webnovel

Pengakuan Psikopat

Febi mempercepat langkahnya. Gadis itu berjalan menyusuri gang kecil dan gelap itu karena itu satu-satunya jalan menuju ke kostnya. Didengarnya suara seperti langkah kaki tapi samar-samar dan terasa jauh. Ia menoleh ke belakang dengan gerakan yang tiba-tiba...tidak ada siapapun. Perasaan apa ini? Seperti perasaan cemas bercampur takut dan kuatir yang tidak pada tempatnya. Sudah kesekian kalinya Febi merasa ada yang mengikutinya di belakang sepulang ia dari kampus. Gadis itu memutuskan cepat-cepat berlari sampai ke kost dan segera masuk ke kamarnya. Gang kecil itu begitu sepi, jauh dari kamar kost Febi. Seorang pria bertubuh tinggi berpundak lebar sedang berdiri setengah tertutup tembok, sedang memperhatikan Febi yang setengah panik masuk ke kost. Pengalaman menegangkan itu membawa kecurigaan Febi pada seorang psikopat yang berusaha menghancurkan hidupnya. Ian adalah seorang pria yang selalu tampil baik dan superior. Tapi Febi mengetahui dibalik penampilan primanya, Ian memiliki kejahatan-kejahatan yang terselubung. Hanya saja semakin Febi berusaha menghubungkan misteri-misteri yang dialaminya dengan Ian, semakin ia terjerembab dalam siasat dan tingkah laku Ian yang tidak normal. Ian yang menjadi tersangka penguntitan Febi akhirnya menjadi tersangka sebuah kasus pembunuhan yang terjadi di kampus mereka. Semua misteri yang terjadi terhubung pada sindrom psikopatisnya. Benarkah Ian yang melakukan tindakan kriminal itu?

Lei Locke · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
41 Chs

Semester Empat: Mapan Bukan Satu-satunya Pilihan

Tanpa menunggu Robi bangkit berdiri, Ian yang tadi mendaratkan pukulannya di wajah Robi, segera menarik baju kaos pria itu dan bersiap untuk memukulnya lagi. Sekali lagi, dengan cepat tinju Ian mendarat di tulang pipi Robi. Ian tidak terlihat puas. Seakan menghadapi sebuah kantung pasir yang dapat dihantam sesuka hatinya untuk memuaskan amarahnya, Ian masih mengangkat tinjunya bersiap mendaratkannya ke wajah Robi. Febi segera teringat peristiwa Ian menghantam pria mabuk yang mengganggunya di suatu malam. Gadis itu teringat bagaimana brutalnya Ian memukul pria mabuk itu. Dengan panik, gadis itu segera berteriak menghentikan perbuatan Ian sebelum terlanjur kelewatan. “STOP! STOP KAK IAN! HENTIKAN!” Teriakan itu membuat Ian sadar dan menghentikan niatnya untuk mendaratkan pukulan di wajah Robi. Ian melepaskan cengkeramannya dan tubuh jangkung Robi yang telah lunglai. Robi bahkan tidak mampu berdiri tegak dan langsung duduk terjatuh di tanah.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com