semua ketidak-masuk-akalan ini? Seorang gadis perawan akan menikah dengan seorang duda!? Sekalipun tampan dan kaya. Segala logika ini tidak bisa masuk dalam logika Savvana!

"Kenapa kau tidak memberitahukan hal ini sebelumnya padaku? Kau hanya katakan bahwa dia pria yang cukup mampuni. Namun di hatimu hanya ada Edward seorang yang ingin kamu pertahankan. Sehingga kau terus berusaha ingin menggagalkan pernikahan ini. Namun pihak laki-laki, dari sisi satunya, dengan yakin mau menerimamu. Dan kedua orang tuamu juga sangat menyukainya."

Savvana kini memperlihatkan rasa prihatinnya pada Arianna. Sedangkan Arianna menggunakan rasa iba Savvana sebagai kesempatan untuk menarik lebih banyak simpatik darinya.

Lalu, tentu saja. Bantuan kecil.

"Oleh sebab itu, kau harus membantuku. Karena Edward sudah lebih dari cukup untukku. Aku tidak butuh Edward yang lain untuk menggantikannya. Seberapa pun sempurnanya dia seperti yang kedua orangtuaku ceritakan!"

Savvana terpaksa mendesah panjang. Dia sudah menduga dari awal bahwa dia tidak akan mungkin bisa mengelak dari permintaan yang ditujukan lurus ke arahnya.

Arianna dan Edward sudah menjalani masa pacaran mereka selama kurun waktu 4 tahun. Dan 4 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mereka bisa saling memisahkan diri karena keinginan sepihak orang tua Arianna yang ingin memberikan yang terbaik pada putri semata wayangnya.

Savvana, pada akhirnya, dengan penuh berat hati dan perasaan tertekan yang sulit dilukiskan, menyetujui permintaan Arianna tanpa berpikiran buruk untuk masa depannya.

"Baiklah. Untuk kali ini aku akan menyetujuinya. Karena hanya sebatas ini yang bisa aku bantu. Namun, berjanjilah satu hal padaku. Jangan pernah meminta sebuah permintaan yang menyulitkan untukku sekali lagi. Ini adalah yang terakhir."

Senyum ceria Arianna langsung mengembang seluas samudra. Dia sudah menduga bahwa Savvana tidak mungkin menolak permintaannya. Dan tidak akan pernah mungkin. Arianna kemudian memeluk Savvana erat seperti biasa. Setelah tenggelam dalam kebahagiaan sepihaknya.

"Kamu memang adalah yang terbaik dan tidak terkalahkan! Aku mencintaimu dan tak akan pernah melupakan jasa besarmu ini untuk seumur hidupku!"

***

Segala pujian dan juga rasa bangga yang Arianna lontarkan hari itu, terpaksa harus Savvana tepis jauh-jauh ketika malapetaka datang menerpanya. Mendorongnya jatuh ke sebuah masalah besar yang tidak bisa dia hindari, tepat di hari pernikahan Arianna.

Savvana yang saat itu telah mengenakan gaun yang sama dan bertukar posisi untuk menggantikan Arianna. Belum pernah merasakan kegugupan dan ketakutan yang luar biasa seperti halnya pada hari itu ketika seluruh kedoknya terbongkar.

Sambil masih menutupi wajahnya dengan cadar dan terus menunduk dalam agar dia dapat mempertahankan keberaniannya. Segala upaya keras Savvana ternyata hanya dapat berjalan sempurna pada awalnya.

Namun ketika mendadak sebuah tangan besar dan kuat membuka cadarnya. Semua orang sontak berteriak. Terutama kedua orang tua Arianna yang sangat terkejut mengetahui bahwa putrinya sudah berubah menjadi orang lain.

"Savvana! Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu mengenakan pakaian pengantin Arianna dan menggantikan posisinya?!"

Dengan perasaan campur aduk dan rasa bersalah, Savvana berulang kali meminta maaf pada semua orang, terutama Ericko dan Yolanda yang sepenuhnya telah menatapnya dengan sangat takjub.

"Saya minta maaf, Om dan Tante. Saya terpaksa melakukan ini atas permintaan Arianna. Dia tidak ingin menikah dengan pria pilihan kalian. Dan dia sudah memiliki orang yang dia sayangi. Sehingga, tolong batalkan pernikahan ini sekarang juga karena Arianna sudah kabur bersama Edward. Dan saya tidak tahu mereka menuju kemana."

Rasa frustasi dan penuh tekanan dirasakan oleh kedua orang tua Arianna setelahnya. Mereka berdua sulit percaya dan tidak pernah mengira akan dipermalukan sampai seperti ini oleh kedua putrinya.

Nicholas, sebagai sang pengantin pria. Sudah langsung saja menatap Savvana dengan tatapan menjurus.

"Jadi, pengantin wanita kabur bersama dengan kekasihnya? Lalu kau ada di sini untuk membantunya menggagalkan pernikahan?" Suara itu begitu tenang namun mengandung nada-nada hinaan. Dia telah menyiapkan acara besar. Dia juga telah bersedia menuruti desakan ibunya untuk segera menikah lagi. Namun ternyata, dia harus menerima penghinaan terbesar dalam hidupnya?

Savvana membulatkan keberanian dan tekadnya sekali untuk mengakhiri keributan ini dengan cara damai.

"Maafkan saya, Tuan. Seperti yang sudah saya katakan. Arianna selama ini sebenarnya sudah memiliki calon suami pilihannya sendiri. Dia tidak ingin menikah tanpa dasar cinta. Dan dia tidak ingin juga meninggalkan orang yang sangat dia cintai demi untuk menikah dengan Anda. Karena itu, saya mohon pengertiannya."

Nicholas mengulas senyum.

"Pengertian?"

***