Rosalind beruntung telah meninggal. Atau setidaknya itulah yang Rosie pikirkan saat menatap Fraunces. Wanita itu sudah menatapnya selama berjam-jam. Mungkin itu sedikit berlebihan. Sebenarnya, Rosalind hanya terlalu lelah untuk menghitung.
"Puas?" tanya Rosalind kepada Fraunces. "Nyonya Fraunces, saya tahu saya cantik, tapi tidak perlu menatap saya seperti itu."
"Apa sebenarnya kamu?"
"Sebuah binatang buas primordial dalam kulit manusia?" ujar Rosalind.
"Kamu tidak diberkati. Rambutmu agak berbeda dari orang-orang Lux."
Rosalind mengangguk tapi tidak menjelaskan apa-apa. Dia memalingkan kepalanya. "Gara-gara kamu, kami tidak bisa mengumpulkan cukup makanan," ujar Rosalind. "Apakah kamu siap memberi makananmu kepada para pelayan?"
"Kalau kamu tidak membakar makanannya, kita sudah punya makanan sekarang."
"Saya sama sekali tidak tahu apa yang Anda bicarakan."
"Adipati pasti akan mendengar tentang ini."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com