Setelah test berakhir, akhirnya Madara pergi meninggalkan Academy. Dia tidak peduli dengan orang yang membicarakannya atau apapun itu.
Banyak yang berbisik tentang kekuatan dahsyat yang Madara miliki dan betapa kejamnya dia.
Berbeda dengan siswi putri. Mereka melihat Madara dengan tatapan penuh nafsu.
Pesona Uchiha memang matap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah sampai di rumah, Madara pun bergegas ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Dia berencana untuk mempekerjakan Maid di mainson nya agar mension ini tidak di anggap sepi.
Madara menggunakan pakian kasulanya, yaitu kimono hitam dengan motif lambang Uchiha di bagian belakang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah beberapa saat Madara berjalan di mencari Guild yang menawarkan pekerja, akhirnya dia sampai di guild tersebut.
Pelayan: "Selamat Datang di Guild *****. Ada yang bisa saya bantu tuan?!"
Madara: "Hn. Aku ingin mencari beberapa Maid dan pekerja penjaga kebun untuk rumahku."
Pelayan: "Baiklah tuan. Silahkan ikuti saya!"
Madara pun mengikuti pelayan tersebut untuk mencari beberapa Maid dan pekerja yang cocok.
Setelah selesai memproses semua hal yang dibutuhkan, akhirnya Madara pun kembali ke Mansion dengan para Maid dan Pekerja penjaga kebun.
Sesampainya di Mansion
Madara membagi tugas setiap Maid dan juga para penjaga kebun untuk merawat tanaman.
Untuk masalah keuangan, Madara memperoleh uang dengan cara membuat Clone nya bekerja.
Madara membuat lebih dari 50 Clone dan menyuruh mereka untuk berhenge dan berkerja di seluruh kerajaan yang ada.
Para Clone ini adalah membuat berbagai bisnis unik. Entah itu bisnis rendah ataupun bisnis tinggi asalkan menghasilkan uang, Madara tisak memikirkannya.
Toh, entah itu pekerjaan kotor ataupun tisak, Madara juga tidak perlu khawatir tentang dirinya yang akan terlibat dengan pekerjaan tersebut karena itu hanya sebuah Clone yang dapat di hilangkan kapan saja.
Skip 1 Bulan Kemudian
Akhirnya, Madara di terima di Academy Sihir Albion dengan peringkat tertinggi karena hasil yang dia capai sangatlah bagus.
Ke esokan harinya, Madara bangun pagi-pagi dan pergi mandi membersihkan diri.
Setelah mandi, Madara pergi ke ruang makan yang sudah di sambut beberapa Maid yang sudah menyiapkan sarapan pagi.
Maid 1,2,3: "Ohayou, Madara-Sama!"
Madara: "Hn"
Skip setelah sarapan pagi
Madara menggunakan rompi iconic nya yang legendaris sambil membawa 2 senjata legendarisnya yaitu sabit dan Gunbai miliknya yang di taruh di punggungnya.
Bisa dikatakan, seragam yang di pakai di Academy Albion itu adalah seragam buatan sendiri atau bisa dikatakan bebas menentukannya sendiri.
Di perjalanan, banyak yang memperhatikan Madara karena penampilannya yang terlihat Ganas, Liar, dan keren di mata para laki-laki.
Dimata para perempuan, Madara terlihat seperti seorang ksatria tingkat atas yang menjadi pemimpin perang. Mereka memandang Madara penuh minat, ada juga yang memandang Madara penuh Nafsu.
Madara hanya cuek dan tak mempedulikan sekitarnya. Dia terus berjalan menuju Academy
Sesampainya di Academy, Madara mencari kelasnya. Banyak yang memperhatikan dirinya namun seperti biasa, sikap bengek Uchihanya yang acuh tak acuh terlihat sombong di mata para murid lelaki bangsawan.
Sesampainya di kelas, sudah banyak anak-anak yang telah duduk di bangkunya masing-masing.
Madara memilih tempat yang berada di pojok kanan paling belakang karena dia tidak suka keramaian.
???: "Ahh, apakah kau Uchiha Madara yang dirumorkan itu?!"
Madara melihat orang yang mencoba berbicara dengannya itu.
Dia memiliki penampilan yang lumayan untuk kelas bangsawan muda. Berambut blonde dan berwajah wibawa serta kulit agak coklat dan memiliki tinggi sekita 178,6 cm dan memakai pakian ala bangsawan.
Madara: "Hn... "
???: "ahh maaf. Namaku adalah kenshin. Panggil saja Ken. Mohon bantuannya untuk kedepannya!"
Madara: "Hn. Madara Uchiha. Panggil saja Madara!"
Setelah selesai berkenalan, Madara duduk di samping Ken yang berada di kirinya karena posisi Madara berada di paling Pojok kanan.
Madara dan Ken terlibat pembicaraan ringan beberapa menit. Madara mengetahui bahwa Ken adalah bangsawan dari kerajaan Matahari. Ayahnya seorang sekertaris kerajaan matahari. Ken ditugaskan oleh ayahnya untuk bersekolah di Academy Albion karena bakatnya tentang sihir.
Ken adalah sosok yang ramah namun jugaenyebalkan untuk beberapa waktu saat bercanda.
Madara tak mempermasalahkan hal itu. Justru bagi Madara ini adalah hiburan kecil untuk menghabiskan waktunya.
Ken: "Ngomong-ngomong, Madara. Kenapa bentuk matamu terlihat seperti itu? Apakah memang keturunan dari keluargamu?"
Madara: "Hn. Semua dari keluargaku memiliki mata yang berbentuk unik sepertiku."
 -->
Bentuk Mangekyo Madara
Saat Ini
Madara sengaja tidak menonaktifkan matanya karena.... Pamer!
Ken: "Uwah... Aku juga ingin memiliki bentuk mata sepertimu. Itu terlihat keren!"
Madara: "Hn"
Beberapa menit kemudian, akhirnya guru wali kelas Madara pun sampai.
Momo: "Etoo... Ohayou kelas!! Etoo, perkenalkan namaku Momo. Hanya Momo. Aku adalah wali kelas kalian selama 5 tahun kedepan. Etoo, mihon bantuannya."
Semua murid pun sweatdroop dengan perkenalan wali kelas mereka. Terlihat, dia tampak tak memiliki semangat hidup sedikitpun
Memang, wajahnya terlihat cantik, pupil mata berwarna bitu muda, mempunyai kulit berwarna putih halus, oppai sebesar gaban. (Nice) dan masih terlihat muda.
Momo: "Etoo, aku ingin kalian semua memperkenalkan diri kalian dan maju kedepan."
2 anak kembar pun maju kedepan dan mulai memperkenalkan diri mereka.
(A/N: Disini gua ngambil karakter dari serial tokyo Revengers. Yaitu si Smiley sama Angry karena kepribadian mereka xocok jika satu geng ama Madara!)
Nahoya: "Yosh. Pekenalkan, aku Nahoya Kawata!"
Souta: "Namaku, Souta Kawata, Kusoyaro!!"
Nahoya&Souta: Kami adalah The Twin Devil!!"
 -->
Madara yang melihat mereka berdua pun sedikit tertarik dengan tingkah mereka.
Madara: 'hmmm. Menarik!'
Ilyasa: "Namaku Mikoto Ilyasa. Dari kerajaan kegelapan. Mohin bantuannya!"
 -->
Madara: 'Ahh, dia ras iblis yah!'
Beberapa saat setelah perkenalan.
Akhirnya giliran Madara memperkenalkan diri.
Madara: "Madara Uchiha. Dari kota Netral. Aku benci orang lemah dan orang yang Naif. Mohon bantuannya!"
Kata-kata madara berhasil membuat sebagian murid emosi namun tidak berani membalas Madara karena mereka tau seberapa mengerikannya Madara.
Mereka semua melihat di ujian masuk tentang sadusnya Madara memukuli anak bangsawan tanpa ampun dan tak pandang bulu hanya karena masalah sepele.
Momo: "Baiklah, etoo... Temui aku di ruang Latihan bawah tanah... Etoo.... Kita akan mengadakan test."
~Haik Sensei~ jawab semua murid kecuali Madara, Ken, Souta, Nahoya, dan Ilyasa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Diperjalanan, Souta dan Nahoya menghampiri Madara. Tampaknya, mereka berdua tertarik berteman dengan Madara karena sifat Madara yang keren menurut mereka.
Madara: "Jadi ini ya, tempat test nya? Jika dilihat malahan seperti tenpat untuk bertarung!"
Ken: "Uwaahh. Madara-San, kau ini memang Maniak petarung yah?!"
Ilyasa: "...."
Souta: "HUH!! KAU SUKA BERTARUNG?!!"
nahoya: "Hahahaha!!"
Ken: "Oh benar juga. Madara-San. Ku dengar banyak gadis yang menyatakan cinta padamu?! Enak sekali yah menjadi dirimu!"
Madara: "Aku tidak peduli dengan hal seperti itu, Ken!"
Ken: "are? Kenapa?
Nahoya: "Hahahaha, aku juga penasaran, kenapa orang seperti Madara tidak tertarik dengan hal yang seperti itu?!"
Souta: "Bajingan!"
Madara: "Bagiku,Cinta adalah awal dari Kebencian!"
Madara Geng: "Huh?!"
Madara: "Kau tahu, kenaoa seluruh kerajaan terus berperang?"
Mereka semua terdiam agar Madara melanjutkan perkataannya.
Madara: "Itu karena mengincar perdamaian dan menghapus konflik akan membuat makhluk hidup yang memiliki hati menjadi makhluk tak memiliki hati. Mereka yang tak memahami rasa sakit sejati tidak akan bisa memahami kedamaian sejati."
Mereka semua tetap terdiam dan menunggu Madara melanjutkan katanya
Madara: "Rasakanlah penderitaan, Pikirkanlah penderitaan, terimalah penderitaan, ketahuilah penderitaan. Seseorang yang tak mengenal arti penderitaan takkan mengenal arti kedamaian sejati."
Mereka semua tertegun dengan kata-kata mutiara
Yah walaupun Madara sendiri meniru kata kata nagato. Awokwowkwok.
Tapi bodo amat, yang oenting keren. Itulah pikiran Madara.
Ilyasa: "Apa yang kau katakan tadi... Ada benarnya!"
Ken: "Entah kenapa rasanya aku seperti diberikan kecerahan hidup!"
Souta&Nahoya: "Hm hm!"
Ilyasa: "Lalu Madara, menurutmu... Apa itu kehidupan"
Madara tampak memikirkan oerkataan tersebut lalu menghela nafas berat.
Madara: "Semakin lama kau hidup semakin lama kau menyadari bahwa kenyataan hanya terbuat dari rasa sakit, penderitaan, dan kekosongan!"
Liyasa hanya mengangguk sebagai proses bahwa dia memahami perkataannya dan membiarkan Madara untuk melanjutkan katanya.
Madara: "Di dunia ini, dimana ada Cahaya, disitu ada bayangan. Selama konsep dan kata "Pemenang" itu ada,pasti akan ada pecundang. Egois dalam hal kehidupan, menyebabkan perang dan kebencian lahir dari rasa cinta."
Kata-kata Madara seakan membuka isi hati mereka te ntang arti kehidupan itu sendiri.
Beberapa kali Madara menyinggung tentang apa itu yang Namanya Rasa sakit. Apa itu perdamaian sejati. Dn apa itu kehidupan.
Mereka yang mendengarkan kata kata Madara seakan mengerti, setiap kata yang di ucapkan Madara adalah kata yang memiliki arti tersembunyi.
Diam diam mereka menaruh rasa Hormat paling dalam kepada Madara karena berhasil menyadarkan mereka tentang apa itu kehidupan sejati.
~Entah kenapa, saat Madara mengatakan Arti kehidupan, aku merasa bahwa apa yang dikatakan Madara adalah hal kebenaran.~
Pikir mereka semua.
Madara: "Ketahuilah bahwa hidup yang kau jalani sekarang ini hanya sementara, karena itu lakukanlah apa yang harus kau lakukan untuk bisa bertahan hidup dan jalanilah sesuai dengan kehendak dirimu sendiri. Hidup yang sekarang ini tidaklah mudah untuk dijalani, karena itu jadilah seperti batu karang yang tetap keras dan jadilah sang pemenang yang tak pernah terkalahkan. Hidup akan memiliki arti jika yang kita lihat adalah apa yang perlu dilihat, jika yang kita dengar adalah apa yang perlu kita dengar, jika yang kita bicarakan adalah apa yang perlu dibicarakan, dan jika yang ingin dicari tahu adalah apa yang perlu untuk diketahui.
Mereka berempat mengangguk sebagai respon.
Madara: "Hidup adalah bagaimana kita memandang dan merenung untuk mendapatkan arti dan tujuan dari hidup yang seutuhnya. Memahami apapun, melihat dari sudut pandang yang berbeda adalah hidup yang memiliki beraneka-ragam warna!"
Sekali lagi, mereka tertegun dengan jawaban yang diberikan Madara kepada mereka.
Bagi Madara, uang, harta, maupun benda adalah sesuatu yang dapat dia capai hanya dengan berdiam diri. Namun jika sudah menyangkut pautkan tentang kehidupan, itu adalah hal yang paling Madara banggakan saat ini.
Bagi Madara, hanya diberi kehidupan dia sudah bersyukur seutuhnya.
Dia sendiri sudah merasakan apa itu kematian. Jadi, baginya, khidupan adalah sesuatu hal yang sangat luas dan tak seorang pun dapat dengan mudah memahami apa itu arti kehidupan.
Rasa cinta, rasa sakit, kebencian, perang, adalah hal yang sudah sering Madara rasakan di kehidupan sebelumnya.
~Itulah kenapa kami mengagumimu, Madara. Kau membuka mata kami seakan untuk melihat lebih jauh apa itu kehidupan, rasa sakit, oenderitaan, perdamaian abadi, dan hal lainnya di dunia ini!~
Pikir mereka berempat aetelah mendengar kata kata Madara.
Mereka tidak pernah bertemu dengan orang yang sepintar dan semengerti Madara. Mereka tau, selama ini mereka hanya bertemu dengan makhluk yang memiliki otak dangkal yang hanya mementingkan diri mereka sendiri.
Hanya karena perbedaan Ras, agama, budaya, dan keyakina mereka sampai terpecah belah dan peperangan pun tak teehindarkan.
Madara: 'Entah kenapa, aku malah bersyukur jika aku siberi kehidupan yang kedua ini!'
Gumam Madara