webnovel

Tapi Akulah Sang Pengawas Kelas!

Editor: Wave Literature

Sang mentari – yang terlihat bagai sebuah roda api berwarna merah – perlahan tenggelam di ufuk barat pegunungan.

Cahayanya tidak membutakan mata; namun terlihat lembut dan cerah.

Langit barat mulai terlihat kemerahan karena cahaya senja yang terus menyebar. Warna itu terus bercampur dengan warna biru di langit, bagaikan seorang selir kerajaan yang bahagia karena telah diberi hadiah – sehingga ia terus mendekati sang kaisar dan mengajaknya tidur bersama.

Gunung Qing Mao telah diselimuti oleh lautan warna merah bak mawar. Setiap bangunan berpilar tinggipun diliputi cahaya keemasan.

Hutan di sekitar akademi terlihat seperti dilapisi minyak. Angin bertiup sepoi-sepoi ketika para murid keluar dari ruang kelas sambil membawa kantong uang di saku celana mereka. Mereka semua terlihat tenang dan santai.

"Aku sama sekali tidak tahu apa yang ada di pikiran Fang Yuan sampai-sampai dia menolak posisi pengawas kelas!"

"Heh heh heh, otaknya pasti sudah hangus. Aku yakin yang ada di pikirannya hanyalah membunuh orang. Lebih baik kita tidak usah mempedulikan orang gila seperti dia."

"Kalau dipikir-pikir lagi, aku benar-benar ketakutan ketika dia masuk ke kelas. Itu benar-benar mengerikan, sampai-sampai aku bermimpi buruk tepat setelah aku pulang ke rumah."

Para murid berjalan dengan kelompoknya masing-masing. Kelompok-kelompok itu berisikan 2-3 orang.

"Selamat pagi, Pengawas."

"Mmm."

"Halo, Pengawas."

"Mhmm."

Gu Yue Mo Bei berjalan dengan lagaknya yang sombong. Kemanapun ia pergi, semua murid akan menyapa dan memberi hormat kepadanya.

Dia tidak dapat menyembunyikan rasa senang dan bangganya.

Dia senang karena memiliki kekuasaan.

Meskipun statusnya tidak begitu berarti, hal itu tetap membuatnya lebih percaya diri.

Mo Bei menatap sinar mentari yang kemerahan dengan hati penuh sukacita, "Aku baru menyadari bahwa senja itu cantik sekali…"

"Hmph, dia begitu bangga hanya karena menjadi pengawas – seakan-akan posisinya sehebat itu." Gu Yue Chi Cheng sengaja berjalan dari kejauhan, karena dia tidak mau menyapa Gu Yue Mo Bei.

"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang Fang Yuan pikirkan, sehingga dia menolak posisi itu. Tapi ada baiknya juga – kalau dia jadi pengawas, aku tidak akan bisa menjadi wakil pengawas." Gu Yue Chi Cheng merasa bingung; namun dia juga senang dan lega di saat yang bersamaan.

"Selamat pagi, Wakil Pengawas." Di saat itulah, seorang murid menyapanya sebelum berjalan melewatinya.

"Heh heh, selamat pagi juga." Gu Yue Chi Cheng tersenyum sambil mengangguk.

Begitu murid tersebut pergi, Chi Cheng berpikir, "Rasanya cukup menyenangkan menjadi wakil pengawas. Aku yakin, pasti lebih menyenangkan menjadi pengawas. Seandainya saja aku yang menjadi pengawas, pasti itu akan lebih memuaskan!"

Chi Cheng yang tadinya merasa senang, kini dipenuhi dengan keserakahan. Dia mulai memikirkan bagaimana rasanya menjadi pengawas kelas.

Tingkatan jabatan di dalam sistem klan bagai sebuah umpan wortel yang berukuran lebih besar dari sebelumnya. Dan umpan itu telah menggodanya.

"Meskipun bakatku hanya bernilai C, aku yakin semuanya akan semakin membaik." Hati Gu Yue Chi Cheng dipenuhi harapan.

Di saat yang bersamaan, sang wakil pengawas yang lain – Gu Yue Fang Zheng – tengah menahan amarah. Ekspresi wajahnya terlihat buruk.

"Kakak, beraninya kau!" Dia membelalak tidak percaya melihat sesosok manusia yang sedang berdiri menghadang gerbang akademi.

"Seperti biasa – satu butir batu primeval untuk masing-masing orang." Fang Yuan melipat kedua lengannya sembari berkata dengan nada datar.

Fang Zheng membuka dan menutup mulutnya beberapa kali. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berkata, "Tapi aku wakil pengawasmu sekarang!"

"Itu memang benar." Fang Yuan mengangguk tanpa menunjukkan ekspresi apapun. "Sang wakil pengawas kelas mendapat lima butir batu primeval setiap saat. Jadi, kau harus memberiku tiga butir."

Fang Zheng ternganga. Ia tak mampu berkata-kata.

Segerombolan murid terlihat sedang mengelilingi Gu Yue Mo Bei sembari berjalan keluar.

Ketika mereka melihat Fang Yuan menghalangi gerbang akademi, Gu Yue Mo Bei langsung murka dan menunjuk Fang Yuan. "Fang Yuan! Beraninya kau masih menghalangi kami! Sekarang aku adalah pengawas kelasmu, dan kau harusnya membungkuk dan memberi hormat padaku!"

Fang Yuan membalasnya dengan sebuah pukulan tangan.

Gu Yue sama sekali tidak menduga serangan itu. Dia langsung mundur beberapa langkah – lalu menatap Fang Yuan dengan tidak percaya. "Kau memukulku? Kau beraninya memukulku? Aku adalah sang pengawas kelas!"

Sekali lagi, Fang Yuan memukul Mo Bei.

Bang, bang, bang.

Setelah beberapa kali bertarung, Gu Yue Mo Bei terjatuh ke tanah dan pingsan.

Murid-murid yang ada di sana membelalakkan matanya melihat kejadian itu. Semuanya tidak tahu harus berbuat apa.

Ini benar-benar di luar dugaan mereka!

Para penjaga gerbang juga diam-diam menyaksikan semuanya. Mereka pun berbisik-bisik.

"Fang Yuan baru saja membuat sang pengawas kelas pingsan. Apa yang harus kita lakukan?"

"Tunggu saja sebentar!"

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, kita saksikan saja dulu. Lalu kita panggil yang lain untuk membereskan tempat itu."

"Tapi…"

"Hei, kau berani memancing seseorang seperti Fang Yuan? Aku harap kau ingat apa yang telah terjadi pada Wang Da dan Wu Er!"

Sang penjaga yang protes itu pun seketika merinding dan berhenti berbicara.

Kedua penjaga berdiri tegak dan membiarkan kejadian berlangsung. Mereka bertingkah seakan-akan mereka buta dan tuli – tidak mampu melihat dan mendengar apapun.

Setelah Fang Yuan selesai berurusan dengan Gu Yue Mo Bei, dia juga berhadapan dengan Fang Zheng dan Chi Cheng.

Di saat itulah, murid-murid menyadari bahwa semuanya akan tetap sama. Fang Yuan tetaplah Fang Yuan yang dulu, dan perampokan ini akan terus berlanjut.

"Masing-masing dari kalian harus memberiku satu butir batu primeval. Untuk kedua wakil pengawas, beri aku tiga butir. Sementara sang pengawas harus memberiku delapan butir." Fang Yuan memberi pengumuman baru.

Para murid hanya bisa menghela napas dan mengambil batu primeval mereka.

Ketika mereka keluar dari gerbang akademi, tiba-tiba seseorang memukul dahinya dan berseru, "Aku tahu sekarang! Pantas saja Fang Yuan tidak mau menjadi pengawas kelas. Dia masih ingin menjarah uang kita!"

"Itu benar. Setiap dia melakukannya, dia akan mendapat 59 butir – dan sekarang dia akan mendapat 68 butir. Jika dia menjadi pengawas kelas, dia hanya akan mendapat 10 butir." Beberapa murid pun mulai tersadar.

"Dia terlalu kejam dan licik!" Sebagian menepuk paha mereka dengan perasaan marah dan dendam.

"Ini berarti posisi pengawas dan wakil pengawas tidak ada artinya. Mereka juga akan dijarah – dan pada akhirnya mereka tetap saja memiliki dua butir batu. Sama seperti kita."

Tidak diketahui siapa yang baru saja berbicara. Namun ketika para murid mendengarnya, mereka langsung terdiam.

Brak!

Sang ketua akademi mendobrak meja dengan penuh amarah.

"Anak ini terlalu konyol. Apa-apaan dia? Beraninya dia menjarah 8 butir batu dari sang pengawas, dan 3 butir batu dari kedua wakil pengawas! Kalau begini, apa bedanya pengawas dan wakil pengawas dengan murid-murid yang lain?!" Sang ketua akademi tidak dapat menahan amarah dalam suaranya.

Ketika Fang Yuan menolak posisi pengawas kelas, itu sama saja dengan menolak untuk masuk ke dalam sistem klan. Secara tidak langsung, ia telah mengkhianati klan. Itu sudah cukup membuat sang ketua akademi merasa murka.

Dan tepat setelah pembagian batu, ia kembali merampok teman-temannya. Hal ini sudah di luar batas wajar. Akibat penjarahan tersebut, posisi pengawas dan wakil pengawas sudah pasti akan semakin melemah.

Lambat laun, murid-murid yang lain akan kehilangan rasa hormat mereka terhadap sang pengawas dan kedua wakilnya. Mereka juga tidak akan tertarik menjabat kedua posisi tersebut.

Meskipun tindakan Fang Yuan terlihat remeh, makna di baliknya cukup berat dan mendalam.

Dia sama saja menantang sistem klan menggunakan kekuatannya sendiri!

Ini adalah sesuatu yang sangat tidak diinginkan sang ketua akademi. Dia merawat para calon harapan klan, bukan para pengkhianat klan. Meskipun Fang Yuan sudah keterlaluan, dia sadar bahwa dia tidak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.

Jika dia ikut campur dalam masalah ini, orang pertama yang tidak akan menerimanya adalah sang ketua klan. Orang kedua dan ketiga yang akan melawannya adalah Gu Yue Chi Lian dan Gu Yue Mo Chen.

Sang ketua klan berharap banyak kepada Gu Yue Fang Zheng – karena hanya dialah yang memiliki bakat bernilai A selama tiga tahun terakhir. Sang ketua klan membutuhkan seorang jenius yang mandiri dan gigih, bukan anak lemah yang harus dituntun.

Di saat yang bersamaan, Chi Lian dan Mo Chen juga menaruh harapan pada cucu mereka masing-masing. Mereka berharap cucu mereka akan tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masalah yang terus muncul.

Jika sang ketua akademi menghukum Fang Yuan, akan ada rumor yang mengatakan bahwa "Calon penerus keluarga Mo dan Chi tidak dapat mengalahkan Fang Yuan – dan mereka harus bergantung pada para tetua."

Itu bukanlah sesuatu yang baik.

Hal itu akan merusak harga diri keluarga Mo dan Chi.

Tentu saja, sang ketua akademi tidak takut dengan Fang Yuan – dia hanyalah sebuah masalah kecil. Namun, sang ketua khawatir bahwa tindakan Fang Yuan akan mempengaruhi tiga sisi – sang ketua klan, kepala keluarga Mo, dan kepala keluarga Chi. Mereka bertiga merupakan para petinggi klan Gu Yue. Dengan posisinya yang cukup rendahan, bagaimana sang ketua akademi bisa bertahan?

"Akar permasalahannya ada pada rahasia Fang Yuan. Apa yang membuatnya berhasil mencapai jenjang menengah?" Sang ketua akademi menahan amarahnya dalam hati, lalu menatap tiga hasil laporan yang ada di atas mejanya.

Laporan pertama menunjukkan latar belakang keluarga Fang Yuan.

Fang Yuan lahir dari keluarga baik-baik. Tidak ada yang aneh dalam keluarga itu – kehidupannya benar-benar bersih dan normal. Ketika kedua orangtuanya meninggal, ia diadopsi oleh paman dan bibinya. Namun mereka sama sekali tidak akrab. Semenjak bersekolah, ia selalu tinggal di dalam asrama akademi.

Laporan kedua bercerita tentang rekam jejak kehidupan Fang Yuan.

Dia telah menunjukkan kejeniusannya di umurnya yang masih muda. Para anggota klan memprediksi bahwa dia akan mendapat bakat bernilai A. Namun, setelah Upacara Awakening, bakatnya hanya bernilai C – dan itu membuat klan kecewa.

Laporan ketiga berisi tentang kegiatan Fang Yuan akhir-akhir ini.

Jadwalnya sehari-hari terlihat padat dan sederhana. Di pagi dan siang hari, dia akan bersekolah; dan di malam hari, dia akan tidur di asrama. Dia merupakan seorang yang bekerja keras dalam melakukan kultivasi. Setiap malam, dia selalu berkultivasi secara rutin. Sesekali, dia akan pergi ke penginapan untuk menikmati anggur dan makanan yang lebih enak.

Dia memiliki ketertarikan terhadap anggur – dan dia sangat suka minum anggur Green Bamboo. Di bawah tempat tidurnya, dia menyimpan banyak botol anggur Green Bamboo.

Sang ketua akademi memeriksa ketiga laporan itu sekali lagi. Diam-diam, dia merasa kagum terhadap Fang Yuan.

"Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih kecil, dan dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan paman dan bibinya… Pantas saja anak itu tidak mau bergabung dengan klan. Dia telah dinobatkan sebagai seorang jenius oleh para anggota klan – namun mereka jugalah yang melemparnya dari langit dan menjatuhkannya ke tanah… Pantas saja dia menjadi sosok yang liar, dingin, dan penyendiri. Hidupnya sangat sederhana, dan dia sangat tekun dalam berkultivasi. Inilah caranya bersikap tegar dan melindungi dirinya – dia ingin menunjukkan kemampuannya kepada klan! Karena itulah, dia melawan sekuat tenaga ketika aku menekannya…"

Usai berpikiran seperti itu, pria paruh baya tersebut menghela napas.

Semakin dia mempelajari tentang Fang Yuan, semakin dia memahami anak itu.

Tentu saja, bukan berarti dia memaafkan. Anak itu telah melawannya, menghancurkan harga dirinya, menolak posisi pengawas kelas, dan bahkan merampok uang teman-temannya. Hal-hal ini tidak bisa ditolerir.

Sang ketua akademi mengayunkan semua laporan yang ada di tangannya, lalu mengerutkan kening. "Meskipun semua laporan sangat rinci, mereka semua tidak ada hubungannya dengan rahasia kultivasi Fang Yuan. Ini sudah berhari-hari; mereka benar-benar payah!"

Tok, tok, tok.

Di saat itulah, terdengar suara ketukan pintu.

"Masuklah," ujar sang ketua akademi.

Pintu itu pun terbuka.

Sosok itu adalah penjaga pribadi Gu Yue Bo – sang ketua klan. "Sang ketua klan memiliki tugas untuk Anda, ketua akademi yang terhormat. Tolong segera pergi ke paviliun utama – ada hal yang harus dibicarakan."

"Oh, ada masalah apa?" Sang ketua akademi berdiri dari tempat duduknya. Dari nada suara dan ekspresi sang penjaga, masalah ini kelihatannya benar-benar berat.

"Tuan Jia Fu – sang Gu Master tingkat empat – kembali ke sini. Saudaranya, Jia Jin Sheng, telah menghilang!" jawab sang penjaga.

"Hisss…" Seketika sang ketua akademi mendesis.