Matahari mulai terbit di langit. Cahayanya terang dan mampu menembus kabut pegunungan yang tipis.
Sekitar seratus anak berumur 15 tahunan berkumpul di depan paviliun klan. Paviliun itu terdiri dari 5 lantai dan beratap tajam. Lokasinya berada di tengah-tengah desa dan dijaga sangat ketat. Di depan paviliun tersebut, terdapat sebuah alun-alun. Di dalam bangunannya juga terdapat kuil yang berisi memorial tablet milik leluhur Gu Yue. Seluruh keturunan kepala klan tinggal di paviliun. Setiap kali ada upacara besar atau peristiwa penting, para tetua klan akan mengadakan pertemuan di sana. Tempat itu adalah pusat pemerintahan desa.
"Bagus, kalian semua datang tepat waktu. Hari ini adalah upacara Awakening; dimana hidup kalian akan berubah. Tanpa berbasa-basi lagi, ikutlah denganku," sahut sang ketua akademi, yang bertanggung jawab akan upacara ini. Rambut dan janggutnya mulai memutih, dan ia terlihat bersemangat saat menuntun para remaja masuk ke dalam paviliun. Namun, mereka tidak naik ke atas, melainkan turun ke bawah setelah melewati gerbang aula yang besar. Mereka menapaki tangga batu dan memasuki gua bawah tanah.
Para remaja itu terlihat terkejut dan kagum melihat kecantikan gua bawah tanah. Stalaktit-stalaktit disana terlihat berkilau dan berwarna-warni. Cahayanya yang terang dan menakjubkan menyinari wajah para remaja itu.
Diantara kerumunan itu, Fang Yuan memperhatikan sekelilingnya dalam diam. Dalam hatinya, ia berpikir: Ratusan tahun yang lalu, klan Gu Yue datang ke Gunung Qing Mao dan tinggal disana setelah berpindah dari daerah pusat ke Perbatasan Selatan. Disaat itulah, mereka menemukan sebuah kolam arwah. Kolam arwah itu menghasilkan begitu banyak batu primeval[1]1 – bisa dikatakan bahwa batu-batu itu menjadi cikal bakal munculnya Desa Gu Yue.
Kerumunan itu menapaki ratusan langkah. Gua itu menjadi semakin gelap, dan samar-samar terdengar suara air. Setelah berbelok, mereka menemukan sebuah sungai selebar 3 zhang[2]2. Cahaya warna-warni dari stalaktit tadi sudah menghilang, tapi mereka bisa melihat cahaya berwarna biru samar yang muncul dari sungai itu – seperti bintang di langit malam.
Sungai itu mengalir dari bagian gua yang paling dalam dan gelap. Di dalam air itu terdapat berbagai macam ikan dan tanaman air – bahkan permukaannya dipenuhi pasir. Di seberang sungai itu terdapat berbagai macam bunga.
Bunga-bunga itu merupakan anggrek bulan yang dikembangkan oleh Klan Gu Yue. Kelopak berwarna biru dan merah muda itu berbentuk seperti bulan sabit; batang bunganya sehijau batu giok, dan bagian pusat dari bunga itu memancarkan cahaya yang lembut bagaikan mutiara. Jika dilihat secara sekilas, kumpulan bunga itu terlihat seperti sebuah tanah yang dibalut karpet berwarna biru kehijauan dengan motif mutiara.
Anggrek bulan merupakan makanan bagi Gu. Kumpulan bunga itu bisa dibilang sebagai hasil produksi klan yang paling sukses, pikir Fang Yuan.
"Wow, cantik sekali!"
"Benar-benar indah!"
Pemandangan itu membuka mata para remaja di sana. Mereka menatap kumpulan bunga itu dengan penuh semangat dan gugup disaat yang bersamaan.
"Baik, dengarkan baik-baik – aku akan memanggil nama kalian. Kalian yang dipanggil harus menyeberangi sungai ini menuju ke tepi. Berjalanlah sejauh yang kalian bisa – semakin jauh, semakin baik. Jelas?" sahut sang tetua.
"Jelas," jawab para remaja itu. Sebenarnya, sebelum mereka datang kesini, mereka sudah mendengar hal itu dari anggota keluarga ataupun senior mereka. Mereka tahu bahwa semakin jauh mereka melangkah, semakin berharga bakat mereka. Masa depan mereka juga akan menjadi lebih cerah.
"Gu Yue Chen Bo." Tetua itu membacakan nama pertama.
Sungai itu lebar namun tidak terlalu dalam – permukaan airnya menutupi tempurung lutut anak itu. Wajah Cheng Bo terlihat serius saat ia memasuki daerah dimana kumpulan bunga itu berada. Disaat itulah ia merasakan sebuah tekanan yang tidak terlihat – seakan-akan ada sebuah tembok di depannya yang tak dapat ia lihat dan lewati. Tiba-tiba, bunga-bunga yang berada di dekat kakinya mulai memancarkan cahaya putih yang redup. Cahaya itu mengelilingi Chen Bo, lalu memasuki tubuhnya. Untuk sesaat, Chen Bo merasakan tekanan itu menghilang; tembok tak kasat mata itu terlihat lebih samar. Chen Bo kemudian menggertakkan giginya dan mengumpulkan tenaganya sebelum melangkah maju. Ia berusaha berjalan dengan paksa, namun setelah tiga langkah, tembok di depannya mulai memadat seperti semula. Pada akhirnya, ia tak dapat melanjutkan perjalanannya.
Tetua itu melihat Chen Bo dan mendesah. Sambil mencatat seluruh kejadian tadi, ia berkata, "Gu Yue Chen Bo, 3 langkah, tak ada bakat untuk menjadi Master Gu. Selanjutnya, Gu Yue Zao Xie!"
Chen Bo terlihat pucat seperti orang mati ketika ia berbalik ke arah kerumunan – giginya masih bergemeletuk. Tanpa bakat yang diberkati, ia hanya bisa hidup sebagai manusia biasa – posisinya paling rendah di seluruh klan.
Tubuhnya bergetar; kegagalannya merupakan sebuah cambuk baginya, seakan-akan kenyataan telah menghancurkan seluruh harapannya. Banyak dari mereka yang memberinya tatapan penuh iba, sementara yang lain memperhatikan remaja kedua yang menyeberangi sungai.
Sayangnya, anak itu hanya bisa berjalan sebanyak 4 langkah – ia tak punya bakat juga.
Tak semuanya memiliki bakat alami untuk menjadi Master Gu. Secara umum, jika 5 dari 10 orang memiliki bakat, itu bukanlah hal yang buruk. Di Klan Gu, perbandingannya lebih tinggi; biasanya mereka memiliki 6 dari 10 orang. Itu karena leluhur dari klan Gu Yue – yang juga merupakan ketua klan generasi pertama – adalah seseorang yang legendaris, terkenal, dan berpengaruh. Karena kultivasi yang dimilikinya, keturunannya pun memiliki gen yang luar biasa. Oleh karena itu, jumlah orang yang berbakat di klan Gu Yue lebih banyak dari biasanya – karena mereka memiliki darah leluhur mereka.
Dengan dua kali kegagalan berturut-turut, para tetua yang menyaksikan kejadian tersebut mulai memasang ekspresi wajah yang tidak enak. Sang ketua klan pun bahkan mengernyitkan dahinya. Selanjutnya, sang ketua akademi memanggil nama ketiga: Gu Yue Mo Bei.
"Hadir!" Seorang pemuda yang mengenakan jubah sutra maju ke depan. Ia memiliki perawakan dan wajah seperti kuda. Sehingga, ia terlihat lebih gagah dibanding pemuda yang lain. Aura keberanian terpancar darinya. Ia lalu menyeberangi sungai dalam beberapa langkah, dan berhasil melewati tepian. 10 langkah, 20 langkah, 30 langkah; setiap kali ia melangkah, cahaya-cahaya mungil memasuki tubuhnya. Ia terus berjalan hingga ia mencapai langkah ke-36 – dan pada akhirnya ia tak sanggup berjalan lagi.
Para pemuda di sana menyaksikan dengan mata terbuka lebar. Sang ketua akademi pun dengan senang berkata, "Bagus, Gu Yue Mo Bei, bakat bernilai B! Kemarilah, biarkan aku memeriksa Primeval Sea milikmu."
Gu Yue Mo Bei berjalan ke arah sang ketua. Ketua akademi itu merentangkan tangannya dan menaruhnya ke bahu Mo Bei, lalu memejamkan matanya sembari berkonsentrasi. Kemudian ia menarik kembali tangannya dan mengangguk, sebelum mencatat di kertasnya: Gu Yue Mo Bei, Primeval Sea berukuran 6x6, bisa dilatih dengan intensif.
Bakat spesial yang dimiliki seseorang bisa diukur dengan 4 nilai – dari nilai A sampai D. Seorang pemuda yang memiliki bakat bernilai D bisa menjadi Master Gu tingkat 1 jika dilatih selama 3 tahun – dan ia bisa menjadi pondasi keluarganya. Seseorang yang memiliki bakat bernilai C biasanya menjadi Master Gu tingkat 2 setelah kultivasi selama 2 tahun – dan dia akan menjadi tulang punggung keluarga. Seseorang yang memiliki bakat bernilai B harus benar-benar dilatih. Mereka seringkali menjadi tetua klan di masa depan, dan mereka bisa menjadi Master Gu tingkat 3 jika dilatih selama 6-7 tahun.
Untuk seseorang yang memiliki bakat bernilai A, meskipun hanya ada 1, akan membawa keberuntungan bagi seluruh klan. Ia harus dibimbing dengan benar; dengan bakat yang ia punyai, ia bisa menjadi Master Gu level 4 setelah latihan selama 10 tahun. Setelah itu, mereka bisa menjadi kandidat ketua klan!
Dengan kata lain, selama Gu Yue Mo Bei tumbuh, lambat laun ia akan menjadi salah satu tetua di klan Gu Yue. Itulah sebabnya sang ketua akademi tertawa bahagia; para tetua yang menonton juga bernapas lega – sebelum mereka menatap salah satu tetua diantara mereka dengan rasa iri.
Tetua itu juga memiliki wajah seperti kuda, dan ia dikenal sebagai Gu Yue Mo Chen – kakek dari Gu Yue Mo Bei. Wajahnya tersenyum puas. Ia menatap musuh lamanya dengan pandangan remeh dan berkata, "Bagaimana menurutmu? Cucuku tidak seburuk itu, kan, Gu Yue Chi Lian."
Gu Yue Chi Lian memiliki rambut merah. Ia membalas dengan ketus, "Hmph." Wajahnya terlihat penuh amarah.
Satu jam kemudian, separuh dari remaja-remaja itu sudah berjalan melewati kumpulan bunga. Ada banyak yang memiliki bakat bernilai C dan D, sementara sisanya tidak memiliki bakat sama sekali.
"Hhh… keturunan kita semakin sedikit. Akhir-akhir ini, klan kita tidak punya ahli tingkat 4 untuk memperkuat keturunan kita. Hanya kepala klan dari generasi ke-4 lah yang merupakan ahli tingkat 5, tapi pada akhirnya ia menghilang bersamaan dengan si biksu Flower Wine[3]3 dan tidak meninggalkan keturunan sama sekali. Sejak itu, generasi penerus klan Gu Yue menjadi semakin payah," sang ketua klan mendesah.
Disaat itulah, sang ketua akademi berteriak, "Gu Yue Chi Chen!"
Mendengar nama itu, semua tetua melihat ke arah Gu Yue Chi Lian; remaja yang disebut itu merupakan cucunya.
Gu Yue Chi Lian memiliki tubuh yang kecil dan pendek, dengan wajah penuh bopeng. Ia mengepalkan tangannya – wajahnya berkeringat. Terlihat jelas bahwa ia sangat gugup.
Ketika remaja itu sampai ke tepian sungai, cahaya-cahaya kecil mulai memasuki tubuhnya. Setelah ia mencapai langkah ke-36, ia berhenti.
"Bakat bernilai B yang lain!" sahut si ketua akademi.
Para pemuda yang lain mulai berkomentar, dan mereka melihat Gu Yue Chi Chen dengan pandangan iri.
"Hahaha, 36 langkah, 36 langkah!" Gu Yue Chi Lian berteriak, lalu menatap Gu Yue Mo Bei dengan angkuh. Kali ini, wajah Gu Yue Mo Chen menjadi kecut.
"Gu Yue Chi Chen, eh…" Di antara kerumunan itu, Fang Yuan mengelus dagunya sambil berpikir. Di dalam ingatannya, seluruh klan menghukum berat Gu Yue Chi Chen karena ia berbuat curang saat upacara. Kenyataannya, Chi Chen hanya memiliki bakat bernilai C; namun karena kakeknya Gu Yue Chi Lian membantunya memalsukan hasilnya, ia pun akhirnya memiliki bakat bernilai B.
Sejujurnya, jika ia berniat untuk curang, Fang Yuan bisa melakukannya dengan berbagai cara – ia bahkan bisa melakukannya lebih baik daripada Gu Yue Chi Chen. Jika seseorang memiliki bakat bernilai B ataupun A, ia akan dirawat klan dengan sangat baik.
Namun, Fang Yuan baru saja lahir kembali – dan sulit baginya untuk berbuat curang dengan keadaannya yang sekarang. Kalaupun ia berhasil berbuat curang, ia tak akan bisa memalsukan kecepatan kultivasinya – dan ia akan cepat ketahuan. Namun, Gu Yue Chi Chen berbeda; kakeknya adalah Gu Yue Chi Lian – salah satu dari dua tetua yang memiliki kekuasaan terbesar di seluruh klan. Dengan itu, Chi Lian bisa menutupi kebohongan cucunya.
"Gu Yue Chi Lian selalu bersikap ketus terhadap Gu Yue Mo Chen – mereka berdua memiliki pengaruh terbesar di klan ini. Untuk mengalahkan musuhnya, ia harus membuat cucunya memiliki bakat yang luar biasa. Karena ia membantu secara sembunyi-sembunyi, Gu Yue Chi Chen mampu menutupi kenyataannya dalam waktu yang lama. Di dalam ingatanku, kalau bukan karena peristiwa itu, mereka tak akan pernah ketahuan."
Kedua mata Fang Yuan dipenuhi cahaya; ia berusaha memikirkan bagaimana caranya ia menggunakan fakta itu untuk kepentingannya sendiri.
Jika ia memutuskan untuk membongkar kebohongan itu sekarang juga, ia akan mendapat hadiah dari klan; namun ia akan dibenci oleh Gu Yue Chi Lian yang berkedudukan tinggi. Itu bukanlah ide yang baik.
Dia juga tak bisa memeras mereka dalam waktu yang sesingkat ini. Karena statusnya yang rendah, bisa-bisa rencana itu akan berbalik mengancamnya.
Saat ia masih berpikir, tiba-tiba ia mendengar sang ketua akademi memanggil namanya sendiri: "Gu Yue Fang Yuan!"