webnovel

Pelabuhan

Sembari memperhatikan semua bajak laut itu turun satu-persatu, Loir juga memastikan dengan teliti kalau tangan mereka semua dalam keadaan terikat. Terutama Irigen yang harus diikat seluruhnya seperti mumi, mengingat bajak laut yang bisa sihir itu terkenal sangat licin dan sulit ditangkap.

Mungkin sejak dulu mereka memang harusnya mengirim salah satu penyihir akademi untuk mengurusnya.

Baru setelah semuanya digoyong ke dalam kereta untuk dikirim ke penjara, pandangan Loir pun beralih ke arah rombongan para korban, yaitu sepasang ayah-anak yang merupakan pemilik kapal pedagang jelek itu, dan satu perempuan muda yang katanya salah satu penumpang di kapal mereka.

Dan tidak lupa, Alrei Kransfein si bangsawan yang wajahnya juga familiar. Loir sudah tahu kalau bangsawan sombong itu katanya sedang pergi ke luar kota, tapi siapa sangka kalau dia akan pulang dengan kapal bajak laut.

"Bertemu dengan bajak laut seperti Irigen… Entah kau sial atau justru beruntung." Sapanya.

Dengan senyum yang sama palsunya, Rei membalas. "Mungkin dua-duanya."

"Haha. Walaupun Aku sedikit berharap kau langsung membunuhnya saja." Balas Loir yang kemudian mendekatkan kepalanya seperti berbisik. "Aku ragu anak buahku yang lain bisa menjaganya sampai dia harus dipasung."

"Ya, tapi bukan Aku yang menangkapnya."

"...?" Loir terdiam agak lama untuk memahaminya, tapi kemudian senyumnya kembali melebar saat dia menoleh ke orang yang ada di dekat Rei. "Ah! Sudah kuduga. Pasti tuan gagah ini yang berhasil menangkapnya ya! Sepertinya pengalaman memang tidak bisa bohong." Katanya pada si kapten.

Si pria tua kelihatan agak kaget, tapi kemudian lubang hidungnya langsung kelihatan membesar diikuti dengan senyum yang lebar. "Ehem! Haha, pukulanku memang terkenal mengerikan sejak dulu--"

Buk! Tapi sebelum ayahnya bisa mengarang lebih jauh, untungnya Feny paham gelagat Rei dan memutuskan untuk menendang kakinya. "Ayah kan cuma melempari mereka dengan ember." Timpalnya. "Semua ini berkat kak Aria!" Lanjutnya.

Mengikuti arah tunjukkannya, Loir pun mengalihkan pandangannya pada seorang wanita muda yang ada di samping Feny. "Oh, benarkah?" Tanyanya tidak percaya.

Walaupun orang yang ditunjuk juga langsung kebingungan sendiri dan buru-buru mengibas-ngibaskan tangannya. "Eh, A-Aku cuma, tapi semua orang juga membantu, jadi Aku sama sekali tidak…"

"Dia bisa menggunakan sihir." Sela Rei lagi. "Tadi tiba-tiba saja dia membuat semua bajak laut itu tidak bisa bergerak, jadi kami cuma perlu mengikat mereka." Jelasnya.

Dia sempat menangkap wajah Aria yang kelihatan bingung dengan perkataannya. Tapi dengan pandangan mata yang singkat, dia langsung memerintahkan Alisa untuk menutup mulutnya dulu.

"Begitu…? Tapi sampai bisa mengurus Irigen, anda pasti penyihir yang sangat hebat." Komentar Loir, setengah memuji setengah penasaran.

"...Omong-omong, saya Loir Avelias. Saya penanggung jawab keamanan di pelabuhan ini. Dan siapa nama anda, kalau saya boleh tahu?"

"Ah, itu, saya Aria." Jawabnya kikuk.

"Dan boleh saya tahu bagaimana--"

"Hei." Sela Rei lagi karena Loir kelihatan sudah akan melemparkan pertanyaan lain pada Aria. "Apa kau punya kereta yang bisa kupakai? Aku perlu meminjamnya untuk pulang. Barang bawaanku juga agak banyak."

"Oh? Para pelayanmu memang tidak ada yang menjemput?"

"Aku pulang buru-buru, jadi Aku tidak sempat memberitahu orang rumah."

"Hoo, apa ada sesuatu?"

"Yah, sesuatu memang selalu ada." Balasnya asal yang kemudian kembali beralih ke arah Aria. "Jangan lupa ambil barangmu… Barang kalian juga." Lanjut Rei, yang untungnya sempat mengoreksi perkataannya.

Soalnya bisa kelihatan aneh kalau dia cuma mengajak Aria, jadi dengan cepat dia langsung memutuskan untuk sekalian mengajak si kapten dan anaknya juga.

"Mereka semua akan ikut ke rumahmu?" Tanya Loir lagi.

"Mereka sempat membantuku. Jadi Aku terlanjur janji akan membalasnya sedikit." Jawab Rei santai, seperti yang sudah dia rencanakan.

Loir terdiam sejenak seperti berusaha menelaah isi pikiran Rei. Tapi tidak lama kemudian senyumnya malah kembali melebar. "Kalau begitu kau pasti tidak akan keberatan kalau Aku ikut juga? Sebagai kepala keamanan di sini--"

"Aku juga tadinya ingin bilang begitu, tapi sepertinya lain kali saja." Sela Rei cepat-cepat. "Setelah mengurus Irigen dan berlayar seharian, kami sangat lelah sekarang." Lanjutnya.

Dan sebelum Loir bisa membalas lagi, dengan cepat Rei langsung mengalihkan pandangannya menghindari Loir. "Jadi mana keretanya?"