webnovel

Bertemu mantan

Setelah selesai menyantap makanan super lezat buatan Anita. Zyan pamitan kepada sang mama untuk pergi keluar mencari angin. Di luar rumah terlihat Zyan sudah masuk  kedalam mobilnya lalu mengemudikan nya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju tempat yang sering ia kunjungi.

Setelah beberapa menit akhirnya Zyan sampai di tempat yang ia tuju. yaitu danau yang sering ia kunjungi saat masih berpacaran dengan kekasihnya dulu. Laki-laki itu mendudukkan dirinya di batu besar yang berhadapan langsung dengan danau yang langsung memantulkan cahaya bulan.

Zyan mangadah kan kepalanya menatap langit yang di hiasi bintang-bintang serta bulan yang memancarkan cahaya terang. Zyan mengukir senyum lebar saat mengigat dulu ia sering datang kesini untuk menghilangkan penat karena rasa cepek seharian berada di rumah sakit. namun seketika senyuman Zyan memudar kala mendengar suara yang sudah lama ia tidak dengar.

"Ternyata kamu sering datang ketempat ini Zyan,"ucap seseorang wanita berdiri di Samping Zyan.

Zyan menoleh kearah wanita itu, seketika wajahnya langsung berubah.

"Elisa.."lirihnya bangkit dari duduknya.

Elisa tersenyum menatap cowok di depannya itu. kaki jenjang nya melangkah maju mendekati Zyan kemudian memeluknya erat."Aku senang bisa bertemu kamu lagi,"lirih Elisa tak lain adalah mantan kekasih Zyan.

"Aku baru menyesal Zyan, aku adalah wanita bodoh karena pernah meninggalkan laki-laki sebaik kamu.. aku kangen sama kebersamaan kita dulu."ucapnya semakin mempererat memeluknya.

Zyan terdiam membeku mendengar apa yang baru saja Elisa katakan. ingin rasanya Zyan membalas pelukan Elisa, namun ia urungkan karena teringat akan Elisa tak kunjung datang ke KUA dan ternyata wanita itu pergi bersama laki-laki lain.

Zyan yang tersadar segera melepas pelukan Elisa secara kasar. Ia  menatap Elisa tajam kemudian memundurkan tubuhnya beberapa langkah, Elisa yang mendapat perilaku dari Zyan menatap Zyan tak percaya.

"Zyan,"lirih Elisa mendekati Zyan. tapi laki-laki itu langsung mengangkat telapak tangannya agar Elisa tidak mendekati nya.

"Stop!"pekik Zyan menatap Elisa hingga mata pria itu memerah padam.

"Tadi kamu bilang apa? Kamu baru menyesal pernah meninggalkan ku?"Elisa mengangguk.

"Kemana saja kamu di saat pernikahan kita!!"bentaknya penuh menekan.

Elisa terhenyak mendengar apa yang baru saja ia dengar."Zyan.."lirih Elisa mencoba meraih tangan Zyan tapi malah di tepis.

"JANGAN PERNAH SENTUH AKU ELISA!!"

"STOP SEBUT NAMA AKU!"

"Zyan.."lirih Elisa suaranya hanya tertahan di tenggorokan. sembari meneteskan air matanya.

"Aku tau kamu masih cinta kan sama aku? Aku minta maaf Zyan, aku mau kembali lagi sama kamu. aku masih cinta sama kamu.. kamu mau kan perbaiki hubungan kita lagi?"

"Hubungan?"Zyan tersenyum kecut."Hubungan kita sudah selesai di saat kamu membatalkan pernikahan kita Elisa!"bentaknya.

Elisa menggeleng pelan. air matanya tidak bisa di bendung lagi."hiks.. hiks.. aku mau kembali lagi sama kamu Zyan, aku masih cinta sama mu."

"Kamu mau kan kembali lagi sama aku? Kita perbaiki hubungan kita yang sudah hancur, kamu mau kan?"

"Maaf, Hati ku sudah terlanjur rapuh buat kembali lagi sama kamu."

Deg

Segitu rapuhnya hati kamu Zyan.

Sampai kamu enggak mau kembali lagi sama aku, ini semua salah aku Zyan maaf.. batin Elisa menyesali perbuatannya dulu.

"Apa kamu tau setalah kejadian itu. kamu sudah buat diriku trauma sama yang namanya cinta. Kamu sudah membuat hidup ku hancur Elisa!"

"Hati ku hancur Elisa, hancur!!"teriak Zyan murka.

"Hiks.. hiks.. aku minta maaf.."isak nya terdengar pilu di Indra pendengaran Zyan.

"Minta maaf tidak akan bisa perbaiki semuanya, hati ku sudah terlanjur hancur!"pekik Zyan pergi meninggalkan Elisa. namun Elisa segera menyangkal tangannya agar tidak pergi.

"Aku mohon Zyan jangan tinggalin aku, aku masih cinta sama kamu."mohon Elisa namun Zyan malah menepis tangannya kasar.

"Omong kosong!"

"Stop ganggu aku Elisa!"pekiknya  pergi meninggalkan Elisa.

Tubuh Elisa langsung luluh ke tanah. ia melihat kepergian Zyan tanpa memperdulikan dirinya lagi. Elisa terus menangis menyesali perbuatannya dulu.

.

.

"Hello dokter Friska calon ibu dari anak-anak ku nanti."

"Kamu.."Dokter Friska terperanjat kaget. melihat dokter Zico sudah berdiri di depannya sambil menenteng satu keresek entah apa isinya.

Saat ini keduanya berada di restoran depan rumah sakit. Tadinya dokter Zico ingin pulang tapi ia, urungkan niatnya saat melihat pujaan hatinya sedang makan di restoran itu sendirian. Saat dokter Zico berjalan ke arah restoran ia, melihat seorang pria paruh baya berjualan martabat manis sambil mendorong gerobak.

Dokter Zico yang tau kalau dokter Friska menyukai martabak manis, dirinya berinisiatif membelikan martabak itu dengan jumlah cukup banyak.

"Ngapain kamu kesini?"tanya dokter Friska sebel." Ngerusak pemandangan aja."

Dokter Zico meletakan satu keresek yang ia bawa itu di atas meja. tak lupa juga senyuman manis terukir dibibir nya."Surprise!"

Kedua bola mata dokter Friska langsung berbinar saat dokter Zico membuka keresek itu."ini.. "dokter Friska menatap dokter Zico tak percaya.

Dokter Zico mengangguk."martabak manis rasa keju, di campur susu, ditaburi cinta dokter Zico yang ganteng-teng-tenggg."

Plak!

"Kok di tampar?!"Dokter Zico mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan maut dari dokter Friska.

"Makan tu martabak!"sarkas nya menyingkirkan keresek itu dari hadapan nya.

"Menurut kamu aku mau makan martabak yang dibungkus dengan plastik? Enggak!"

"Apa lagi yang bawain martabak itu kamu! tidak sudi aku makan makanan dari kamu."sambung dokter Friska berhasil menusuk hati Zico. Lalu dirinya beranjak dari duduknya pergi dari restoran dengan kesal.

"Gagal lagi,"lirih dokter Zico menunduk sedih.

"Pak dokter, aku mau martabaknya dong."

Dokter Zico mengangkat kepalanya menatap gadis yang sudah menyantap martabat itu dengan lahap.

"Rakus!"Dokter Zico merebut martabat yang hampir masuk kedalam mulut gadis itu. Lalu memasukan martabak itu kedalam mulutnya sendiri."Pak dokter juga mau Ale.."

Alena tertawa melihat tingkah dokter Zico yang menurutnya lucu."Pak dokter jangan sedih,"

"Siapa yang sedih? Mana mungkin dokter ganteng ini sedih."elaknya.

"Masih aja ngelak. Aku tau dokter Zico sedih karena Bu Friska tolak martabak dari dokter, tapi tenang. masih ada Ale yang mau makan martabak ini sampai habis."ucap Alena menampakan gigi putihnya.

Dokter Zico tertawa lepas mendengar tuturan gadis di depannya itu. Seketika kesedihannya langsung lenyap."Ale Ale.."dokter Zico menggeleng pelan.

"Alhamdulillah Ale udah kenyang. Makasih dokter Zico, lain kali bawa martabak lagi ya. ya udah kalau gitu Ale mau pulang dulu udah malam soalnya."pamit Alena beranjak dari duduknya.

"Pak dokter antar ya Al,"tawar dokter Zico.

"Tidak usah pak dokter,"tolak Alena tidak mau menyusahkan laki-laki itu.

"Tapi ini sudah malam loh, nanti kalau dijalan terjadi apa-apa bagaimana?"

"Ale itu udah biasa pak dokter pulang sendiri Jadi jangan khawatir."

"Kalau gitu Ale pergi dulu ya,"

"Tapi.."Dokter Zico menggeleng saat melihat Alena langsung berlari keluar restoran.

.

.

Zyan menutup pintu mobilnya kasar. Ia menyenderkan tubuhnya di senderan kursi laki-laki itu meremas rambutnya frustasi mengigat pertemuannya dengan kekasihnya dulu, Elisa.

"Argh!"teriaknya memukul setir.

"Kenapa aku harus bertemu kamu lagi Argh!!"

Zyan menoleh ke arah luar jendela. ia bisa melihat dengan jelas Elisa menyesali perbuatannya dulu. Seketika air mata Zyan jatuh ada perasaan yang tidak tega melihat Elisa menangis hingga cegukan. tapi Zyan selalu ingat akan kejadian kelam itu, tangan laki-laki itu mencekal air matanya secara kasar kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Di perjalanan Zyan terus mengigat pertemuannya dengan Elisa setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Zyan yang sedari tadi tidak fokus menyetir tidak menyadari ada seorang gadis yang sedang menyebrang menggunakan sepeda ontel dan akhirnya..

Brakk!