Rumah bercat putih yang ada di ujung gang tersebut tampak sepi dari luar. Namun apabila kamu mendekat dan menempelkan telinga ke pintu depan, maka akan terdengar suara yang aneh. Suara tersebut akan semakin terdengar ketika kamu masuk ke dalam dan mendekat ke salah satu kamar yang ada di lantai pertama rumah tersebut. Di dalamnya, terdapat sepasang insan yang sedang mengejar kenikmatan.
"Ngghhh, enak banget Sayang," ujar sang perempuan yang sudah tergeletak di atas ranjang. Ia masih mengenakan celana jeans, namun kaosnya yang berwarna putih telah terangkat ke atas, menampilkan tubuh bagian atasnya yang indah tergeletak di lantai kamar.
"Dada kamu besar banget, Sayang. Aku suka," ujar sang pria yang terus menjilati putng payudara sang perempuan, sembari sesekali memasukkan payudara tersebut ke dalam mulutnya dan menghisap dalam-dalam. Kaos pria tersebut telah terlempar ke samping ranjang, sehingga dadanya bisa terlihat dengan jelas oleh sang perempuan itu.
"Hisap terus Rezgy," ujar sang perempuan sambil memejamkan mata menahan birahi. Ia tampak menikmati hisapan pacarnya pada dadanya yang indah. Hisapan tersebut kadang juga menjalar ke leher dan belahan dadanya.
"Ayah dan Adik kamu benar tidak akan pulang cepat kan, Wid?" tanya Rezgy pada perempuan yang tengah ia tindih di atas ranjang.
"Iya Sayang, Ayah sedang sibuk di kios dan baru akan pulang menjelang Maghrib. Sedangkan Adikku pasti main dulu ke tempat temannya sepulang kuliah, dan baru malam sampai rumah," ujar Widia meyakinkan pacarnya tersebut.
Mendengar hal tersebut, Rezgy pun semakin bernafsu. Tidak akan ada yang mengganggu aktivitas mereka hingga sore nanti. Kedua tangannya pun mulai mengelus-elus pinggul Widia, terus turun ke bawah ke arah bkong perempuan cantik tersebut. Dengan perlahan, ia berusaha melepaskan celana jeans yang dikenakan Widia dari kaki indah pemiliknya. Widia pun membantunya dengan cara menaikkan sedikit pantatnya yang seksi.
Tak lama, celana jeans tersebut pun telah tergeletak di lantai. Rezgy sesaat memandangi tubuh bagian bawah pacarnya yang indah. Ia tak bisa berhenti kagum akan kemolekan tubuh perempuan yang telah beberapa tahun menjadi kekasihnya itu.
"Kenapa diam, Sayang?" Tanya Widia meledek, sambil mengedipkan matanya dengan raut wajah binal.
"Seksi banget tubuh kamu, Wid."
Rezgy pun tidak tinggal diam. Ia langsung mendekati kaki Widia dan menjilati ujung jarinya. Jilatannya terus naik ke atas, mulai dari mata kaki, betis, lutut, hingga paha Widia. Perempuan tersebut pun hanya menikmatinya sambil memejamkan mata. Ketika mulai tidak bisa menahan diri, Widia meraih ujung seprei ranjang tempatnya berbaring dan meremasnya kuat-kuat. Tak terasa desahan liar pun keluar dari mulutnya.
Sang kekasih pun mulai menjilati selangkangannya yang masih tertutup celana dalam berwarna putih. Celana dalam tersebut tampak sudah basah oleh cairan cinta yang keluar dari vagina indah di baliknya. Rezgy makin begairh, dan berusaha melepaskan celana dalam tersebut juga. Namun Widia langsung menarik tangannya tanda bahwa ia tidak mau.
"Kalau yang itu, nanti saja ya kalau kita sudah menikah," ujar Widia sambil mengedipkan mata.
Tidak ingin kekasihnya kecewa, Widia pun langsung mengambil inisiatif dengan mendorong Rezgy agar berbaring di ranjang. Kini ganti dirinya yang mengambil posisi di atas, dan langsung berusaha melepaskan celana panjang Rezgy. Tak lama kemudian, celana dalam Rezgy pun telah terlepas, memperlihatkan kemaluannya yang sudah berdiri tegak, lengkap dengan bulu lebat di sekitarnya.
Tanpa menunggu lama, Widia mengelus paha Rezgy yang sedikit berbulu dan mengendus kemaluan Rezgy yang baunya begitu khas. Sejenak ia tertegun, menyadari ukuran penis Rezgy yang meski sudah berdiri tegak, namun masih terasa kurang besar. Awalnya ia memang mengira ukuran kemaluan Rezgy sudah terhitung besar karena ia belum pernah melihat penis pria lain secara langsung, namun anggapan tersebut sirna setelah ia melihat penis Arfan beberapa hari lalu. Saat itu ia bahkan baru melihatnya dari balik celana.
"Kenapa, Sayang? Besar banget yah senjataku?" tanya Rezgy dengan nada sombong.
Widia pun tersenyum dan mengangguk, meski dalam hati ingin berkata tidak. Namun ia tidak ingin menyakiti perasaan Rezgy, dan langsung menjilati batang penis Rezgy dengan binal. Ia sudah melakukannya beberapa kali, dan semakin lama ia pun semakin lihai.
Rezgy patut berterima kasih pada video-video porno yang disaksikan Widia ketika tengah sendiri di kamar, sehingga kini perempuan tersebut sudah cukup mahir memainkan penis miliknya.
Tangan Widia yang bebas pun mengelusi pantat Rezgy. Ia tidak perlu memerlukan kedua tangannya untuk memegangi penis Rezgy karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Ia bisa langsung memasukkan penis tersebut ke dalam mulutnya dan menghisap seluruhnya. Sambil meremas-remas pantat Rezgy, mulut Widia naik turun di atas penis Rezgy, hingga pemiliknya kelabakan menahan birahi.
"Ahh, nikmat sekali hisapan kamu, Widia," erang Rezgy.
Pria tersebut mulai mengelus-elus kepala Widia. Ini adalah kesekian kalinya ia mendapatkan pelayanan seperti ini dari kekasihnya, namun ia tetap tidak bosan dan terus merasakan kenikmatan yang tiada tara. Sungguh sangat menyenangkan mempunyai seorang kekasih dengan tubuh seksi dan wajah cantik, yang mau memberi kesenangan dengan cara seperti itu.
Ia pun semakin tidak tahan ketika Widia mulai memberikan isapan yang sangat kuat, yang kemudian diakhiri dengan jilatan penutup di ujung penisnya. Cara tersebut membuat Rezgy merasa begitu geli.
Setelah itu Widia pun melirik ke arah Rezgy untuk menunjukkan wajah binalnya. Berkali-kali Widia melakukan itu, membuat Rezgy kian tidak tahan untuk melepaskan syahwatnya. Ia pun menekan kepala Widia makin kencang agar terus memuaskan penisnya.
Hanya sekitar sepuluh menit berselang, Rezgy pun sudah sangat tidak kuat. Ia berusaha menahan diri dengan membayangkan hal lain, namun tetap gagal. Penisnya tidak mau berkompromi, dan akhirnya langsung memuntahkan seperma ke mulut kekasihnya yang cantik tersebut. "Ahh, aku keluar, Wid."
Widia pun langsung membersihkan penis pasangannya tersebut tanpa diperintah. Ia tidak mau menelannya, karena itu ia hanya mengumpulkan seperma yang untungnya tidak terlalu banyak tersebut di rongga mulutnya, dan langsung beranjak ke kamar mandi untuk membuang seperma Rezgy di wastafel.
Rezgy pun tergeletak lemas di atas ranjang, menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang baru ia rasakan. Ia melirik ke arah smartphone miliknya yang tergeletak di meja samping ranjang. Ia membuka WhatsApp dan melihat ada pesan dari seseorang dengan Profile Picture yang sangat ia kenal. Ia pun langsung mengetik balasan dari pesan yang baru ia dapat.
"Aku masih ada acara keluarga, nanti aku balas lagi yah," ketik Rezgy, yang langsung ia kirim setelahnya.
Rezgy kembali meletakkan smartphone tersebut di atas meja. Ia pun memandang langit-langit dengan rasa bangga dan beruntung akan berbagai hal yang hadir di hidupnya beberapa minggu belakangan. Senyum pun muncul dari bibirnya.
Dari arah kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut, terdengar suara shower berbunyi. Sepertinya Widia langsung membersihkan diri setelah pergumulan tersebut.
Rezgy pun menunggu sang kekasih sambil kembali mengenakan pakaiannya. Ketika Widia keluar dari kamar mandi, Rezgy telah selesai mengenakan celana panjang dan kaosnya.
"Sudah sore, aku pulang dulu ya sayang. Takut nanti Ayah dan Adik kamu tahu, hee," ujar Rezgy.
"Iya, Sayang," ujar Widia sambil tersenyum. Ia hanya mengenakan sehelai handuk yang melilit tubuhnya dari pertengahan payudara hingga pertengahan paha.
Sebelum berpisah, Rezgy pun masih menyempatkan diri untuk memberikan ciuman panas di bibir kekasihnya tersebut.
^^^